Percepat Pemilu Elektronik

Penulis

Kamis, 25 Oktober 2018 07:00 WIB

Ilustrasi pemilu. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

SUDAH saatnya sistem pemilihan umum kita dibuat lebih murah buat partai politik peserta dan para calon anggota badan legislatif. Selama ini peserta pemilu harus mengais fulus dari berbagai sumber untuk membiayai aneka rupa keperluan. Kebutuhan yang paling vital tapi tergolong paling mahal adalah membayar honor saksi partai.

Kisruh soal ini merebak pekan lalu, ketika terungkap bahwa Partai Persatuan Pembangunan mewajibkan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang mendapat nomor urut 1 menyetor uang Rp 500 juta. Dana ini bakal dialokasikan untuk membayar tak kurang dari 800 ribu saksi partai yang ditugasi mengawal suara PPP di setiap tempat pemungutan suara (TPS) pada April 2019. Total dana yang dibutuhkan partai adalah Rp 241,5 miliar.

Fenomena semacam ini tentu bukan monopoli PPP saja. Semua partai politik peserta pemilu mewajibkan calon legislatornya urunan membayar honor saksi. Bahkan, selain membantu biaya saksi dari partai, para calon legislator kerap mengerahkan saksi sendiri untuk mengamankan perolehan suara. Praktik semacam ini jelas butuh biaya tak sedikit.

Biang masalahnya ada pada panjangnya proses rekapitulasi suara dalam pemilu kita, yang mencapai 35 hari. Suara dihitung sejak TPS, lalu direkapitulasi di kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional. Pengalaman di masa lalu menunjukkan panjangnya proses ini membuka peluang penggelembungan dan jual-beli suara. Karena itu, setiap calon legislator merasa perlu menurunkan saksi agar suaranya tidak "dicuri".

Pemilihan umum secara elektronik bisa memecahkan masalah tersebut. Pencoblosan hingga rekapitulasi suara dengan komputer adalah pilihan inovatif yang sudah saatnya dikaji serius. Dengan sistem ini, peserta pemilu tak perlu membayar ratusan miliar rupiah biaya saksi. Rekapitulasi suara bisa dikontrol dari layar telepon pintar. Biaya besar memang dibutuhkan di awal untuk investasi peralatan, tapi setelah itu akan menurun drastis.

Advertising
Advertising

Apalagi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi sudah lama mengembangkan teknologi e-voting. Diuji pertama kali pada 2008, dalam pemilihan kepala desa di Kabupaten Jembrana, Bali, terakhir teknologi ini dipakai dalam pemilihan kepala desa serentak di 172 desa di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, pada September 2018. Evaluasi menunjukkan akurasi sistem mencapai 100 persen. Tingkat kesalahan nol persen.

Banyak negara di dunia sudah menggunakan teknologi pemilu elektronik dengan hasil memuaskan. Selain lebih murah dan cepat, proses autentifikasi pemilih akurat. Mesin bisa memastikan hanya warga yang berhak memilih yang dapat mengakses dan memberikan suara. Teknologi juga menyederhanakan cara memilih sehingga kesalahan pencoblosan bisa dikurangi dengan drastis.

Sayangnya, proyek kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP), yang dicanangkan pemerintah sejak sepuluh tahun lalu, kini porak-poranda akibat korupsi. Akibatnya, sistem administrasi kependudukan dengan nomor identitas tunggal sampai sekarang belum juga tuntas. Padahal implementasi pemilu elektronik tak bisa dilakukan tanpa sistem ini. Karena itu, Kementerian Dalam Negeri harus berkomitmen untuk segera menyelesaikan proyek penting ini, tentu kali ini tanpa korupsi.

Dengan pemilu elektronik yang berbiaya murah, para calon legislator dan partai politik bisa berkonsentrasi menawarkan gagasan dan program kerja yang paling cocok untuk pemilih. Mereka tak perlu sibuk mencari bohir atau pinjam duit kanan-kiri. Harapannya, jika kelak terpilih, mereka pun jadi kebal dari godaan menilap anggaran.

Berita terkait

Mengenal Terowongan Silaturahmi Penghubung Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang Didatangi Paus Fransiskus

2 hari lalu

Mengenal Terowongan Silaturahmi Penghubung Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang Didatangi Paus Fransiskus

Terowongan silaturahmi yang dikunjungi Paus Fransiskus bukan sekadar untuk penyeberangan, melainkan juga simbol toleransi antarumat beragama

Baca Selengkapnya

Selain Gratiskan Tiket, Benteng Vredeburg Yogyakarta Sediakan Layanan Antar Jemput Kelompok Rentan

9 hari lalu

Selain Gratiskan Tiket, Benteng Vredeburg Yogyakarta Sediakan Layanan Antar Jemput Kelompok Rentan

Kelompok rentan disabilitas, lanjut usia, juga ibu hamil bisa menikmati layanan antar-jemput Benteng Vredeburg Yogyakarta mulai awal Agustus 2024

Baca Selengkapnya

Ubah Formasi Batuan Berusia 140 Juta Tahun, Dua Pria Nevada AS Dituntut 10 Tahun Penjara

10 hari lalu

Ubah Formasi Batuan Berusia 140 Juta Tahun, Dua Pria Nevada AS Dituntut 10 Tahun Penjara

Kedua pria tersebut mendorong bongkahan formasi batuan kuno ke tepi tebing dekat Redstone Dunes Trail di Area Rekreasi Nasional Danau Mead Nevada.

Baca Selengkapnya

Strategi Pj. Gubernur Heru Menekan Pengangguran di Jakarta

11 hari lalu

Strategi Pj. Gubernur Heru Menekan Pengangguran di Jakarta

Warga yang mencari lowongan kerja atau pelatihan meningkatkan keahlian dapat melihat informasi di laman milik dinas yang mengurusi ketenagakerjaan.

Baca Selengkapnya

PDIP Berpeluang Usung Anies Maju di Pilkada Jakarta, Cak Imin: Semoga Lancar

13 hari lalu

PDIP Berpeluang Usung Anies Maju di Pilkada Jakarta, Cak Imin: Semoga Lancar

Cak Imin merespon peluang pencalonan Anies oleh PDIP untuk Pilkada Jakarta.

Baca Selengkapnya

BPOM Sebut Galon Guna Ulang Rawan Terkontaminasi BPA

28 hari lalu

BPOM Sebut Galon Guna Ulang Rawan Terkontaminasi BPA

elaksana Tugas Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Ema Setyawati mengatakan mayoritas kemasan galon air minum yang digunakan masyarakat memiliki potensi terkontaminasi senyawa kimia Bisfenol A atau BPA.

Baca Selengkapnya

Cabut Seluruh Keterangan di Kasus Vina, Liga Akbar: Banyak Orang Baik Dukung Saya, Dulu Tidak Ada yang Percaya

38 hari lalu

Cabut Seluruh Keterangan di Kasus Vina, Liga Akbar: Banyak Orang Baik Dukung Saya, Dulu Tidak Ada yang Percaya

Dalam sidang PK Saka Tatal, Liga Akbar mencabut seluruh BAP yang ia berikan dalam kasus Vina Cirebon. Merasa lebih tenang.

Baca Selengkapnya

Resensi Buku: Pengaruh Asing Dalam Kebijakan Nasional

40 hari lalu

Resensi Buku: Pengaruh Asing Dalam Kebijakan Nasional

Sebagai sebuah pembahasan, buku ini berusaha menganalisis faktor-faktor yang memiliki pengaruh dalam kebijakan pengembangan industri pesawat terbang nasional.

Baca Selengkapnya

Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

52 hari lalu

Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

Politikus Partai Demokrat A.P.A Timo Pangerang diduga rangkap jabatan sebagai kader partai dan anggota Badan Supervisi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Baca Selengkapnya