Memajukan Ilmuwan Muda, Memajukan Indonesia

Penulis

Sangkot Marzuki

Kamis, 16 Agustus 2018 07:31 WIB

Bruce Albert dari US National Academic of Science, Sangkot Marzuki dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Jos van der Meer dari Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen dalam perayaan ulang tahun Akademi ke-25 di Jakarta Pusat, 25 Mei 2015. TEMPO/Amri Mahbub

Sangkot Marzuki

Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia," Sukarno, salah seorang pendiri negara kita, pernah berkata. Tak berlebihan, mengingat Indonesia juga lahir dari buah perjuangan para pemuda. Meski dengan modal senjata, mereka berani berjuang dan mengantarkan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.

Tujuh puluh tiga tahun berselang, zaman sudah berubah. Medan perang kita tidak lagi perlu dimenangi dengan senjata. Bangsa-bangsa yang kini maju membekali diri mereka dengan ilmu pengetahuan dan teknologi termutakhir. Indonesia-dengan jumlah penduduk nomor empat terbesar di dunia-sesungguhnya memiliki modal untuk menjadi negara maju. Kita tak kekurangan kaum muda yang cer dik cendekia.

Selama tujuh tahun, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) rutin menyelenggarakan pertemuan ilmiah transdisiplin yang menjaring ilmuwan-ilmuwan muda terbaik dan mempertemukan dengan rekan sejawat dari Amerika Serikat dan Australia. Ada lebih dari 300 ilmuwan muda Indonesia, peneliti pasca-doktoral yang tetap aktif meneliti dan berusia kurang dari 45 tahun terjaring melalui pertemuan ini. Mereka adalah calon pemimpin masa depan Indonesia. Sama dengan para pemuda yang 73 tahun lalu memperjuangkan kemerdekaan, para ilmuwan muda ini juga masih harus berjuang mengisi kemerdekaan dengan modal seadanya.

Dibanding ilmuwan dari negara maju, mereka terkendala pendanaan yang minim serta regulasi yang terlampau membelenggu. Padahal, untuk bisa berkarya dengan baik, para peneliti memerlukan otonomi dan kesempatan berpartisipasi dalam riset-riset unggulan mendasar yang biasanya berlangsung dalam jangka panjang. Para pemimpin negeri kini juga cenderung mengedepankan riset-riset terapan jangka pendek yang langsung menghasilkan manfaat. Keinginan ini tentu tidak salah, tapi juga tak boleh dilupakan bahwa riset terapan hanya bisa lahir jika kita mampu mempunyai sumber daya manusia yang menguasai perkembangan ilmu secara lebih mendasar. Jika tidak, Indonesia hanya akan terus mengimpor ilmu pengetahuan yang dihasilkan negara lain.

Advertising
Advertising

Kita tak boleh putus asa. Banyak juga ilmuwan muda Indonesia yang bisa menghasilkan prestasi cemerlang di tengah segala keterbatasan. Karena itu, para ilmuwan muda perlu didorong untuk terus menghasilkan karya yang bisa mengantarkan Indonesia menjadi negara maju, bahkan juga bermanfaat untuk kemanusiaan. Perkembangan ilmu pengetahuan tak hanya bermanfaat bagi para ilmuwan, melainkan bisa menjadi modal munculnya inovasi serta fondasi untuk pengambilan kebijakan yang bermanfaat bagi khalayak luas.

Tentu ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi. Pertama, dalam hal tata kelola, kita perlu menyediakan lahan yang subur bagi perkembangan ilmu pengetahuan dengan memberikan ilmuwan otoritas untuk meneliti tanpa banyak diganggu oleh hal-hal birokratis. Kedua, menyediakan pendanaan penelitian yang independen, bisa digunakan secara tahun jamak dan berkelanjutan, serta didapat melalui kompetisi yang sehat berdasarkan merit dan dapat dipertanggungjawabkan akuntabilitasnya. Ketiga, perlu ada keberpihakan bahwa sains dapat mendorong kemajuan bangsa.

Sebenarnya sudah cukup banyak upaya yang dilakukan untuk mendorong tumbuhnya ekosistem ilmu pengetahuan yang baik di Indonesia. Salah satunya dengan membentuk Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI) yang berfungsi mendanai riset-riset fundamental di Indonesia. Di awal pembentukannya pada 2016, DIPI mendapat dukungan dari komunitas sains dan lembaga internasional. Salah satu peraih Nobel bahkan ikut bertindak sebagai reviewer bagi proposal penelitian yang masuk. Namun, tanpa dukungan dari pemerintah, lembaga ini akan sulit berkembang lantaran sifat penelitian fundamental yang manfaatnya mungkin baru bisa dirasakan masyarakat setelah puluhan tahun. Industri bisa didorong untuk mendanai penelitian terapan, tapi riset-riset dasar memerlukan dukungan dari pemerintah.

Sudah saatnya Indonesia membuka mata, bahwa cita-cita menjadi negara maju tak bisa terlepas dari penguasaan ilmu pengetahuan. Cita-cita itu sudah diutarakan sejak lama, tepatnya 60 tahun lalu sejak Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional I pada Agustus 1958 yang dihadiri proklamator kita, Sukarno dan Mohammad Hatta. Memajukan para ilmuwan muda juga berarti memajukan Indonesia. Di tengah kerasnya persaingan global, waktu kita tak banyak untuk bisa mengambil momentum memajukan Indonesia.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

13 jam lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

9 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

30 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

38 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

42 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

57 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

58 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya