Sengkarut Proyek Kereta Cepat

Penulis

Senin, 26 November 2018 07:00 WIB

Pemerintah memutuskan menghentikan sementara proyek LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Penghentian sementara pengerjaan proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung di jalan tol Jakarta-Cikampek memperlihatkan lemahnya perencanaan dalam pembangunan sarana transportasi tersebut. Hal ini juga menambah kental keraguan atas manfaat proyek tersebut bagi publik.

Moratorium pengerjaan proyek itukhusus di jalan tol Jakarta-Cikampek Kilometer 11-17 direncanakan berlangsung selama 3-4 bulan. Turut dihentikan sementara proyek kereta layang ringan (light rail transit/LRT). Pemerintah beralasan melakukan itu untuk mengurangi kemacetan, lantaran pada saat bersamaan tiga proyek tengah dikerjakan di ruas tersebut.

Kementerian Perhubungan memilih mendahulukan penyelesaian jalan tol layang Jakarta-Cikampek. Proyek itu diprioritaskan karena harus selesai sebelum Lebaran tahun depan. Sedangkan target penyelesaian proyek kereta cepat dan LRT masing-masing pada 2021 dan 2019.

Penghentian mungkin sudah sesuai dengan aspirasi masyarakat yang tak sabar menghadapi kemacetan. Tapi, di sisi lain, kemacetan itu sesungguhnya dampak dari kesalahan pemerintah dalam perencanaan. Seharusnya penetapan ketiga proyek di atas sudah memperhitungkan kemacetan yang bakal terjadi dan mempersiapkan solusinya.

Pemerintah dan konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia-China (terdiri atas PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia dan China Railway International Co) mengklaim penundaan proyek di jalan tol Jakarta-Cikampek itu tak akan membuat penyelesaiannya meleset dari target. Kebenarannya masih perlu ditunggu. Sejauh ini, kemajuan proyek tersebut belum menggembirakan. Pembebasan lahan proyek sepanjang 142,3 kilometer baru rampung 80 persen dan proses konstruksinya baru 3,2 persen.

Advertising
Advertising

Kalaupun target penyelesaian itu tercapai, tantangan lebih besar menanti. Proyek senilai US$ 6,071 miliar atau sekitar Rp 85 triliun ini sejak awal sudah dikritik karena dinilai dipaksakan dan dilakukan tanpa kajian matang. Selain masalah lingkungan, ada keraguan investasi yang besar tersebut bisa cepat kembali.

Dana proyek yang mayoritas dipinjam dari China Development Bank bisa menjadi masalah. Dengan kondisi nilai tukar yang sempoyongan dan pendapatan proyek yang hanya didapat dalam rupiah, pinjaman dalam bentuk mata uang asing mengundang risiko besar. Nilai pengembalian utang plus bunga bisa bertambah berkali lipat.

Kondisi itu berpotensi menimbulkan lingkaran setan. Pengelola dan pemerintah akan kesulitan menentukan tarif yang pas. Tanpa subsidi, pengelola mendapat pemasukan besar. Tapi, jika tiket terlalu mahal, target penumpang yang ditetapkan68 ribu pada 2030ada kemungkinan sulit dicapai. Bila pemasukan lain dari bisnis berbasis transit tak bisa menutupi defisit yang ada, pengelola pun terancam merugi.

Skenario muram seperti itulah yang dikhawatirkan akan terjadi, memaksa pemerintah mengeluarkan subsidi yang akhirnya membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Semestinya, proyek mercusuar yang berpotensi membebani pemerintah seperti kereta cepat ini dihindari sejak awal.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

7 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

28 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

36 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

40 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

55 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

56 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya