Bencana Enam Ruas Tol

Penulis

Tempo.co

Selasa, 24 Juli 2018 02:50 WIB

Polusi udara di Jakarta dengan tingkat pencemaran yang berbahaya. Pada tanggal 16 Mei 2018, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan Jakarta berada di posisi pertama dalam indeks kualitas udara terburuk di dunia. Pemerintah juga menerapkan pembatasan lalu lintas dalam upaya memperbaiki kualitas udara.

Elisa Sutanudjaja
Direktur Eksekutif Rujak Center for Urban Studies

Jika kita membuka salah satu aplikasi yang berfungsi mengukur tingkat pencemaran udara, kita akan mendapati bahwa Jakarta kerap berada di peringkat tiga besar, yaitu "Tidak Sehat". Jika ada pemeringkatan soal kota termacet di dunia, Jakarta pun sudah pasti masuk daftar atas. Kedua peringkat ini bukan prestasi yang membanggakan.

Wakil Gubernur DKI Jakarta menyatakan bahwa pembangunan enam ruas jalan tol dalam kota akan dilanjutkan ke rute Sunter-Semanan. Terlepas dari janji politik Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat pemilihan Gubernur DKI, sesungguhnya enam ruas tol itu tidak akan membuat Jakarta keluar dari peringkat buruk di atas. Mengapa?

Bukan sekali ini saja ada kepala daerah DKI menjanjikan pembatalan enam ruas tol. Saat Joko Widodo berkampanye dalam pemilihan Gubernur DKI 2012, beliau juga menjanjikan hal yang sama. Bahkan, saat Jokowi menjadi presiden, enam ruas tol itu menjadi Proyek Strategis Nasional 2016.

Masuknya ruas tol tersebut sebagai Proyek Strategis Nasional juga merupakan bentuk ketidakjelasan komitmen pemerintah pusat dan daerah dalam menjalankan agenda perubahan iklim. Indonesia dalam Kesepakatan Paris berkomitmen mengurangi emisi hingga 29 persen pada 2030 dan bahkan kesepakatan itu sudah diratifikasi. Adapun DKI berkomitmen mengurangi 30 persen emisi pada 2030, seperti tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2018-2022.

Advertising
Advertising

Transportasi adalah salah satu penyumbang emisi terbesar, terutama di kawasan perkotaan. Mengapa pemerintah pusat maupun daerah seakan seia-sekata untuk mencederai komitmen tersebut?

Enam ruas tol tersebut akan melayang sepanjang 69,7 km di atas Semanan-Sunter, Sunter-Pulogadung, Duri Pulo-Kampung Melayu, Kampung Melayu-Kemayoran, Ulujami-Tanah Abang, dan Pasar Minggu-Casablanca. Sebagian besar deretan kolomnya akan berdiri di atas berbagai fasilitas dan infrastruktur publik, termasuk bantaran rel kereta api, Kanal Banjir Barat, jalan raya, hingga koridor Transjakarta.

Proses pembangunannya jelas akan mengganggu jalur Transjakarta dan berpotensi besar mengganggu jadwal kereta api Duri-Tangerang. Ketika Transjakarta bersusah-payah mencapai 500 ribu penumpang tiap hari, kini pemerintah DKI seakan-akan mengamini proses kerusakan pelan-pelan Koridor 3 Transjakarta. Enam ruas tol merupakan bentuk privatisasi jalan untuk meraup keuntungan dan berdampak negatif pada publik, tapi 80 persen jalurnya malah bertumpu dan berdiri di atas infrastruktur publik yang dibangun dari pajak rakyat.

Jalan baru akan mendorong penggunaan kendaraan bermotor dan bahkan, untuk kasus tol, akan mendorong penggunaan mobil. Jakarta adalah kota yang tidak punya strategi jelas untuk mengatasi kemacetan secara menyeluruh dan belum memperbarui pola transportasi makro.

Enam ruas tol itu juga akan menembus masuk dan membelah berbagai nadi kota. Dari Kota Tua kita bisa belajar bahwa setelah Kota Tua terbelah dua karena jalan layang pelabuhan, kualitas kawasan di sekitar jalan layang menurun secara drastis. Hingga kini, berbagai upaya menyatukan Kota Tua sisi utara dan selatan selalu berakhir dengan kegagalan.

Salah satu argumen kedua wakil gubernur, baik Basuki Purnama maupun Sandiaga Uno, adalah ruas tol tersebut penting bagi transportasi logistik. Namun mereka lupa akan ongkos kesehatan yang harus ditanggung masyarakat akibat penambahan polusi, terlebih karena tol tersebut melewati permukiman. Pada 2016 saja, kerugian akibat biaya kesehatan terkait dengan pencemaran udara yang ditanggung rakyat bernilai Rp 51 triliun.

Jalan layang tol tetap saja jalan layang untuk melaju kendaraan pribadi, berbayar, dan tetap berdaya rusak besar. Penambahan lajur transportasi umum hingga rencana fasilitas pembangunan berorientasi transit (TOD) hanyalah dekorasi tanpa guna. Jalan layang berada pada ketinggian minimal 12-25 meter dan tentunya mempersulit pencapaian pengguna dan integrasi dengan moda lain.

Lantas, apakah presiden, gubernur, dan wakil gubernur mau meninggalkan kota yang polutif, macet, berdebu, dan permukiman yang rusak kepada anak-cucu kita?

Berita terkait

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

5 jam lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

5 jam lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

1 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

5 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

6 hari lalu

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Tol Tangerang Merak dari Serang Barat - Cilegon Timur Dilebarkan Jadi 3 Lajur, Ditargetkan Selesai Awal 2025

6 hari lalu

Tol Tangerang Merak dari Serang Barat - Cilegon Timur Dilebarkan Jadi 3 Lajur, Ditargetkan Selesai Awal 2025

Astra Infra Toll Road Tangerang-Merak pada tahun ini memulai pekerjaan proyek konstruksi penambahan lajur ketiga pada segmen Serang Barat (KM 77+375) sampai dengan Cilegon Timur (KM 87+150).

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

10 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

15 hari lalu

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

Ketegangan situasi geopolitik Timur Tengah dapat berdampak kepada Indonesia di berbagai indikator ekonomi.

Baca Selengkapnya

Cara Isi Saldo e-Toll via Tokopedia, BRI, BCA, BNI, dan Mandiri

16 hari lalu

Cara Isi Saldo e-Toll via Tokopedia, BRI, BCA, BNI, dan Mandiri

Bagi Anda yang berencana bepergian menggunakan mobil, pastikan sudah mengisi e-toll atau uang elektronik. Ini cara isi saldo e-Toll.

Baca Selengkapnya

Arus Balik Lebaran, Menhub Minta Truk 3 Sumbu atau Lebih Tak Beroperasi

19 hari lalu

Arus Balik Lebaran, Menhub Minta Truk 3 Sumbu atau Lebih Tak Beroperasi

Menhub Budi Karya Sumadi meminta truk tiga sumbu atau lebih agar tidak beroperasi selama arus balik Lebaran berlangsung.

Baca Selengkapnya