Ancaman bagi Pengidap HIV/AIDS

Penulis

Rabu, 23 Januari 2019 07:10 WIB

Ironi Perempuan dengan HIV/AIDS

KEMENTERIAN Kesehatan harus menjamin ketersediaan obat antiretroviral setelah gagal mengadakan lelang tahun lalu. Obat yang mengandung tenofovir, lamivudine, dan efavirenz (TLE) ini merupakan penyambung nyawa bagi pengidap HIV ataupun penderita AIDS. Lelang pengadaan antiretroviral perlu dipercepat tahun ini demi menyelamatkan para pengidap virus yang mematikan itu.

Pengadaan obat antiretroviral pada tahun lalu kandas setelah Kementerian Kesehatan tidak sepakat dengan Kimia Farma dan Indofarma dalam soal harga. Urusan ini memang cukup pelik. Jika tender obat terlalu mahal, pemerintah akan disalahkan. Menurut lembaga nirlaba Koalisi AIDS Indonesia, kedua perusahaan pelat merah tersebut selama ini menjual obat TLE dengan harga cukup mahal, sekitar Rp 400 ribu per botol.

Angka itu tidak wajar karena harga impor obat bikinan India tersebut hanya Rp 105 ribu per botol. Dalam hitungan Koalisi AIDS, jika ditambah dengan bea masuk, pajak, dan biaya distribusi, harga jual yang masuk akal hanya Rp 175 ribu per botol.

Pemerintah sudah mengupayakan solusi: membeli obat antiretroviral TLE langsung dari India sebanyak 220 ribu botol dengan dana bantuan dari Global Fund. Namun obat sebanyak itu hanya cukup hingga Maret nanti. Kini pun sejumlah rumah sakit sudah kehabisan persediaan obat antiretroviral, yang selama ini dikenal ampuh menekan angka kematian akibat HIV/AIDS. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan obat ini berhasil menurunkan angka kematian akibat virus berbahaya itu dari 1,5 juta pada 2010 menjadi 1,1 juta pada 2015.

Menipisnya stok antiretroviral kini mengancam sekitar 65 ribu orang pengidap HIV/AIDS yang sedang menjalani terapi. Mereka wajib minum obat itu setiap hari seumur hidup untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh. Jika pasien berhenti minum obat itu, virus berisiko resistan terhadap pengobatan yang akhirnya berakibat pada kematian. Obat kombinasi TLE itu amat praktis karena sudah mengandung tiga antiretrovirus sekaligus. Tanpa obat ini, penderita mesti mengkonsumsi tablet lepasan yang masing-masing mengandung tenofovir, lamivudine, dan efavirenz.

Advertising
Advertising

Kementerian Kesehatan harus memastikan para pengidap HIV/AIDS mendapatkan pasokan obat antiretroviral TLE. Jangan sampai program pemberian obat bersubsidi yang dimulai pada 2004 ini tersendat hanya gara-gara urusan tender. Apalagi negara sudah menganggarkan sekitar Rp 1,1 triliun per tahun untuk membeli obat antiretroviral TLE. Anggaran ini pun sebetulnya baru menyentuh sebagian kecil dari total jumlah pengidap HIV/AIDS di Indonesia saat ini, yang diperkirakan mencapai 640 ribu jiwa.

Gagalnya pengadaan antiretroviral TLE harus menjadi pelajaran bagi Kementerian Kesehatan agar tak tersandera dua perusahaan farmasi tersebut. Pemerintah harus membuat terobosan dengan melibatkan perusahaan farmasi lain dalam lelang. Sistem pengadaannya juga perlu dibenahi agar lebih transparan. Untuk mengatasi keadaan darurat sekarang, Kementerian Kesehatan bisa memaksimalkan penggunaan obat lepasan jenis efavirenz produksi dalam negeri.

Pemerintah harus serius mengatasi kelangkaan obat antiretroviral karena Indonesia memiliki pengidap HIV/AIDS terbesar ketiga di kawasan Asia-Pasifik, setelah India dan Cina. Tanpa persediaan obat yang cukup, nyawa para pengidap HIV/AIDS akan terancam. Program mencegah penularan virus mematikan itu pun bakal terhambat.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

2 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

12 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

32 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

41 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

44 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

7 Maret 2024

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya