Khotbah Radikal di Masjid Pemerintah

Penulis

Selasa, 10 Juli 2018 07:10 WIB

Paham Radikalisme di Kampus (Rio Ari Seno)

Pemilihan takmir masjid dan khatib salat Jumat di masjid lingkungan lembaga negara, kementerian, dan badan usaha milik negara (BUMN) perlu diseleksi. Tindakan ini jangan dicap sebagai sebuah "screening" yang merepresentasikan sikap fobia terhadap Islam atau ulama. Langkah ini justru melindungi muslim dari pengaruh paham yang keliru.

Hal ini berkenaan dengan hasil penelitian Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) yang mengejutkan. Berdasarkan riset terhadap materi khotbah di 100 masjid, yang terdiri atas 35 masjid kementerian, 28 masjid lembaga pemerintahan, dan 37 masjid BUMN, P3M mendapatkan fakta bahwa rata-rata ceramah diisi materi yang cenderung radikal. Penuh kebencian terhadap demokrasi, Pancasila, dan kemajemukan.

Penelitian itu membagi ceramah menjadi radikal kategori rendah, kategori sedang, dan kategori tinggi. Khotbah yang tergolong radikal kategori rendah pun sudah lumayan mengkhawatirkan. Topik yang disampaikan antara lain khilafah. Penceramah menerima sistem demokrasi, tapi tak menolak khilafah. Penceramah memiliki sikap negatif terhadap agama lain.

Khotbah radikal kategori sedang juga menerima demokrasi, tapi menyetujui soal khilafah. Ceramah di level ini sudah menyampaikan ujaran kebencian, memusuhi kelompok lain, dan cenderung menganggap kelompoknya yang paling benar. Misalnya, menuduh Syiah memalsukan hadis. Pengkhotbah juga menstigma agama lain.

Adapun yang level tinggi, ceramahnya sudah menjurus ke provokasi. Para penceramah memprovokasi bahwa kaum kafir akan menyerang muslim. Lalu menyampaikan pandangan bahwa dewasa ini terjadi konspirasi bahwa Islam akan diserang oleh berbagai kekuatan. Mereka menakut-nakuti dengan menyatakan umat Islam dimusuhi. Mereka mengkafirkan kelompok lain, menghina mereka yang berziarah kubur, sampai mengumandangkan kebencian terhadap pemimpin nonmuslim.

Advertising
Advertising

Selama ini kita mengira paham radikal disusupkan ke jemaah di lingkaran tertutup, seperti pesantren atau pengajian tertentu. Tapi ternyata justru di halaman instansi negara. Masjid-masjid ini dibiayai negara. Ironis karena dalam instansi pemerintahan justru diungkapkan secara terbuka bahwa demokrasi Pancasila dianggap sebagai produk kafir. Bahkan ada yang menyerukan tindakan intoleran.

Yang disasar adalah pegawai negara. Bukan tidak mungkin ini merupakan gerakan sistematis. Bagaimanapun, pegawai negara adalah mereka yang merumuskan dan menentukan kebijakan sehari-hari yang mempengaruhi masyarakat. Jika mereka terpengaruh oleh hasutan, gerakan radikalisme akan muncul dari dalam negara sendiri.

Penelitian P3M ini perlu didalami lebih jauh. Penelitian ini masih sebatas menganalisis khotbah, selebaran-selebaran, dan majalah dinding yang ada di masjid-masjid, belum program masjid. Tapi jangan memandang enteng penelitian ini. Mereka yang berwenang harus mengganti para penceramah radikal ini dengan ustad dan takmir masjid moderat yang bisa menerima perbedaan, baik perbedaan yang berbasis etnis, agama, maupun budaya.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

1 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

11 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

32 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

40 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

44 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

59 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya