Kejar Target Hutan Sosial

Penulis

Senin, 17 Desember 2018 07:21 WIB

Presiden Serahkan SK Program Perhutanan Sosial untuk Rakyat

Pemerintah sudah semestinya mengejar target kuantitas pelaksanaan perhutanan sosial yang telah dicanangkan. Namun pencapaian luas area yang mengikuti program tersebut sebaiknya tak hanya menjadi satu-satunya ukuran keberhasilan. Menggenjot pencapaian luas akan membuat program ini dijalankan dengan sekadar mobilisasi dari atas, yang tidak menjamin keberlanjutan.

Presiden Joko Widodo mencanangkan lahan seluas 12,7 juta hektare masuk dalam program perhutanan sosial periode 2015-2019. Program ini menjadi pendamping redistribusi lahan yang masuk ke agenda besar reforma agraria. Masyarakat dapat mengelola hutan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan tetap menjaga keseimbangan lingkungan. Ada lima skema pengelolaan, yakni hutan desa, hutan kemasyarakatan, hutan tanaman rakyat, hutan adat, dan kemitraan kehutanan.

Dari sisi kuantitas, menurut Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, hingga November realisasi pengelolaan hutan dalam program ini masih 2,13 juta hektare atau 16,8 persen dari target 12,7 juta hektare. Angka yang ditargetkan ini memang ambisius, meski memiliki tujuan strategis, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di 40.859 desa.

Program itu mengasumsikan kelompok yang paling merasakan keberhasilan ataupun kegagalan pengelolaan hutan adalah masyarakat di sekitarnya. Karena itu,merekalah yang semestinya mendapat insentif paling tinggi untuk mengurus usaha kehutanan, sekaligus mencegah kerusakan.Apalagi, menurut data, dari sekitar 48,8 juta penduduk yang tinggal di sekitar hutan, 10,2 juta orang masuk kategori miskin.

Banyak contoh keberhasilan program ini. Masyarakat adat Kampung Segumon di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, berhasil melepaskan diri dari ketergantungan pada perkebunan sawit milik perusahaan besar. Di Kulon Progo, Yogyakarta, ada perhutanan sosial Kalibiru. Dirintis pada 1999 dengan izin sementara hutan kemasyarakatan, kelompok masyarakat di sini mengubah kawasan hutan yang semula kritis menjadi produktif sebagai kawasan ekowisata. Walhasil, tak ada lagi penduduk desa yang menebang kayu dari hutan.

Advertising
Advertising

Tentu ada pula kelompok yang belum berhasil. Di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, dua kelompok tani kewalahan mengelola lahan ratusan hektare. Mereka menyatakan perlunya pendampingan. Daerah ini bisa disebut sebagai contoh belum padunya semua unsur yang seharusnya terlibat. Program ini memang memerlukan keterlibatan sejumlah pihak, antara lain pemerintah daerah, akademikus, organisasi nonpemerintah, hingga kalangan usaha. Jika hanya salah satu unsur yang bergerak, bisa dipastikan perhutanan sosial di satu wilayah tak akan berjalan.

Patut dicatat, kesuksesan perhutanan sosial tidak akan ditentukan semata-mata oleh adanya izin legalitas ataupun bantuan modal dari pemerintah. Perhutanan sosial akan berhasil jika masyarakat pengelolanya mampu membangun kelembagaan secara baik. Dengan demikian, mereka akan mendapat manfaat dari pengelolaan hutan yang ditentukan secara adil.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

8 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

29 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

37 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

41 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

56 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

57 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya