Mengakhiri Polemik Beras

Penulis

Rabu, 24 Oktober 2018 07:11 WIB

Presiden Joko Widodo melakukan pengecekan saat melepas pengiriman hibah 5.000 ton beras kepada Pemerintah Sri Lanka di gudang beras Bulog, Jakarta, 14 Februari 2017. Sri Lanka tengah mengalami kekeringan sehingga sulit untuk memproduksi pangan. TEMPO/Subekti.

Langkah pemerintah memperbaiki data produksi beras nasional patut diapresiasi. Penghitungan terbaru oleh Badan Pusat Statistik semestinya mengakhiri polemik beras. Data ini bisa dijadikan dasar perlu-tidaknya mengimpor beras, tanpa harus mengundang perdebatan yang memalukan di kalangan pejabat.

Dibeberkan dalam rapat terbatas yang dipimpin Wakil Presiden Jusuf Kalla, Senin lalu, hasil penghitungan BPS itu memperlihatkan bahwa data produksi beras selama ini kurang akurat. BPS menghitung produksi beras nasional hanya 32,42 juta ton pada 2018, jauh di bawah prediksi Kementerian Pertanian yang memperkirakan produksi beras mencapai 46,5 juta ton.

Data Kementerian Pertanian meleset karena hanya didasarkan pada luas sawah. Jusuf Kalla pun mengakui bahwa data produksi beras tak pernah akurat sejak 20 tahun lalu. Adapun metode yang dipakai sekarang lebih canggih. Penghitungannya melalui beberapa tahap, dari menghitung luas baku sawah nasional, luas panen, hingga mengkonversi gabah kering menjadi beras.

Selain BPS, penghitungan itu melibatkan Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Badan Informasi Geospasial, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Kali ini Kementerian Pertanian tak masuk dalam tim.

Tak dilibatkannya Kementerian Pertanian sudah tepat agar tidak menimbulkan konflik kepentingan. Kementerian ini sebaiknya pula berkonsentrasi melakukan intensifikasi dan efisiensi produksi beras ketimbang memperluas sawah secara membabi-buta. Pemerintah juga tidak perlu menargetkan swasembada beras jika keinginan ini memang tak masuk akal.

Advertising
Advertising

Berdasarkan data yang baru itu, sebetulnya produksi beras nasional masih surplus 2,85 juta ton pada tahun ini. Asumsinya, konsumsi beras masyarakat kita 29,57 juta ton per tahun. Angka surplus yang kecil itu lebih masuk akal. Jika menggunakan hitungan Kementerian Pertanian, surplusnya amatlah besar. Hal ini tidak sesuai dengan fakta bahwa harga beras di pasar sering naik akibat pasokan berkurang, bahkan perlu mengimpor.

Metode penghitungan terbaru itu hendaknya dibakukan dan menjadi dasar kebijakan pemerintah dalam menjaga produksi beras dalam negeri. Data produksi beras itu perlu diperbarui secara berkala dan dijadikan pertimbangan pula dalam mengimpor beras. Selama ini kebijakan mengimpor beras yang dilakukan Kementerian Perdagangan selalu mengundang keributan. Penyebabnya, antara lain, Kementerian Pertanian meyakini hasil produksi beras nasional melimpah-ruah.

Pemerintah tidak perlu mati-matian mengejar swasembada beras bila “kebanggaan semu” ini sulit dicapai. Impor beras pun tak jadi masalah asalkan dilakukan secara transparan dan semata-mata bertujuan menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok ini. (*)

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

1 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

11 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

31 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

40 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

43 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

59 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya