Biara

Rabu, 19 Desember 2018 07:00 WIB

Iman membuat yang muskil, yang keras, yang suci, juga yang kejam, dijalani: di ketinggian yang sulit dijangkau di Lembah Pineios, Yunani, berdiri Metéora.

"Metéora" berarti "tergantung di udara". Di sanalah, di pucuk bukit karang yang menjulang 400 meter seperti tiang raksasa, terletak enam biara Gereja Kristen Ortodoks. Ketika dibangun di abad ke-15, semuabahan bangunan, peralatan, juga tubuh manusianaik dengan tangga darurat atau diangkut jaring. Bertahun-tahun.

Hanya keyakinan yang mampu menggerakkan itu. Orang-orang saleh ingin mengabdikan hidup mereka dalam doa dengan menjauhi hasrat badani dan duniawi. Biara itu bagian sistem pertahanan dari nafsu dan petaka. Di zaman lalu Metéora melindungi para rahib dari dosa dan perang. Di abad ke-20, dalam film For Your Eyes Only tempat di dekat langit itu dipakai untuk bersembunyi oleh bajingan Kristatos dari kejaran James Bond.

Biara adalah benteng; fungsi defensifnya luas. Selama 1.000 tahun, 20 tempat rahib di Pegunungan Athos di Yunani Utara melarang perempuan menginjak wilayah seluas 335 kilometer persegi itujuga hewan betina. Di sini keseimbangan gender hanya berlaku pada kucing. Biara ini mencerminkan fobia laki-laki yang berkecamuk bersama keguyahannya sendiri. Agama, dalam hal ini, adalah rasa waswas.

Dalam novelnya yang terkenal, Il nome della rosa, Umberto Eco bahkan menjadikan biara sebagai alegori bagi agama yang menegakkan "moralitas tertutup".

Advertising
Advertising

Istilah morale close saya pinjam dari Bergson: agama dengan moralitas tertutup adalah iman yang menampik yang-lain, mengkafirkan "mereka", membenci yang "bukan-kami". Agama dengan sifat ini dipeluk orang-orang yang merasa diri identik dengan tuhanhomo homini deus. Tapi bila berbicara tentang "mereka", masyarakat adalah arena di mana manusia mirip serigala yang saling mencakar, homo hominis lupus. Benci dan paranoia membentuk keyakinan.

Seorang tokoh Il nome della rosa adalah Jorge, biarawan buta penjaga perpustakaan. Rohaniwan tua ini dengan tegar menegakkan satu tiang iman: "rasa takut". Tanpa rasa takut, kata Jorge, tak akan ada iman. "Apa jadinya kita, makhluk yang berdosa ini, tanpa rasa takut?" Baginya, rasa takut adalah "anugerah Tuhan yang paling berpandangan jauh...".

Dengan itu Tuhan diletakkan sebagai amarah dan teror dan kecurigaan. Jorge mengharamkan gambar dan karya visual, terutama jika melukiskan makhluk dan adegan yang ganjil, kocak, dan menarik. Ia takut, ia berjaga-jaga, bila orang merasa lebih senang "mengagumi karya manusia ketimbang merenungkan hukum Tuhan".

Jorge waswas: imajinasi, nalar, bahasa, dan tubuh bisa bergerak liar.

Sebagai konsekuensinya, semua itu harus dikendalikan. Yang dikehendaki Yesus dari manusia adalah "ya" atau "tidak"itu saja, kata Jorge. Jika bergeser, Iblis akan menyeret kita ke jalannya.

Bahasa kiasan pun diharamkan. Makna kata harus transparan, pasti, dan harfiah. "Untuk mengatakan ‘ikan’ cukup dengan menyebut ‘ikan’," katanya, "tanpa menyembunyikan makna di bawah bunyi kata itu."

Ekstrem, tentu. Jorge tak mau tahu, metafora dan perumpamaan justru dekat dengan iman yang dalam, yang tak terungkapkan secara memadai dengan bahasa yang merupakan produk kesepakatan sosial. Jorge mengabaikan kata Yesus: "Mulutku akan mengucapkan perumpamaan. Aku akan menyatakan hal-hal yang tersembunyi sejak permulaan."

Perumpamaan, parabel, dan alegori yang tak sepenuhnya transparandengan kata lain: bahasa puitikada dalam kitab-kitab suci: Quran, Bhagawat Gita, Tripitaka. Bahasa puitik selalu tak bisa selesai ditafsirkan. Maka tak mati-mati, sebagaimana karya penyair piawai.

Seorang penyair bahkan "gagap". Seperti kata Deleuze, cara sang penyair mengungkapkan adalah "suatu kegagapan yang kreatif", un prodigieux bégaiement. Kata-kata muncul, tak jarang begitu saja, hendak mengemukakan sesuatu yang paling dalam dan paling awaldan tak 100 persen berhasil. Kata-kata seakan-akan hanya bayang-bayang sebuah makna yang separuhnya tertelan.

Dalam biara Jorge, kegagapan akan dianggap guyahnya iman. Di sini agama adalah pengukuhan kebenaran mutlak. Mencapai itu tiap gangguan, tiap godaan, harus disingkirkan: humor, puisi, dan pertanyaan tak bisa dibiarkan.

Menghadapi Jorge, seorang bruder dari Inggris, William Baskerville, berdiri tegak. Bahkan ia berbalik mendakwa. "Kamu Iblis," ia mencerca sang biarawan. Iblis adalah "keangkuhan jiwa", l’arroganza dello spirito, "iman yang tanpa senyum, kebenaran yang tak pernah dijangkiti ragu".

Eco pun melengkapkan perumpamaannya tentang agama yang tertutup dengan adegan dramatis di akhir novelnya: biara itu terbakar. Juga perpustakaannya, yang dahulu dijaga Jorge dengan angker. Yang tersisa, yang tersebar, adalah serpihan halaman buku.

Kebenaran, juga tentang Tuhan, akhirnya punya arti bukan karena dibela sebuah biara tinggi yang tertutup. Kebenaran itu bertebaran, dan tak henti-hentinya ditemukan, tak henti-hentinya dijalin.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

5 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

26 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

34 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

38 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

53 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

54 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya