Tragedi Sepak Bola Kita

Penulis

Rabu, 26 September 2018 07:00 WIB

Ucapan duka atas meninggalnya Haringga Sirla, suporter Persija yang tewas dikeroyok saat berlangsung pertandingan Timnas U-19 Indonesia melawan Cina dalam laga PSSI 88th U19 International Tournament di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Selasa, 25 September 2018. ANTARA/Sigid Kurniawan

Pemerintah akhirnya meminta penyelenggara Liga 1 menyetop kompetisi sepak bola selama dua pekan, menyusul tewasnya seorang suporter Persija. Langkah ini bagus, tapi belum cukup. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia harus segera membenahi penyelenggaraan liga agar tidak menimbulkan korban jiwa lagi.

Tewasnya pendukung Persija, Haringga Sirila, 23 tahun, di kompleks Gelora Bandung Lautan Api, Ahad lalu, menambah panjang catatan hitam sepak bola kita. Ulah pendukung klub sepak bola semakin beringas dan tak terkendali lagi. Sementara itu, penyelenggara liga dan polisi yang terlibat dalam pengamanan tampak kurang sungguh-sungguh menjaga ketertiban suporter selama berada di luar lapangan.

Pada saat Haringga dikeroyok oleh bobotoh Persib, beberapa jam sebelum pertandingan dimulai, tidak ada petugas keamanan yang berada di lokasi. Padahal kebrutalan ini berlangsung di area stadion yang digunakan Persib menjamu Persija. Polisi yang dilibatkan dalam pengamanan semestinya waspada, karena suporter Persib dan Persija selalu ribut bila bertemu.

Haringga adalah korban ketujuh perseteruan pendukung Persib dan Persija selama enam tahun terakhir. Enam lainnya adalah Lazuardi, 29 tahun, Rangga Cipta Nugraha (22), Dani Maulana (17), Gilang (24), Harun Al Rasyid (30), dan Ricko Andrean (22).

Polisi harus segera mengusut tuntas tragedi Haringga. Para pelaku pengeroyokan itu semestinya diseret ke pengadilan dan diberi hukuman setimpal. Hukuman yang berat perlu dijatuhkan demi mengikis kebrutalan suporter dan mencegah tragedi serupa. Sebagai pendukung tim sepak bola, mereka sudah bertindak ngawur karena melakukan sweeping terhadap pendukung tim lawan hingga pengeroyokan.

Advertising
Advertising

Pengurus PSSI, Badan Olahraga Profesional Indonesia, dan PT Liga Indonesia Baru harus duduk bersama membenahi kompetisi Liga 1. Penghentian sementara kompetisi ini bisa diperpanjang sampai pengusutan kematian Haringga tuntas dan sanksi terhadap klub dijatuhkan.

Sesuai dengan Kode Disiplin PSSI, baik klub tuan rumah maupun klub tamu ikut bertanggung jawab atas ulah pendukungnya. Komisi Disiplin PSSI perlu menjatuhkan hukuman yang lebih berat kepada klub karena sanksi ringan, seperti "pertandingan tanpa penonton", belum memberikan efek jera. Pendukung klub sepak bola harus dibawa pada pemahaman bahwa aksi brutal mereka hanya akan merugikan klub yang mereka banggakan.

Kompetisi liga sungguh penting untuk meningkatkan prestasi sepak bola sekaligus menggerakkan perekonomian daerah. Tapi PSSI dan pengelola kompetisi harus mampu membina klub dan pendukungnya. Penyelenggara juga harus memastikan setiap pertandingan berjalan tertib tanpa kerusuhan, apalagi sampai jatuh korban jiwa. Jangan sampai kompetisi liga menjadi biang perilaku biadab yang justru bertolak belakang dengan nilai-nilai sportivitas.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

4 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

25 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

33 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

37 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

52 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

53 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya