Sudahi Debat Impor Beras

Penulis

Kamis, 20 September 2018 07:00 WIB

Aktifitas bongkar muat beras impor dari Vietnan dari kapal Hai Phong 08 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 11 November 2015. Vietnam menang kontrak untuk memasok 1 juta ton beras ke Indonesia. Tempo/Tony Hartawan

PENCITRAAN politik sangat telanjang dipertontonkan dalam debat impor beras antara Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Kepala Badan Urusan Logistik Budi Waseso. Keduanya saling melemparkan pernyataan keras-cenderung kasar-untuk membela pendapat masing-masing soal data beras.

Enggartiasto, politikus Partai NasDem, menyatakan impor beras 2 juta ton itu merupakan keputusan rapat koordinasi kabinet untuk dilaksanakan tahun ini. Bahkan permintaan impor datang sendiri dari Bulog. Sementara itu, Buwas-panggilan Budi Waseso-mengatakan tak pernah meminta impor beras karena stok di gudang Bulog masih bejibun.

Silang pendapat keduanya terjadi secara terbuka di media massa. Kedua pejabat tinggi ini memanggil wartawan serta memberikan pernyataan saling menyerang dan menjatuhkan. Kita patut prihatin atas debat terbuka kedua pejabat ini. Keduanya sedang mempermalukan diri sendiri, sekaligus menunjukkan ketidakmampuan manajemen beras pemerintah.

Debat keduanya berpangkal dari tak pernah jelasnya jumlah produksi gabah di Indonesia. Setiap lembaga, dari Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, hingga Kantor Staf Presiden, punya acuan data sendiri yang berbeda-beda. Dasarnya perhitungan satelit dan pencitraan udara terhadap sawah yang tak akurat.

Ketidakjelasan data produksi itu berimbas pada debat soal cadangan beras. Ketika Bulog masih dipimpin Djarot Kusumayakti, pada Maret lalu, secara resmi lembaga ini merilis bahwa cadangan beras pada Februari 2018 tinggal 642.612 ton, minus 27.888 dari batas aman.

Advertising
Advertising

Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian juga menyatakan cadangan beras menipis sehingga mereka sepakat mengimpor 2 juta ton tahun ini. Buwas, hingga dua bulan setelah dilantik menjadi Kepala Bulog pada 24 April lalu, juga tak frontal menolak impor beras. Pendiriannya berubah setelah partai koalisi pendukung Presiden Joko Widodo menyoal rencana impor karena bisa menggerus suara dukungan petani dalam pemilihan presiden.

Alasan pendukung impor sebetulnya juga bersandar pada kekhawatiran menurunnya popularitas politik. Kubu ini khawatir, jika stok beras kurang, inflasi akan naik, apalagi pada September Badan Pusat Statistik akan menggelar Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jika harga beras tinggi, tingkat kemiskinan akan naik dan menjadi catatan buruk bagi pemerintah.

Faktanya, impor ataupun tak impor, stok beras berada dalam batas tak aman. Untuk mengantisipasi musim kering pada triwulan pertama tahun depan, Bulog harus memiliki stok beras 2-2,5 juta ton. Sementara itu, hingga kini, seperti yang diakui Bulog sendiri, mereka hanya punya cadangan 1,5 juta ton.

Ketiadaan stok ini pada akhirnya akan berimbas pada harga. Petani dan masyarakat miskin yang akan paling terpengaruh. Karena itu, Presiden harus menghentikan silat lidah anak buahnya di muka publik dan memastikan cadangan beras aman saat musim kering nanti. Lupakan urusan elektoral karena beras menyangkut hajat hidup orang banyak.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

3 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

13 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

34 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

42 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

45 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

7 Maret 2024

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya