TNI-Polri Bukan Juru Kampanye

Penulis

Senin, 27 Agustus 2018 07:15 WIB

Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal M. Tito Karnavian didampingi Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Plt Gubernur DKi Jakarta Soni Sumarsono meninjau kesiapan pasukan gabungan TNI/Polri usai memimpin Upacara Pengamanan Kampanye Pilkada 2017 di Lapangan Silang Monas, Jakarta, 2 November 2016. Polisi yang mengikuti upacara hari ini berjumlah sekitar 3.900 personel. TEMPO/Subekti.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) seyogianya tetap bersikap netral dalam politik. Permintaan Presiden Joko Widodo kepada dua institusi bersenjata itu untuk ikut mengkampanyekan klaim keberhasilan pemerintah bisa menjadi preseden berbahaya.

Tugas baru mengkampanyekan "keberhasilan-keberhasilan" pemerintah itu akan menimbulkan benturan kepentingan personel kedua institusi tersebut. Apa yang dinyatakan oleh Jokowi itu, sebagai Panglima Tertinggi TNI, bisa ditafsirkan semacam perintah oleh para prajurit. Begitu juga oleh anggota Polri, lembaga yang kini langsung berada di bawah Presiden.

Permintaan Jokowi itu disampaikan di hadapan ratusan siswa Sekolah Staf dan Komando TNI serta Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi Polri di Istana Negara, Kamis pekan lalu. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian juga hadir bersama peserta pendidikan yang merupakan para calon perwira tinggi itu. Pidato Presiden disampaikan kurang dari dua pekan setelah Jokowi mendaftarkan diri sebagai calon presiden, berpasangan dengan Ma’ruf Amin. Mereka akan bersaing dengan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Tugas polisi sangat berat menjelang pemilihan presiden, yang kembali membelah masyarakat ke dalam dua kelompok--mengulang peristiwa 2014. Situasi ini menuntut semua personel kepolisian bersikap netral. Kegiatan mempromosikan keberhasilan pemerintah bisa dinilai masyarakat sebagai pelanggaran prinsip netral. Jika asas netralitas ditinggalkan, para personel kepolisian akan kesulitan mengendalikan benturan di antara kedua kubu yang berkompetisi.

TNI, alat pertahanan negara untuk menangkal ancaman dari luar, semestinya juga ditempatkan dalam posisi netral. Menarik mereka ke kegiatan politik akan membuat kita mundur dalam sejarah, ketika tentara mendominasi kegiatan politik praktis sepanjang 32 tahun Orde Baru. Apalagi, kecenderungan penguatan kembali peran TNI kini sudah terjadi, antara lain dengan melibatkan mereka pada operasi-operasi penanganan terorisme yang sebenarnya merupakan wilayah tugas kepolisian.

Advertising
Advertising

Tugas mengkampanyekan klaim keberhasilan pemerintah semestinya bisa dijalankan partai-partai pendukung Jokowi. Untuk mempertahankan jabatannya, dia disokong pemilik kursi mayoritas Dewan Perwakilan Rakyat, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai NasDem, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Hanura.

Sebagai inkumben, Jokowi pun punya kesempatan seluas samudra untuk menunjukkan klaim keberhasilan. Ia, misalnya, bisa saja setiap hari menggelar seremoni peresmian proyek infrastruktur yang menjadi andalan pemerintahannya. Ia punya perangkat dan kesempatan legal untuk berkampanye, tanpa perlu melibatkan tentara dan polisi.

Presiden sepatutnya mengoreksi permintaannya kepada kedua institusi itu untuk berkampanye. Jika tidak, dia bisa dianggap melanggar undang-undang, yang secara tegas mengatur netralitas TNI dan Polri dalam politik.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

7 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

28 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

36 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

40 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

56 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

56 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya