Lampu Merah Defisit Perdagangan

Penulis

Jumat, 21 Desember 2018 07:04 WIB

Pemerintah Waspadai Melambungnya Defisit Perdagangan

Pemerintah harus cepat-cepat bergerak mengatasi memburuknya defisit neraca perdagangan kita. Pada November lalu, defisit tercatat sudah sebesar US$ 2,05 miliar: ini rekor terburuk sepanjang tahun ini. Angka tersebut bahkan lebih buruk 16 persen dibanding defisit sebulan sebelumnya, yakni minus US$ 1,77 miliar.

Jika tak ada langkah jitu dan segera, kondisi itu akan memicu memburuknya defisit neraca transaksi berjalan dan mengirim sinyal bahaya ke pasar keuangan dunia. Kredibilitas pengelolaan ekonomi Indonesia bisa-bisa dipertanyakan dan dampak lanjutannya bisa berupa minimnya prospek investasi, mahalnya bunga surat utang, dan tersendatnya perluasan ekspor kita.

Sayangnya, tanda-tanda bakal ada penanganan yang cergas sejauh ini belum terdeteksi. Padahal tren defisit perdagangan sudah terjadi sejak dua bulan lalu dan berpotensi berlanjut pada Desember. Jika kondisi itu tak berubah, defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal keempat tahun ini bisa lebih buruk dibanding kuartal sebelumnya. Pada kuartal yang lalu, defisit transaksinya sebesar US$ 8,8 miliar atau 3,37 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Dengan mencermati komposisi ekspor-impor Indonesia, penyebab utama defisit perdagangan sebenarnya bisa diketahui dengan mudah. Tingginya impor migas di tengah gejolak nilai tukar rupiah membuat nilai ekspor kita selalu keteteran. Selama November saja, impor migas tercatat sebesar US$ 2,82 miliar, jauh lebih besar dibanding nilai ekspor migas yang senilai US$ 1,37 miliar.

Memang, pemerintah sudah berupaya menekan defisit perdagangan migas dengan kebijakan penggunaan biofuel sebesar 20 persen (B20). Tapi-setidaknya sampai hari ini-efektivitas kebijakan ini tak terbukti. Devisa yang bisa diperoleh jika semua biofuel itu diekspor malah hilang.

Advertising
Advertising

Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan membatasi impor barang konsumsi dengan mengenakan pajak penghasilan (PPh) atas 1.147 barang impor sejak September. Namun kebijakan ini juga tak bertaji. Alih-alih turun, impor barang konsumsi malah tumbuh 22,1 persen.

Satu-satunya cara mengatasi defisit perdagangan dan defisit transaksi berjalan adalah dengan kebijakan pemerintah yang konsisten, terarah, dan jelas. Dalam jangka panjang, sudah saatnya pemerintah serius mengembangkan industri manufaktur untuk produk substitusi impor. Untuk itu, perbaikan iklim investasi adalah hal mutlak. Berbagai hambatan tarif dan nontarif harus dicabut agar investasi asing mengalir deras.

Sedangkan dalam jangka pendek, Presiden Joko Widodo sebenarnya tak punya pilihan selain menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Banyak yang ragu Jokowi berani mengambil risiko jadi tak populer dengan menaikkan harga Premium menjelang pemilihan umum April 2019. Namun, demi menyelamatkan perekonomian nasional, kepentingan politik elektoral seharusnya bisa dikesampingkan. Bola ada di tangan Jokowi.

Berita terkait

Mitsubishi Motors Hadirkan Diskon Untuk Perawatan dan Perbaikan Kendaraan Paska Mudik Lebaran

1 menit lalu

Mitsubishi Motors Hadirkan Diskon Untuk Perawatan dan Perbaikan Kendaraan Paska Mudik Lebaran

PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (PT MMKSI) menghadirkan program spesial, yaitu "Kilau Lebaran Campaign". 1 April hingga 31 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

9 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

29 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

38 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

41 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

57 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

57 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya