Waspadai Anak Krakatau

Penulis

Senin, 7 Januari 2019 17:00 WIB

Aktivitas Gunung Anak Krakatau saat erupsi terlihat dari KRI Torani 860 di Perairan Selat Sunda, Jumat 28 Desember 2018. Salah satu dari ratusan Aktivitas besar Gunung Anak Krakatau yakni pada 22 Desember 2018 yang mengakibatkan Tsunami Selat Sunda dan menewaska sekitar 437 orang. Dan hingga kini Anak Krakatau ini masih melakukan aktivitasnya. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

PEMERINTAH perlu mendorong dan menyediakan fasilitas bagi kajiankajian yang lebih dalam soal Gunung Anak Krakatau. Studi terakhir menyimpulkan gunung api di perairan Selat Sunda itu masih me­nyimpan potensi bahaya. Ancaman terbesarnya adalah tsunami yang dipicu aktivitas vulkanis, sebagaimana pada Desember lalu. Meski hanya menimbulkan getaran berkekuatan 3,4 magnitudo, letusan tersebut mengakibatkan longsor di laut yang diduga memicu gelombang pasang.

Anak Krakatau sebenarnya sudah batukbatuk sejak siang pada hari itu. Sayangnya, masyarakat setempat tidak menganggapnya sebagai tanda bahaya. Sistem peringatan dini tak berfungsi baik. Maka, ketika air bah setinggi lebih dari dua meter menerjang malam itu, banyak penduduk dan wisatawan yang tengah berada di pesisir pantai Banten dan Lampung terseret. Lebih dari 430 orang tewas.

Menengok kembali kronologi tsunami BantenLampung, terlihat jelas ketidaksiapan publik dan instansi pemerintah. Masyarakat tidak dipersiapkan menghadapi potensi bahaya hidup di pesisir dan di dekat gunung api. Sedangkan pemerintah tampak linglung karena minim koordinasi.

Kondisi itu mesti diakhiri dengan cara mengumpulkan dan membuat riset mendalam mengenai Anak Krakatau dan daerah sekitarnya. Pengetahuan mendalam memungkinkan kita membangun sistem deteksi dini dan mitigasi yang tepat untuk meminimalkan akibat buruk bencana.

Mengenai potensi tsunami, pada 2012, ahli geologi dari University of Oregon, Amerika Serikat, Thomas Giachetti, beserta timtermasuk Budianto Ontowirjo dari Indonesiamembuat simulasi potensi longsor di tebing barat daya Anak Krakatau. Kesimpulan mereka ketika itu dianggap fenomenal: jika terjadi, hal tersebut dapat menciptakan gelombang besar tsunami di sekitar Selat Sunda.

Advertising
Advertising

Pemodelan seperti yang dibuat Thomas Giachetti dan tim ini perlu diperbanyak karena akan sangat membantu dalam memperkirakan potensi bencana akibat aktivitas Anak Krakatau. Mengenai longsor, meski kondisinya sekarang berubah, potensinya tak berkurang. Penelitian terakhir pada 3 Januari lalu menemukan dua retakan baru di tubuh Anak Krakatau.

Mitigasi prabencana membutuhkan peta menyeluruh wilayah rawan di sepanjang pesisir Banten dan Lampung. Peta ini pen­ting untuk menata permukiman dan fasilitas lainterutama sarana wisata, mengingat kawasan itu dikenal sebagai tempat pelesiragar selaras dengan sistem penanggulangan bencana.

Tentu saja riset dan ketersediaan data bukan satusatunya modal.­ Dalam kasus tsunami BantenLampung, ketidakbecus­an mitigasi prabencana juga diakibatkan oleh koordinasi yang lemah di antara lembagalembaga berwenang. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) saling lempar tanggung jawab. PVMBG, yang bertugas mengawasi gunung api aktif dan memiliki data aktivitas Anak Krakatau, menyebutkan peringatan dini tsunami merupakan kewenangan BMKG. Sebaliknya, BMKG menyalahkan PVMBG karena lembaga itu tidak melaporkan aktivitas Anak Krakatau kepadanya.

Kekacauan koordinasi juga disinyalir turut menjadi sebab tak kunjung terpasangnya alat pendeteksi gelombang tsunami (buoy) di sekitar Anak Krakatau. Padahal fungsi buoy sebagai alarm tsunami sangat vital. Berkaca pada peristiwa lalu, gelombang besar air laut baru tiba di pesisir Selat Sunda 3060 menit setelah terbentuk. Dengan adanya buoy dan persiapan yang baik, interval waktu tersebut memungkinkan penduduk di­evakuasi.

Pemerintah dapat mempertimbangkan peningkatan peran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Di Amerika Serikat, misalnya, dengan adanya Federal Emergency Management Agency (FEMA), lembaga semacam BNPB, tanggung jawab atas mitigasi prabencana dan koordinasi penanganan pascabencana berada dalam satu atap. Saat ini, BNPB, yang dibentuk berdasarkan UndangUndang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pe­nanggulangan Bencana, hanya berfokus pada respons bencana. Selain BNPB, terdapat PVMBG (di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral) dan BMKG (lembaga pemerintahan non­departemen langsung di bawah presiden).

Dengan wewenang dan tanggung jawab yang diperluas, BNPB juga dapat mengambil peran dalam edukasi publik. Masyarakat di daerahdaerah rawan, seperti di pesisir pantai Banten dan Lampung, membutuhkan informasi yang tepat mengenai potensi bencana dan langkahlangkah penanggulangannya.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

3 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

12 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

33 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

41 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

45 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

7 Maret 2024

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya