Kampanye yang Mencerdaskan

Penulis

Jumat, 2 November 2018 07:30 WIB

Calon presiden inkumben Joko Widodo alias Jokowi dan calon presiden Prabowo Subianto menunjukkan nomor urut mereka saat acara pengambilan nomor urut untuk pilpres 2019 di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Jumat, 21 September 2018. Rapat pleno KPU digelar di ruang sidang lantai 2 gedung KPU, kawasan Menteng, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat. REUTERS/Darren Whiteside

Sudah sebulan lebih kampanye pemilihan presiden berlangsung, tapi publik belum bisa menangkap isu yang substansial. Kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden, Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, lebih sering ribut soal urusan remeh-temeh. Belum ada polemik yang bermutu mengenai cara mengelola negara dan memakmurkan rakyat.

Kedua pasangan calon lebih banyak blusukan dan berkeliling daerah. Mereka hanya tebar pesona, tanpa menawarkan program. Strategi ini mungkin saja efektif untuk mendongkrak elektabilitas. Sebab, masyarakat kita memang menyukai sentuhan personal. Mereka sudah senang bisa bertemu, bersalaman, dan berswafoto dengan pemimpinnya.

Masalahnya, kampanye pemilihan presiden terasa kurang gereget. Proses demokrasi ini pun menjadi kurang bermutu. Publik tidak pernah mendapat gambaran jelas, misalnya, apa konsekuensi memilih Jokowi-Ma’ruf ataupun Prabowo-Sandiaga. Apa beda keduanya dalam mengurus negara? Kedua kubu seharusnya mulai menjelaskan perbedaan visi dan misi mereka secara gamblang. Kalaupun ideologinya sama-sama nasionalis-populis, program konkretnya boleh jadi berbeda.

Dalam soal ekonom, misalnya, pasangan Jokowi-Ma’ruf berkeinginan membangun "struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing". Publik harus diberi penjelasan bagaimana hal ini bisa diwujudkan. Selama empat tahun pemerintahan Jokowi, apa yang sudah dicapai dan apa lagi program yang akan dilaksanakan jika terpilih kembali.

Begitu pula pasangan Prabowo-Sandiaga. Mereka perlu menjelaskan soal visi "membangun perekonomian nasional yang adil, makmur, berkualitas, dan berwawasan lingkungan dengan mengutamakan kepentingan rakyat Indonesia melalui jalan politik-ekonomi sesuai dengan Pasal 33 dan 34 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945". Apa beda visi yang panjang ini dengan yang telah dilakukan pemerintah sekarang?

Advertising
Advertising

Visi-misi pasangan akan lebih mudah dipahami pula jika dikaitkan dengan persoalan nyata negara ini. Banyak masalah yang kini kita hadapi, dari korupsi yang merajalela, rupiah yang melemah, ekonomi yang masih lesu, kemiskinan, hingga soal keselamatan penerbangan. Kedua kubu semestinya berdebat keras mengenai semua masalah itu, sehingga publik bisa mengambil kesimpulan kubu mana yang memiliki solusi lebih baik.

Sejauh ini bukan perdebatan yang muncul, melainkan saling mengkritik dan menjelek-jelekkan. Urusan harga nasi goreng dan tempe diributkan, tapi tidak muncul polemik bagaimana membangun perekonomian yang membuat tempe murah atau pendapatan per kapita kita naik sehingga harga barang menjadi terjangkau.

Dalam berkampanye, kedua pasangan calon seharusnya tidak sekadar berupaya mendongkrak elektabilitas dengan segala cara. Mereka harus berkomitmen pula meningkatkan mutu pemilu lewat adu program dan menghindari kampanye yang membodohi masyarakat.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

8 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

29 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

37 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

41 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

56 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

57 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya