Adu Peran Calon Wakil Presiden

Penulis

Rabu, 17 Oktober 2018 11:05 WIB

Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno harus ekstra keras berkampanye, menyelaraskan diri dengan visi pasangan.

INILAH akibat sikap pragmatis baik kubu Joko Widodo maupun Prabowo Subianto dalam memilih pasangan. Calon wakil presiden Ma’ruf Amin harus berkampanye ekstrakeras agar tidak sekadar menjadi pelengkap calon presiden inkumben. Begitu pula Sandiaga Salahuddin Uno, yang mendampingi calon presiden Prabowo Subianto. Dalam waktu singkat, kedua calon wakil presiden juga dituntut segera menyelaraskan diri dengan visi pasangannya.

Kandidat wakil presiden seharusnya bisa memperkuat pasangan. Namun, sejauh ini, sumbangan keduanya masih relatif kecil dalam mendongkrak elektabilitas pasangan. Hasil survei Indikator Politik Indonesia pada September lalu memperlihatkan hal ini. Tanpa menyertakan pasangan, elektabilitas Jokowi 57 persen dan Prabowo 31,3 persen. Adapun elektabilitas dengan melibatkan calon wakil presiden tak jauh berbeda: Jokowi-Ma’ruf 57,7 persen dan Prabowo-Sandiaga 32,3 persen.

Pengaruh yang kecil itu tidak terlalu mengejutkan karena peran sentral presiden dalam ketatanegaraan kita. Ma’ruf dan Sandiaga juga bukan figur ideal bagi pasangannya. Keduanya ditentukan lewat politik pragmatis dan penuh dengan kompromi oleh partai politik pendukung. Penentuan calon wakil presiden tidak didasari kebutuhan untuk memperkuat visi calon presiden.

Ma’ruf akan sulit diharapkan membantu Jokowi mengatasi persoalan nyata andai kata pasangan ini menang. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia nonaktif ini bukan figur yang cocok untuk ikut membenahi perekonomian dan tata kelola pemerintahan. Peran Ma’ruf lebih untuk kepentingan politik elektoral. Itu pun bukan untuk mendongkrak elektoral pasangan secara signifikan, melainkan lebih sebagai tameng agar lawan tidak menyerangnya dengan sentimen agama.

Strategi politik itu telah menimbulkan masalah. Mantan Rais Am Nahdlatul Ulama ini dikenal sebagai tokoh Islam konservatif. Padahal, selama ini, visi kubu Jokowi lebih dekat dengan pemikiran kalangan Islam moderat. Jangan heran bila belakangan kubu Jokowi terlihat berupaya memoles Ma’ruf dengan cara mendekatkan calon wakil presiden ini dengan kalangan Islam moderat, termasuk keluarga Abdurrahman Wahid.

Advertising
Advertising

Keganjilan serupa muncul di kubu penantang. Dipilihnya Sandiaga ditengarai lebih banyak didorong kepentingan pembiayaan kampanye. Pengusaha muda ini bisa pula menutup kelemahan Prabowo pada Pemilihan Umum 2014, yang kalah memperebutkan suara perempuan dan kalangan muda. Tapi ia perlu menyatukan diri dengan visi Prabowo, misalnya dalam soal ekonomi kerakyatan.

Kalaupun urusan menyamakan visi beres, masih ada hal yang lebih penting: menerjemahkan visi menjadi program nyata. Inilah pekerjaan rumah yang belum diselesaikan baik oleh kubu Jokowi-Ma’ruf maupun Prabowo-Sandiaga. Hingga kini, publik sulit membedakan visi dan misi mereka. Kedua pasangan sama-sama populis, seperti terlihat dari visi-misi yang dipajang di situs Komisi Pemilihan Umum.

Visi pasangan Jokowi-Ma’ruf adalah terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong. Visi Prabowo-Sandiaga lebih panjang, tapi isinya hampir sama: terwujudnya bangsa dan negara yang adil, makmur, bermartabat, religius, berdaulat secara politik, dan berdiri di atas kaki sendiri secara ekonomi.

Misi kedua pasangan pun tak jauh beda. Ambil contoh soal ekonomi. Jokowi-Ma’ruf menginginkan struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing. Adapun Prabowo-Sandiaga menjanjikan perekonomian nasional yang adil, makmur, berkualitas, dan berwawasan lingkungan sesuai dengan Pasal 33 dan 34 Undang-Undang Dasar 1945. Sepintas berbeda, misi itu kemudian menjadi serupa karena dalam butir lain Jokowi-Ma’ruf juga menjanjikan pembangunan yang merata dan berkeadilan serta lingkungan hidup yang berkelanjutan.

Publik tidak memerlukan jargon muluk yang sulit dipahami, tapi menghendaki program dan solusi untuk mengatasi persoalan nyata seperti pelemahan rupiah dan ekonomi yang lesu. Masalah sehari-hari, seperti kesulitan Pertamina yang menanggung beban kenaikan harga minyak dunia atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang tekor, layak diperdebatkan kedua kubu. Urusan isu kampanye memang menjadi tugas tim sukses kubu masing-masing. Tapi calon wakil presiden seharusnya pula berperan besar.

Kampanye menjual program dan solusi akan lebih sehat bagi demokrasi dibanding sekadar saling menjelekkan lawan. Adu gagasan dan program bisa mendorong rakyat memilih secara rasional, bukan sekadar berdasarkan rasa suka terhadap figur calon presiden dan wakil presiden.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

4 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

25 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

33 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

37 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

52 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

53 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya