Komedi Politis Machiavelli

Jumat, 6 Juli 2018 07:15 WIB

Seorang aktor memerankan pejuang Romania dalam sebuah teater jalanan, "Il-Mixja" (The Way), yang merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan Pekan Suci Paskah di lapangan Verdala Istana luar Rabat, Malta, 11 April 2017. REUTERS

Seno Gumira Ajidarma
Panajournal.com

Jika filsuf dan praktisi politik seperti Niccolo Machiavelli (1469-1527) menulis drama komedi La Mandragola pada 1518, ketika dirinya terbuang sejak 1512 dari gelanggang politik, dan dipentaskan secara amatir oleh komunitasnya sendiri, Orti Oricellari, pada 1520 di Florence, seberapa sahihkah komedi itu menjadi representasi gagasan politiknya?

Tidak seperti buku pegangan penguasa Il Principe (Sang Pangeran), yang setelah ditulis pada 1513 tidak memberi hasil kepada Machiavelli jika dilihat dari tujuannya, yakni mengembalikan dirinya ke lingkungan kekuasaan Florence; justru sebaliknya dengan La Mandragola. Komedi ini memberi Machiavelli yang tidak tercapai oleh Il Principe, meski tidak sepenting pencapaiannya sebagai politikus dan diplomat sebelum ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa.

Komedi itu mengolah lelucon maupun mitos sehari-hari tentang akar tanaman mandragola. Ceritanya, Callimaco diyakinkan oleh Ligurio, mantan comblang, bahwa ia bisa mengakali Nicia, seorang hakim dan suami tua, agar membolehkan Callimaco tidur dengan Lucrezia, istrinya yang muda jelita. Siasatnya adalah Callimaco menyamar sebagai dokter dan menawarkan Nicia, yang sangat menghendaki ahli waris, ramuan yang menjamin Lucrezia akan hamil.

Ramuan ini dibuat dari akar mandragola, tanaman yang biasanya dihubungkan dengan sakit dan kematian ketimbang kesuburan. Maka, dikatakan, siapa pun yang pertama kali tidur dengan Lucrezia setelah dia menelannya akan mati. Singkat cerita, Callimaco yang "dikorbankan". Ia bisa tidur dengan Lucrezia, yang ternyata tidak menelan ramuan itu. Dengan melibatkan ibu Lucrezia dan pendeta korup untuk meyakinkan Lucrezia bahwa ini cara terbaik memutuskan perkawinan yang direstui, tindakan ini diulang terus sampai Nicia meninggal (King, 2007: 184-5).

Advertising
Advertising

Inilah persekongkolan jahat yang moralnya disahkan agar Callimaco-Lucrezia bisa menikah dan bahagia. Tidakkah ini seperti Il Principe? Penguasa tidak perlu mengutamakan moralitas demi kepentingan banyak orang. La Mandragola memang satir untuk perilaku itu.

Teater politik? La Mandragola, yang berbahasa Italia, masih diterjemahkan ke berbagai bahasa, dimainkan sampai sekarang dan diangkat ke film. Artinya, komedi itu melampaui batas konteks zamannya. Jika dikatakan Machiavelli menggubahnya demi tujuan politis, yakni kepentingan dirinya sendiri, komedi itu telah bersikap kritis. Dalam pengertian ini, sebagai seni yang peduli politik, jadilah dia instrumen perubahan sosial dan perubahan politik.

Teater politik atau drama? Jika melihat cara orang membicarakannya, keduanya tidak sama. Yang pertama berusaha memanipulasi, yang kedua membongkar manipulasi sehari-hari. Gedung-gedung teater mesti penuh di Uni Soviet semasa Stalin. Itulah teater politik. Rezim totaliter sangat memerlukannya. Dengan begitu, krisis penonton akan merupakan penanda krisis politik dan sampai saatnya berkompromi dengan drama yang lebih populer (Esslin, 1995 [1977]: 100-1). Di Indonesia, proyek indoktrinasi Orde Baru adalah teater politik, yang sebetulnya terimbangi oleh teater Rendra sebagai katarsis. Ketika Rendra dilarang main drama maupun baca puisi, salah satu pemecah kesumpekan tertutup dan sejarah sudah menunjukkan akibatnya.

Segi apa kiranya dalam La Mandragola yang mengembalikannya ke percaturan politik? Sering dikatakan, La Mandragola adalah dramatisasi Il Principe. Francis Bacon berpendapat tentang kitab terakhir itu: "Kita berutang kepada Machiavelli dan penulis-penulis sejenis itu, yang secara terbuka dan tanpa topeng menyatakan apa yang dilakukan manusia sebagai fakta, dan bukan apa yang seharusnya mereka lakukan." (Barnet, Berman & Burto [peny.], 1958: 66).

Sebulan setelah pementasan pertama, pada Maret 1520, posisi Machiavelli dikukuhkan oleh Uskup Agung Florence Giulio de' Medici, meski perannya sebatas dikirim menagih utang seorang pedagang di Lucca, jauh dari pencapaiannya sebagai diplomat yang sudah empat kali bertemu dengan Raja Louis XII di Prancis (King, op.cit., 188-90). Mengungkap realisme politik dalam drama bolehlah dianggap sebagai cara Machiavelli berpolitik, selain menyingkap politik manusia sebagaimana disaksikannya.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

5 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

26 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

34 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

38 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

53 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

54 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya