Gegap-gempita Revolusi Keempat

Penulis

Senin, 12 November 2018 16:15 WIB

Intip Rahasia Internet Cepat bagi Perusahaan

Mustahil negara kita mampu memanfaatkan revolusi industri gelombang keempat hanya dengan berbekal slogan. Kita mesti menyesuaikan cara berpikir dan bertindak untuk menangkap berbagai peluang kemajuan supercepat teknologi ini. Jika tidak, Indonesia akan makin kedodoran: hanya menanggung dampak buruk atau sekadar menjadi pemandu sorak perubahan zaman.

Revolusi industri gelombang keempatjuga disebut Industry 4.0secara fundamental mengubah peradaban manusia. Kemajuan teknologi ini memungkinkan otomatisasi di hampir semua bidang. Penjualan produk dan jasa menjadi jauh lebih cepat dan efisien. Perkembangan ini setara dengan revolusi industri sebelumnya: penemuan mesin uap, penggunaan listrik untuk produksi massal, serta kekuatan elektronik dan teknologi informasi dalam otomatisasi proses produksi.

Perubahan besar itu berpotensi menaikkan pendapatan per kapita dunia, memperbaiki kualitas hidup, dan pada gilirannya memperpanjang harapan hidup manusia. Sebagian besar hal itu ditopang meluasnya penyebaran gawaiterutama telepon pintarke berbagai belahan bumi. Dengan peranti ini, teknologi menyentuh ranah personal: menjelma menjadi sekretaris pribadi, pengatur kesehatan, penasihat keuangan dan investasi, asisten pembeli makanan, serta banyak urusan lain. Semua bisa dilakukan dalam satu gawai karena pelbagai data sudah tersimpan di dalam "awan" yang bisa diakses dari mana pun.

Di dunia industri, Internet of things juga mengubah total proses produksi. Penerimaan pesanan, pembuatan desain, perkiraan tren dan permintaan, pembuatan barang, pengemasan, hingga pengiriman ke konsumen bisa dilakukan robot. Kecerdasan buatan ini menjadi kunci efisiensi. Teorinya, harga berbagai produk menjadi jauh lebih murah. Konsumen pun diuntungkan.

Sayangnya, setiap revolusi menyimpan jebakan yang tak kalah dahsyat. Hasil riset McKinsey & Company memperkirakan 47 persen pekerjaan akan menghilang dalam seperempat abad ke depan. Robot dan kecerdasan buatan bahkan menyingkirkan pekerjaan 800 juta tenaga kerja di seluruh dunia pada 2030. Berbagai profesi juga akan menghilang, digantikan oleh kegesitan mesin. Teknologi canggih ini juga bisa menyebabkan marginalisasi bagi sejumlah kelompok, memperbesar kesenjangan ekonomi, memunculkan risiko keamanan, dan merusak hubungan antarmanusia. Tanpa persiapan matang, efek negatif itu bisa sangat merusak optimisme Indonesia yang akan mendapat "bonus demografi".

Advertising
Advertising

Perkembangan ini tentu saja memerlukan respons yang tepat dari berbagai pihak. Sejauh ini, pemerintah baru mengeluarkan peta jalan yang dinamai Making Indonesia 4.0. Konsep ini menyebutkan lima sektor utama yang pada tahap awal akan menggunakan teknologi, yaitu makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, dan elektronik. Dalam cetak biru yang disusun Kementerian Perindustrian juga disebutkan sepuluh prioritas nasional, di antaranya desain ulang zona industri, pembangunan infrastruktur digital, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan insentif untuk investasi teknologi.

Cetak biru tersebut terkesan belum menunjukkan tingkat kegentingan menghadapi sisi negatif revolusi industri keempat. Apalagi industri Indonesia pun tertinggal dari sejumlah negara tetangga, terutama Vietnam. Kontribusi industri manufaktur terhadap produk domestik bruto Indonesia terus menurun dalam beberapa tahun terakhir: dari 26 persen pada 2001 menjadi 22 persen pada 2016. Ekspor pun kembali mengandalkan komoditas.

Sebagai jargon, Making Indonesia 4.0 memang gagah. Namun jauh lebih penting memulai pembenahan agar industri manufaktur kita segera membaik. Pemerintah mesti berfokus menyelesaikan masalah yang menyebabkan manufaktur tak berkembang. Tak salah kalau kita belajar dari Vietnam, yang pertumbuhan industri manufakturnya maju pesat. Pemerintah negara itu menciptakan berbagai kemudahan dalam investasi bidang berteknologi tinggi. Hasilnya, pertumbuhan sektor manufaktur memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi negara itu.

Pemerintah sudah selayaknya melanjutkan perbaikan iklim investasi, yang telah dimulai pada September 2015, ketika Paket Kebijakan Ekonomi dikeluarkan. Upaya deregulasi, penegakan hukum, dan kepastian usaha demi mendorong daya saing industri nasional harus dijalankan dengan konsisten. Tak boleh ada lagi kontrak bisnis internasional yang diubah-ubah demi mengejar kepentingan politik jangka pendek.

Making Indonesia 4.0 tak boleh berhenti menjadi jargonapalagi alat kampanyeagar kita tidak menjadi sekadar pemberi sorak perkembangan kilat teknologi.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

5 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

14 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

35 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

43 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

47 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

7 Maret 2024

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya