Mengembalikan Kejayaaan Pala

Kamis, 5 Juli 2018 07:15 WIB

Bumbu dapur khas untuk memasak aneka kuliner Aceh dirias untuk menjadi objek foto para fotografer yang mengikuti lomba foto di Museum Aceh, Banda Aceh 15 Mei 2017. Aceh International Halal Food Festival akan digelar pada Agustus mendatang. TEMPO/ADI WARSIDI

Bernadinus Steni
Peneliti pada Institut Penelitian Inovasi Bumi (Inobu)

Kementerian Pertanian baru-baru ini mengalokasikan anggaran Rp 2,7 triliun untuk meningkatkan produksi rempah-rempah. Sasarannya adalah mengembalikan kejayaan rempah-rempah masa silam, termasuk pala. Tulisan ini akan berfokus pada pala sebagai contoh nyata untuk menyoroti program ini.

Pelaku perdagangan pala saat ini sudah banyak berbeda dibanding pada zaman kolonial Belanda, ketika pala berada di zaman keemasan perdagangan dunia. Pelakunya kini tidak lagi semata petani, negara, dan pedagang, tapi juga ada agen atau pengepul, pemberi kredit, penyedia benih, dan transportasi. Semua itu bergerak dalam rantai pasok pala yang kompleks, sejak pembukaan lahan, pembenihan, penyiangan, perawatan, panen, pemilahan buah, pengeringan, hingga pemasaran. Sepanjang jalur tersebut, petani adalah yang paling rentan. Ironisnya, hampir 100 persen pala berasal dari kontribusi perkebunan rakyat.

Kementerian Pertanian (2016) mencatat, lahan perkebunan pala didominasi oleh perkebunan rakyat seluas 169.103 hektare atau 99,69 persen total lahan perkebunan pala secara nasional. Pada 2017, estimasi produksi per tahun dari perkebunan rakyat tercatat 34.516 ton atau 99,75 persen dari produksi nasional. Nilai ekspor tahunan pala sebesar US$ 64,398 juta dengan volume ekspor 11.549 ton. Data itu menunjukkan bahwa pala merupakan tanaman rakyat, bukan bikinan kapital skala besar dari perusahaan-perusahaan raksasa.

Institut Penelitian Inovasi Bumi (Inobu) bekerja sama dengan AKAPe Foundation dan Pemerintah Kabupaten Fakfak telah melakukan pemetaan berbasis poligon atas lahan petani dan pendataan yang komprehensif dari hulu sampai hilir mata rantai pala. Dalam setahun belakangan ini telah terpetakan 246 petani pala dengan luas lahan 633,6 hektare di tiga kecamatan dan 20 desa. Beberapa isu paling mendasar yang ditemukan dalam proses pemetaan ini adalah sebagai berikut.

Advertising
Advertising

Pertama, sulitnya membedakan benih jantan dan betina merupakan masalah unik dalam pengembangbiakan pala. Benih jantan tak berbuah. Masalahnya, pala itu diketahui jantan atau betina setelah enam tahun kemudian. Saat ini sudah tersedia inovasi melalui teknik sambung pucuk (grafting). Aceh sudah mengembangbiakkannya, tapi masih perlu diuji dan disebarluaskan ke daerah lain. Kedua, budi daya pala diwariskan secara turun-temurun dan ditopang tradisi yang kuat. Petani memang perlu digerakkan agar sistem pertanian pala lebih efisien.

Ketiga, standar pengelolaan pasca-panen semestinya mulai merefleksikan standar global, yang mencerminkan kepentingan konsumen. Konsumen negara maju, seperti Uni Eropa, makin rewel terhadap urusan keamanan pangan. Dalam beberapa tahun ini, banyak keluhan kadar aflatoksin (senyawa pemicu kanker) dan campuran kimia ekstra yang sekonyong-konyong muncul pada pala kita. Hal itu diduga kuat berasal dari penanganan pasca-panen yang tidak sepatutnya. Untuk itu, petani perlu diperkenalkan dengan standar-standar baru ini.

Keempat, mata rantai perdagangannya masih panjang. Hal itu merugikan petani dan pala rentan terpapar materi lain yang akan mempengaruhi pala. Pemerintah daerah perlu memangkas mata rantai itu. Pembangunan gudang bisa menjadi salah satu solusi.

Kementerian Pertanian mencoba menjawab masalah ini dengan kebijakan, seperti Keputusan Menteri Pertanian Nomor 320/Kpts/KB.020/10/2015 tentang Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Pala. Semua ketentuan itu mengarah pada pengelolaan pala secara profesional, mengikuti standar agronomi, keamanan pangan, keberlanjutan, dan legalitas.

Tantangannya adalah bagaimana menjembatani jarak antara bahasa regulasi dan kenyataan sosial petani tradisional. Dibutuhkan proses pendampingan yang intensif agar standar dalam kebijakan itu terinternalisasi ke dalam budaya lokal. Hal tersebut memastikan tidak hanya kepatuhan pada hukum, tapi juga kelanjutannya secara sosial. Selain itu, sistem sertifikasi benih harus bisa mencegah praktek monopoli agar tidak berujung pada tambahan biaya bagi petani pala.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

4 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

13 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

34 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

42 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

46 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

7 Maret 2024

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya