Menyoal Karnaval Anak Bersenjata

Penulis

Selasa, 21 Agustus 2018 07:30 WIB

Karnaval TK Bercadar dan Bersenjata. istimewa

Aparat seharusnya tidak menganggap remeh kasus karnaval siswa taman kanak-kanak yang bercadar dan membawa senapan mainan. Bagaimanapun, karnaval memperingati hari ulang tahun kemerdekaan RI di Probolinggo, Jawa Timur, itu berkonotasi dengan gerakan kekerasan.

Anak-anak seharusnya dilindungi dari hal-hal yang berpotensi memicu kekerasan. Alasan pengelola sekolah bahwa hal tersebut merupakan hiburan semata sungguh tak bisa diterima.

Karnaval yang menghebohkan ini terjadi pada 18 Agustus lalu. Siswa Taman Kanak-kanak Kartika V Probolinggo menggelar karnaval dengan aksesori yang tak biasa: memakai cadar hitam sambil menenteng senjata api tiruan. Karnaval ini pun memicu kehebohan setelah videonya menjadi viral di media sosial.

Memperingati HUT kemerdekaan memang lazim mengenakan atribut yang unik, baik baju adat maupun seragam profesi tertentu, seperti dokter, tentara, dan polisi. Tapi memakai atribut cadar hitam dan membawa senjata api tiruan jelas bukan hal biasa. Kita tahu bahwa "cadar" dan "senjata" mengingatkan pada atribut kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), yang terornya menakutkan dunia.

Saat diperiksa polisi, pengelola TK Kartika berdalih bahwa atribut itu dipilih karena pertimbangan sederhana saja. Sekolah tidak ingin membebani orang tua dengan biaya tambahan untuk menyewa kostum. Semua atribut cadar itu, termasuk senjata api tiruan, bahannya sudah tersedia di sekolah.

Advertising
Advertising

Alasan itu tak bisa diterima begitu saja. Pihak sekolah boleh saja mengklaim tak mengeluarkan banyak biaya untuk karnaval itu. Tapi harga yang dibayar dengan membuat anak TK memakai kostum seperti itu jelas "tidak murah". Senjata dan cadar hitam sudah mengarah pada gerakan terorisme, salah satu simbol kekerasan yang seharusnya dijauhkan dari anak-anak. Jika memang ingin mengenalkan nilai kepahlawanan, semestinya pihak sekolah menganjurkan memakai aksesori para pejuang, seperti baju biasa, baju petani, dan bambu runcing.

Kasus di Probolinggo harus menjadi salah catatan bagi Dinas Pendidikan ataupun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Apa yang terjadi di TK Kartika ini bisa jadi juga berlangsung di banyak sekolah lain, hanya mungkin tak diketahui publik lantaran tidak viral. Pendidikan mesti steril dari hal-hal kekerasan seperti itu.

Langkah polisi, yang berencana mencari penyebar videonya, juga tak tepat. Daripada mencari pengunggah video yang memang ada faktanya itu, lebih baik berfokus saja pada mengklarifikasi kebenaran sesungguhnya soal ini: benarkah pemakaian atribut itu semata untuk meminimalkan biaya? Atau karena kekurangpekaan pengelola sekolah?

Aktor dan produser film Amerika, Edward James Olmos, pernah mengatakan, "Pendidikan itu vaksin bagi kekerasan." Apa yang dilakukan pengelola taman kanak-kanak di Probolinggo itu justru mengajarkan sebaliknya.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

1 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

10 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

31 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

39 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

43 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

58 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

59 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya