Mengangkat dan membuhulkan dua tokoh pendukung menjadi protagonis–Hollywood menyebutnya ‘spin-off’ – sebetulnya pekerjaan ‘susah-susah gampang’. ‘Gampang’ karena penonton sudah mengenalnya dan sudah jatuh cinta pada jagatnya; sedangkan bagian sulitnya adalah: belum tentu cerita para pendukung itu menarik jika diberikan porsi utama, karena fungsinya pada film awal adalah ‘pelengkap’, sehingga mereka menjadi menarik ketika menjadi sparring partner sang protagonis.
Ketika diumumkan bahwa Starvision dan Miles Films akan mengangkat tokoh Milly dan Mamet untuk sebuah film yang berdiri sendiri di jagat Ada Apa dengan Cinta, para pecinta AADC mulai campur aduk: Milly (Sissy Prescilia) adalah tokoh yang lucu, agak telat mikir (dan karena itu ia disukai penonton); dia semacam “anak bungsu” dari geng Cinta yang disayang, dan itu tak bisa dipungkiri. Tetapi apakah Milly, yang pada AADC 2 dikawinkan dengan Mamet, tokoh pendukung pada AADC dan AADC 2 sebagai comical relief, fans sejati Cinta itu akan bisa memenuhi sekitar 100 menit dengan sebuah cerita yang menarik, yang lucu dan tetap menjaga harkat tokoh-tokohnya (baca: tidak menggunakan slapstick untuk efek komedi)?
Bagi Mira Lesmana: jawabannya adalah Ernest Prakasa.
Untuk mereka yang mengenal karya-karya Ernest Prakasa, seorang komedian, aktor, sutradara yang produktif tentu saja sudah mulai mengenal ciri-khas karya-karyanya. Di dalam film yang mengangkat jagat Cinta dan Rangga ini, film diperkirakan dimulai pada periode Rangga dan Cinta sudah kembali bertemu (jika mereka yang menyaksikan AADC 2 dan tidak buru-buru berangkat ketika credit title dimulai, pasti sudah mahfum Milly dan Mamet sudah mempunyai seorang bayi).
Maka film ini dimulai saat Milly sudah memutuskan menjadi ibu rumah tangga, meninggalkan pekerjaannya di bank dan membesarkan si bayi Sakti. Setiap pagi Milly mengucapkan perpisahan pada Mamet yang bekerja di perusahaan ayah Milly (Roy Marten). Sesuatu yang terpaksa dilakukannya demi keluarga, karena sesungguhnya Mamet beberapa tahun terakhir jatuh cinta pada dunia kuliner, terutama kuliner yang sehat sekaligus enak.
Datang tokoh Alexandra (Julie Estelle), kawan kuliah Mamet yang menawarkan “cita-cita kita dulu” untuk mendirikan restoran karena “kini kira sudah mendapatkan investor”.
Si investor adalah James yang diperankan aktor baru ganteng Yoshi Sudarso, yang ke mana-mana mengendarai Ferari. Kekayaan yang gila-gilaan tentu saja membangun kecurigaan Milly. Apalagi ayah James, Hartono (Pierre Gruno) bersahabat dengan seorang tokoh bisnis yang reputasinya buruk, Herman (August Melasz).
Cerita terlalu serius?
Sama sekali tidak, karena di antara semua aktor dan cerita yang rada serius, tetap ada ciri khas Ernest yaitu menampilkan tokoh-tokoh komedi muda, bahkan ada penyanyi Isyana Sarasvati dan Mell Goeslaw yang tampil sangat lucu.
Ada dua kekuatan yang menarik dalam film ini: pertama, film ini justru memperlakukan kuliner sebagai penggiring cerita. Kisah makanan dan bisnis makanan, meski seolah diceritakan sambil lalu, sebetulnya berhasil menjadi ‘peran utama’ penting yang merekatkan semua pemain dan semua subplot. Mamet dan Alexandra berbisnis makanan sehat (“ini bukan bola daging, ini bola jamur dan karena sudah asin, tak perlu menggunakan garam,” demikian Mamet meyakinkan James sang investor. Bukan saja soal bisnis makanan yang kemudian mempererat tapi sekaligus menguak persoalan lain di lingkaran James dan keluarganya, tetapi makanan pula yang kemudian menyelesaikan problem Mamet dan mertuanya. Kekuatan ini justru jarang tampil pada film-film yang mengumumkan genrenya sebagai ‘film kuliner’ dan malah muncul dengan tepat dalam film yang sama sekali tidak mengumumkan dirinya sebagai bagian dari subgenre tersebut.
Kedua, komedi yang tampil justru terasa ketika humor diramu dengan baik sebagai bagian dari dialog dari para pemain utama dan pendukung, daripada ketika komedi sengaja ditampilkan oleh para komedian. Misalnya, lihatlah bagaimana Milly mencoba berteori tentang nasi goreng teri di hadapan dua penggemar makanan seperti suaminya dan Alexandra; atau ketika sekretaris Rika (Isyana Sarasvati) yang merepet tentang binatang peliharaannya atau ketika Mamah Itje (Melly Goeslaw), si kritikus kuliner heboh yang tampil meyakinkan sebetulnya film ini sudah cukup memenuhi fitrahnya sebagai film komedi (dan kuliner) yang lucu. Tak perlu tambahan bumbu lain.
MILLY & MAMET
(Ini Bukan Cinta & Rangga)
Sutradara: Ernest Prakasa
Skenario: Ernest Prakasa dan Meira Anastasia
Pemain: Sissy Prescillia, Dennis Adishwara, Ernest Prakasa, Julie Estelle, Yoshi Sudarso, Dian Sastrowardoyo, Adinia Wirasti, Titi Kamal
Produksi: Starvision dan Miles Films