Menuju Pemilu Elektronik

Penulis

Jumat, 19 Oktober 2018 07:00 WIB

Ilustrasi Pemilu. TEMPO/Subekti

Usul Dewan Perwakilan Rakyat untuk membebankan biaya saksi pemilihan umum kepada negara jelas kurang tepat. Dewan seharusnya justru mendorong pemerintah menyelenggarakan pemilu secara lebih efisien. Kalau belum sanggup mengadakan pemilu elektronik, kita bisa menerapkan sistem pengawasan pemilu lewat teknologi.

Efisiensi perlu dilakukan karena biaya pemilu presiden dan legislatif 2019 cukup besar. Anggaran untuk Komisi Pemilihan Umum mencapai Rp 18,1 triliun. Adapun anggaran untuk Badan Pengawas Pemilu Rp 8,6 triliun. Jika partai politik meminta dana untuk honor para saksi, anggaran pemilu akan semakin membengkak. Setidaknya diperlukan Rp 1,2 triliun untuk honor seluruh saksi partai-partai dalam pemilu legislatif.

Honor saksi semestinya tetap menjadi tanggung jawab partai politik. Soalnya, negara telah membiayai pengawasan pemilu yang dilakukan Bawaslu. Perangkat lembaga ini tersebar dari tingkat provinsi hingga kelurahan atau desa, bahkan luar negeri. Sesuai dengan Undang-Undang Pemilu, Bawaslu pun diwajibkan bersikap adil kepada semua peserta pemilu.

Partai politik yang sehat seharusnya memiliki dana yang cukup untuk membiayai kegiatan politik, termasuk mengawasi pemilu. Partai politik semestinya pula memiliki banyak kader yang siap menjadi saksi pemilu secara sukarela. Apalagi Bawaslu telah menyediakan pelatihan bagi para saksi.

DPR justru perlu memikirkan cara penyelenggaraan pemilu yang tidak terlalu membebani anggaran negara, misalnya lewat pemilu elektronik. Negara seperti Australia, Brasil, Jepang, Kanada, dan Amerika Serikat sudah menerapkan pemilu elektronik. Bahkan negara tetangga, Filipina, telah menggelar pemilu elektronik sejak 2010. Hasilnya, partisipasi pemilih justru meningkat dan penghitungan suara jauh lebih cepat.

Advertising
Advertising

Tentu pemilu elektronik memerlukan persiapan matang dan tidak mungkin diterapkan pada pemilu mendatang. Tapi seharusnya DPR dan pemerintah mulai mengkaji hal itu. Proyek KTP elektronik yang kini kacau-balau harus segera dibereskan pula agar pelaksanaan pemilu elektronik lebih mudah.

Kini pun Bawaslu sebetulnya sudah bisa menggunakan teknologi untuk memantau tempat pemungutan suara. Pengawasan elektronik, seperti penyediaan kanal video streaming dari TPS, akan memudahkan partai politik untuk ikut mengawasi. Masyarakat pun bisa dilibatkan mengawasi penghitungan suara lewat berbagai kemudahan teknologi.

Pengawasan secara elektronik merupakan langkah menuju pemilu elektronik sebagai solusi yang lebih ideal. Penyelenggaraan pemilu elektronik harus segera dirancang pula karena memudahkan masyarakat sekaligus lebih efisien. Apalagi kita sering menggelar pemilu, termasuk pemilihan kepala daerah. Pembahasan pemilu elektronik jauh lebih penting dibanding urusan honor saksi pemilu yang kini diributkan DPR.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

4 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

25 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

33 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

37 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

53 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

53 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya