Guru di Pusaran Intoleransi

Penulis

Dirga Maulana

Selasa, 6 November 2018 07:16 WIB

Penting di setiap sekolah untuk mengajarkan pendidikan agama.

Dirga Maulana
Peneliti Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat UIN Jakarta

Bagaimana mungkin guru memiliki sikap intoleran dan opini yang radikal? Ketika guru terjebak pada jurang intoleransi dan radikalisme, bagaimana wajah masa depan pendidikan kita? Sekolah menjadi arena bertarungnya berbagai ideologi. Bahkan, bisa jadi sekolah menjadi lahan subur transmisi intoleransi dan radikalisme. Hal ini menjadi fenomena yang harus mendapat perhatian serius oleh pemerintah, baik Kementerian Pendidikan maupun Kementerian Agama.

Studi terbaru Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri Jakarta menunjukkan bahwa guru muslim di Indonesia bersikap tak toleran terhadap pemeluk agama lain. Survei ini berdasarkan pandangan 2.237 guru di 34 provinsi. Mereka yang memiliki pandangan intoleran mencapai 63,07 persen responden. Angka 63 persen tersebut merupakan hasil dari Implicit Association Test (IAT), alat ukur dalam psikologi sosial yang dikembangkan para ahli di sejumlah universitas Amerika Serikat. Jika didasarkan pada kuesioner, sebanyak 56,9 persen guru masuk kategori intoleran dan sangat intoleran.

Faktor penyebabnya adalah sebanyak 56 persen guru tidak setuju jika non-muslim mendirikan sekolah berbasis agama. Sekitar 21 persen guru tidak setuju tetangga yang berbeda agama boleh mengadakan acara keagamaan. Lalu, sekitar 29 persen guru ingin menandatangani petisi menolak kepala dinas pendidikan yang berbeda agama. Sekitar 34 persen guru berkeinginan untuk menandatangani petisi menolak pendirian sekolah berbasis agama non-Islam di sekitar tempat tinggal (PPIM, 2018).

Para guru ternyata juga sangat berhasrat terhadap syariat Islam. Sebanyak 62,22 persen guru setuju bahwa hanya sistem pemerintahan berbasis syariat Islam yang terbaik untuk Indonesia. Sebanyak 82,77 persen guru setuju bahwa Islam sebagai satu-satunya solusi terhadap segala persoalan dan 79,72 persen setuju bahwa umat Islam wajib memilih pemimpin yang memperjuangkan syariat Islam. Sebanyak 64,23 persen guru setuju non-muslim tidak boleh menjadi presiden dan 75,98 persen setuju pemerintah memberlakukan syariat Islam bagi pemeluknya.

Advertising
Advertising

Data ini menunjukkan bahwa pandangan intoleran masih menjadi pekerjaan rumah kita bersama. Jika kita mempercayai bahwa guru sebagai pelita harapan bangsa, temuan ini harus menjadi pijakan pemerintah untuk mengambil sebuah kebijakan. Misalnya, dengan membangun sikap toleran para guru, seperti mengadakan dialog dengan pemeluk agama lain atau pemahaman mengenai agama yang moderat.

Sayang, pemerintah masih ragu untuk menerima temuan penting ini. Padahal, PPIM sudah melakukan penelitian tentang guru dalam rentang waktu yang cukup lama. Pada 2008, PPIM meneliti pemahaman guru terhadap agama yang sangat eksklusif. Pada 2016, PPIM melakukan diseminasi mengenai paham eksklusif dalam pendidikan Islam, yakni bahan ajar pendidikan agama Islam untuk sekolah. Pada 2017, survei PPIM terhadap siswa, mahasiswa, guru, dan dosen menemukan bahwa paham eksklusif menyebabkan sikap intoleran.

Temuan ini bukanlah kesimpulan "ugal-ugalan", sebagaimana dinyatakan oleh Menteri Pendidikan (majalah Tempo, 2018), melainkan kesimpulan akademis yang bisa dipertanggungjawabkan. Jika tidak sepakat dengan temuan ini, bisa dilawan dengan data yang sudah dimiliki atau melakukan penelitian serupa oleh pihak kementerian.

Fenomena itu menegaskan kepada kita bahwa guru berada di tengah pusaran intoleransi yang menihilkan keberagaman. Padahal, keberagaman itu merupakan fondasi kita dalam berbangsa dan bernegara. Untuk itu, ada tiga hal yang patut pemerintah timbang. Pertama, pemerintah harus menahan laju intoleransi dan radikalisme di sekolah dengan memastikan para guru memiliki visi kebangsaan. Kedua, pemerintah menghadirkan pemahaman keagamaan yang moderat dan mendukungnya dengan kurikulum agama yang menghargai semua pemeluk agama. Ketiga, pemerintah mesti melibatkan guru dalam aksi sosial yang melibatkan semua unsur pemeluk agama. Keempat, pemerintah harus menyeleksi ketat buku ajar dan memiliki instrumen untuk mengontrolnya.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

4 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

13 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

34 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

42 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

46 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

7 Maret 2024

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya