Solidaritas untuk Lombok

Penulis

Sabtu, 25 Agustus 2018 21:29 WIB

Selembar foto di reruntuhan bangunan terdampak gempa bumi di Desa Jeringo, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Rabu, 22 Agustus 2018. BNPB mengatakan korban meninggal gempa Lombok mencapai 515 jiwa sejak rentetan bencana terjadi pada 27 Juli lalu. ANTARA/Ahmad Subaidi

PEMERINTAH pusat dan daerah harus segera memperbaiki koordinasi dalam menangani korban bencana di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sebulan setelah gempa pertama mengguncang pulau berpenghuni 3,1 juta jiwa itu, penyaluran bantuan masih belum merata. Laporan soal pengungsi yang telantar tanpa pasokan logistik yang memadai masih terus terdengar.

Kekacauan di lapangan tersebut tak akan terjadi jika sejak awal ada garis komando yang jelas dalam penyaluran bantuan di masa tanggap darurat. Berapapun besarnya, bantuan publik yang dikirim ke Lombok bakal percuma jika semua lembaga berjalan sendiri-sendiri. Walhasil, bantuan menumpuk di sejumlah titik, sementara di titik lain korban menjerit karena sama sekali tak ditengok.

Pendataan korban dan kerusakan yang kurang terpadu juga berperan membuat penanganan gempa Lombok terkesan sporadis. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tampak tak sigap mengantisipasi dampak masif dari ratusan gempa yang terjadi beruntun di Lombok sejak akhir Juli lalu. Banyaknya lembaga pemberi bantuan yang tak terdata di BNPB dan kurang memahami prosedur standar masa tanggap darurat membuat situasi kian runyam.

Urusan menolong sekitar 400 ribu jiwa pengungsi dan memperbaiki 73 ribu rumah yang luluh-lantak tak akan optimal tanpa koordinasi yang baik. Pemulihan lebih dari 20 ribu korban cedera dan pemberian bantuan untuk keluarga 550 lebih korban jiwa juga membutuhkan sinergi dan kolaborasi berbagai organisasi kemanusiaan yang kini turun tangan di Lombok.

Polemik soal status bencana nasional juga menambah kisruh penanganan korban gempa. Bagi sebagian pihak, perubahan status itu dinilai mendesak agar pusat koordinasi masa tanggap darurat menjadi lebih jelas dan mobilisasi sumber daya lebih cepat. Sedangkan pemerintah pusat terkesan terlampau berhitung soal dampak penetapan status bencana nasional itu pada sektor pariwisata dan penyelenggaraan perhelatan internasional seperti Asian Games di Jakarta serta pertemuan International Monetary Fund-World Bank di Bali pada Oktober mendatang.

Advertising
Advertising

Sekarang saatnya semua pihak mengesampingkan perbedaan dan berfokus pada penanganan korban. Ketimbang memperdebatkan optimal tidaknya perhatian pemerintah untuk korban gempa Lombok, lebih baik publik bahu-membahu menggalang solidaritas sosial. Inisiatif swadaya masyarakat untuk menghimpun bantuan harus terus digalakkan di seluruh Indonesia. Sosialisasi BNPB mesti lebih terstruktur dan sistematis agar publik tahu apa yang dibutuhkan korban dan bagaimana cara menyalurkan bantuan.

Jika perlu, pemerintah pusat dan daerah bisa memperpanjang masa tanggap darurat. Meski tiga pekan sudah berlalu sejak periode darurat ditetapkan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, suplai logistik untuk para korban di pengungsian belum stabil. Pemerintah tak perlu buru-buru membangun kembali rumah-rumah yang rusak jika pasokan kebutuhan dasar untuk para pengungsi belum terjamin. Masa rehabilitasi dan rekonstruksi seharusnya baru dimulai ketika kondisi darurat sudah tertangani sepenuhnya.

Pelajaran terpenting dari semrawutnya penanganan gempa Lombok adalah minimnya kapasitas kita dalam menangani bencana. Kesadaran bahwa Indonesia merupakan wilayah rawan bencana alam belum dibarengi kesiapsiagaan mengantisipasi dampaknya. Ini pekerjaan rumah besar yang mesti dibenahi sebelum bencana alam berikutnya.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

8 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

29 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

37 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

41 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

56 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

57 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya