Cukup Sampai di Sini, Edy

Penulis

Selasa, 27 November 2018 07:30 WIB

Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi (kiri) menyematkan jaket kepada kapten timnas U-22 Hansamu Yama Pranata ketika pelepasan Timnas U-22 di Jakarta, 10 Agustus 2017. Timnas U-22 akan berlaga pada SEA Games XXIX Kuala Lumpur 2017 dengan target mendapatkan medali emas. ANTARA/Wahyu Putro A

Edy Rahmayadi sepatutnya mempertimbangkan rangkap jabatannya sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Gubernur Sumatera Utara. Kegagalan beruntun tim nasional semestinya menjadi perhitungan penting bahwa mengurus asosiasi olahraga sebesar PSSI tak bisa dilakukan sambil lalu, melainkan perlu perhatian dan konsentrasi penuh.

Jebloknya prestasi tim nasional dalam Piala AFF 2018 menjadi petunjuk tegas soal tidak beresnya PSSI menyiapkan wakil Indonesia berlaga di pentas Asia Tenggara itu. Datang dengan target juara, tim nasional cuma bertengger di posisi keempat dari lima negara di fase grup. Kegagalan semestinya diakui dengan rendah hati, sedangkan Edy malah menyalahkan pihak lain, termasuk wartawan.

Terpilih dalam Kongres PSSI November 2016, pada kepengurusan Edy mulai bermunculan masalah, seperti isu pengaturan skor dan kekerasan antar-pendukung klub. Selama Edy menjabat, sembilan suporter tewas di dalam dan di luar stadion. Wajar jika publik mengaitkan kebobrokan sepak bola nasional dengan rangkap jabatan Edy. Mustahil organisasi yang bermarkas di Jakarta bisa berjalan mulus dengan pemimpin yang berdomisili di Medan. Terbukti, Komite Eksekutif PSSI mengeluh kesulitan menemuinya.

Dalam perhelatan AFF 2018, Edy tidak pernah menyemangati pasukan Garuda di stadion. Mengurus tim nasional hanyalah secuil dari setumpuk tugas PSSI, di samping membina pemain usia dini, kompetisi antar-kelompok usia, pelatihan wasit serta pelatih, dan lain-lain. Semuanya bertujuan membentuk tim nasional yang kuat. Kalau di muara saja dia tidak terlihat, bagaimana mungkin dia hadir di sektor lain?

Edy juga menjabat Ketua Dewan Pembina PSMS Medan. Dia boleh saja menampik adanya konflik kepentingan. Namun sulit dibantah bahwa klub itu kerap beruntung. Misalnya saat nyaris tidak lolos verifikasi soal kelayakan stadion untuk berlaga di Liga 1, kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Maret lalu. Pada Oktober 2017, PSMS juga hanya diberi sanksi empat pertandingan sonder penonton pasca-kematian suporter Persita Tangerang yang diduga dikeroyok pendukung PSMS.

Advertising
Advertising

Statuta PSSI memang tidak mengatur soal rangkap jabatan. Namun, demi kelancaran organisasi, ketua umum haruslah orang yang bisa menyediakan sepenuh waktunya untuk mengurus sepak bola, olahraga terpopuler di dunia. Presiden Federasi Sepak Bola Malaysia, Datuk Hamidin Mohammad Amin, yang terpilih pertengahan tahun ini, bisa menjadi contoh. Ia mantan bankir yang merangkak menjadi pengurus sepak bola dari level suporter klub, sebelum menapak menjadi orang nomor satu.

Pengurus PSSI bisa mengakomodasi suara suporter tim nasional lewat Kongres PSSI 2019, Januari mendatang. Jika agenda pergantian ketua umumyang masa tugasnya masih dua tahun lagitidak kunjung tercantum, asosiasi daerah dapat menginisiasi kongres luar biasa. Langkah konkret perlu diambil, mengingat terdapat sejumlah agenda penting sepak bola pada tahun depan, termasuk SEA Games dan kualifikasi Piala Asia U-23. Namun alangkah baiknya jika Edy yang memutuskan mengundurkan diri. Toh, dia sendiri mengakui "capek" dan "banyak urusan" saat ditanya soal keterpurukan tim nasional.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

6 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

26 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

35 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

38 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

54 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

54 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya