Maju-Mundur Harga Premium

Penulis

Jumat, 19 Oktober 2018 07:10 WIB

Petugas mengisi Premium ke tangki sepeda motor di salah satu SPBU di Jakarta, Rabu, 10 Oktober 2018. Hukum ekonomi mengatur bahwa BBM, yang bahan baku utamanya minyak mentah, memang harus naik harganya jika harga minyak mentah dunia naik. Harga minyak mentah dunia sudah naik lebih dari dua kali lipat atau 200 persen sejak 2016 berkisar US$ 32 per barel, dan saat ini melambung di kisaran US$ 80 per barel. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

KEPUTUSAN pemerintah membatalkan kenaikan harga bahan bakar minyak jenis Premium beberapa saat setelah mengumumkan untuk menaikkannya pada Rabu pekan lalu memperlihatkan proses pengambilan kebijakan yang buruk. Keyakinan pasar terhadap Indonesia bisa tergerus. Pasar dapat menganggap inkonsistensi tersebut sebagai ketidakmampuan pemerintah mengambil kebijakan dalam situasi yang gawat.

Menaikkan harga bahan bakar minyak adalah salah satu langkah yang harus ditempuh untuk menyelamatkan neraca transaksi berjalan. Bank Indonesia menyebutkan defisit transaksi berjalan pada kuartal II mencapai 3 persen dari produk domestik bruto dan diperkirakan belum turun pada kuartal III. Ini mengkhawatirkan karena, makin lebar defisit, makin besar dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap perekonomian.

Pemerintah seharusnya berani menaikkan harga bahan bakar minyak demi mengurangi defisit tersebut. Badan Pusat Statistik memaparkan neraca ekspor-impor Indonesia pada Agustus 2018 minus US$ 1,02 miliar. Biangnya adalah tekor di sektor minyak dan gas sebesar US$ 1,6 miliar. Tahun ini, sejak Januari hingga Agustus, minus dalam perdagangan minyak dan gas menyebabkan neraca defisit US$ 4,09 miliar.

Angka itu akan makin menganga seiring dengan terus naiknya harga minyak mentah di pasar dunia. Pekan lalu, harga minyak mentah Brent, salah satu yang jadi acuan, mencapai US$ 84,16. Kondisi makin berat lantaran nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus terbanting. Dalam sepekan terakhir, kurs rupiah menembus 15.000 per dolar Amerika. Padahal, dalam bujet negara, pemerintah mematok asumsi harga minyak US$ 48 per barel dengan kurs Rp 13.400 per dolar Amerika.

Konsumsi minyak yang jomplang dengan produksi mau tak mau menyebabkan tingginya impor. Kenaikan harga bahan bakar minyak bisa menekan kebutuhan impor migas sekaligus mengurangi subsidi. Pemerintah sudah bertindak tepat ketika menyetujui kenaikan harga Pertamax Series, Dex Series, dan biodiesel non-public service obligation. Tapi menaikkan harga bahan bakar nonsubsidi itu saja belum cukup.

Advertising
Advertising

Pemerintah semestinya menaikkan juga harga Premium, bahan bakar khusus penugasan; dan Pertalite, juga bahan bakar nonsubsidi. Selisih harga keekonomian Premium, misalnya, dengan harga jual terlalu jauh. Harga Premium sebenarnya sekitar Rp 8.600, sementara Pertamina menjualnya Rp 6.550 di Jawa, Madura, dan Bali. Di luar daerah itu, harganya Rp 6.450.

Selisih harga keekonomian BBM khusus penugasan dengan harga jual eceran itulah yang harus ditanggung Pertamina. Badan Pemeriksa Keuangan memaparkan, tahun lalu angkanya mencapai Rp 26,3 triliun. Pemerintah memang menutup kerugian itu dengan cara mencicilnya pada tahun ini. Tapi, seperti lingkaran setan, utang subsidi itu akan timbul lagi dan makin besar karena Pertamina terus-menerus menanggung selisih harga.

Sulit untuk tidak mengaitkan keputusan pemerintah membatalkan kenaikan harga Premium dengan kepentingan elektoral inkumben. Presiden Joko Widodo semestinya tak perlu risau akan elektabilitasnya. Survei Saiful Mujani Research & Consulting enam bulan menjelang pemilihan umum menunjukkan tingkat keterpilihan Jokowi bersama calon wakil presiden Ma’ruf Amin mencapai 60,4 persen. Ini seharusnya menambah keberanian Jokowi dalam mengambil kebijakan tak populer tapi penting untuk menyehatkan perekonomian.

Keragu-raguan tak akan menolong kurs, perekonomian, dan Pertamina. Apalagi sikap plinplan tersebut ditunjukkan di tengah pertemuan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia di Bali, saat mata seluruh dunia sedang tertuju ke Indonesia. Jika pelaku pasar berharap pemimpin Indonesia bisa mengambil kebijakan rasional dan sangat perlu untuk memperbaiki keadaan, mereka akan kecewa.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

5 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

25 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

34 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

37 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

53 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

54 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya