Bendera Kita Pernah Sama

Penulis

Ahmad Sahidah

Jumat, 10 Agustus 2018 07:30 WIB

Pesepak bola Indonesia U-16, Andre Oktaviansyah (kiri), berebut bola dengan pesepak bola Malaysia U-16, Mohammad Marwan Abdul Rahman (kanan), dalam laga semifinal Piala AFF U-16 di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis, 9 Agustus 2018. Amiruddin Bagus Kahfi menjadi penentu lolosnya Indonesia lewat tendangan dari titik penalti. ANTARA/M Risyal Hidayat

Ahmad Sahidah
Dosen Senior Filsafat dan Etika Universitas Utara Malaysia

Kontroversi soal bendera berulang. Pemain bola tim Harimau Malaya di bawah 16 tahun, Amirul Ashrafiq Hanifah, menggunakan bendera Polandia, yang mirip dengan Indonesia, dalam kejuaraan ASEAN Football Federation (AFF) U-16 di Surabaya, Jawa Timur. Pemain Malaysia itu meminta maaf. Kejadian ini mengingatkan kita pada peristiwa sebelumnya ketika bendera Merah Putih ditampilkan secara terbalik dalam buku panduan panitia SEA Games 2017 di Kuala Lumpur.

Orang-orang dari segala penjuru dan lapisan meluapkan kejengkelannya. Malah, sebuah akun organisasi resmi menyatakan pelaku mesti ditembak mati sebagai pengkhianat. Beberapa akun media sosial mengunggah bendera Malaysia, Jalur Gemilang, secara terbalik sebagai balasan.

Sebelumnya, pada pertandingan final AFF U-19 di Sidoarjo, Jawa Timur, penonton melempari skuad negeri jiran dengan botol. Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia, Syed Saddiq, menuntut Indonesia meminta maaf. Koleganya, Imam Nahrawi, menerima kehadiran menteri termuda itu dan bahkan sempat mengajaknya bertemu dengan Jokowi. Saddiq berharap agar di Asian Games 2018, provokasi semacam ini tidak terulang.

Tanggapan politikus Budiman Sudjatmiko dalam kasus bendera Merah Putih terbalik pada buku panduan SEA Games 2017 layak ditimbang. Alih-alih menyeret kekhilafan tersebut pada banyak isu lain, Budiman menegaskan bahwa ia menerima permintaan maaf yang dilakukan secara resmi oleh pihak penyelenggara atas dasar etika. Hubungan kedua negara serumpun ini semestinya merujuk pada etika hubungan internasional, yakni saling menghormati dan menghargai. Lagi pula, banyak orang Malaysia sendiri menyadari kesalahan tersebut dan menyoal keteledoran panitia dalam menyusun buku panduan.

Advertising
Advertising

Apakah isu ini perlu berhenti di sini? Tidak. Semestinya warga kedua negara sadar bahwa bendera Merah Putih dulu pernah digunakan oleh warga Semenanjung Malaysia sebagai lambang untuk menggelorakan perjuangan melawan penjajahan Inggris. Partai Kebangsaan Melayu Malaya (PKMM) berjuang bersama kaum nasionalis Indonesia untuk mengusir penjajah dan berhasrat membentuk Indonesia Raya atau Melayu Raya seraya mengerek bendera Merah Putih.

PKMM kemudian berubah menjadi Kesatuan Melayu Muda, yang dimotori oleh Ibrahim Yaacob dan Ishak Haji Muhammad, dengan corak perlawanan yang jauh lebih progresif. Bedanya dengan Sukarno dan Yamin, perjuangan orang Melayu Semenanjung didasarkan pada kecemasan rasial, sedangkan dua pejuang kemerdekaan Tanah Air berdasarkan jejak kerajaan Majapahit dan bahasa Melayu. Andaikata deklarasi kemerdekaan di Pegangsaan, Jakarta, menyertakan Semenanjung, mungkin kisah kita akan berbeda.

Namun, sejarah bercerita lain. Kaum kiri yang menjadi motor perlawanan tumbang. Malaysia merdeka melalui meja perundingan tokoh-tokoh Melayu, India, dan Tionghoa dengan sejawatnya di London. Kemudian, melalui perlombaan desain bendera, Jalur Gemilang, yang dibuat oleh Mohammed Hamzah, tanpa meninggalkan warna merah sebagai lambang keberanian dan putih bermakna kesucian, dipilih seraya menyisihkan 372 calon lain. Namun, Hishamuddin Rais, pegiat sosialis, menolak corak tersebut dan memilih bendera putih dengan bintang berjumlah 12 sebagai sang saka, sebagaimana juga dapat dilihat pada motif dasar bendera Singapura, UMNO, dan Patani.

Apapun bendera resmi Malaysia dan Indonesia, keduanya hadir menjadi pengikat identitas rakyat sebagai warga negara yang setara. Tak pelak, ketika bendera negeri jiran tersebut dibakar di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, rakyat negara tetangga memprotes keras karena bendera itu lambang harkat dan martabat. Sekarang, hal serupa terjadi dalam konteks berbeda.

Lambang-lambang sensitif ini perlu diperlakukan secara hati-hati. Lebih jauh, makna sejati dari secarik kain bukan semata-mata ada pada selembar bendera, tapi ba-gaimana nilai-nilai yang dipancarkan dari warna terlaksana dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran sejarah perlu hadir untuk mengurai kekusutan yang acap membelit dua negara serumpun ini.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

3 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

12 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

33 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

41 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

45 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

7 Maret 2024

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya