Bantuan Nontunai dan Pasar Beras

Penulis

Khudori

Selasa, 3 Juli 2018 07:30 WIB

Inspektur Jenderal (Irjen) Perdagangan Kementrian Perdagngan (Kemendag) Srie Agustina, saat meninjau Gudang Bulog Divisi Regional (Divre) Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel). Menurut Srie persediaan beras aman hingga usai lebaran nanti. Parliza Hendrawan

Khudori
Anggota Kelompok Kerja Dewan Ketahanan Pangan

Menurut rencana Kementerian Sosial, pada Agustus 2018 pemerintah akan memperluas jangkauan program bantuan pangan nontunai (BPNT) kepada 10 juta lebih keluarga penerima manfaat (KPM), naik hampir delapan kali lipat dari sasaran pada 2017 yang sebanyak 1,2 juta penerima. Itu berarti mekanisme baru penyaluran bantuan pangan pengganti Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin) dan Beras Sejahtera (Rastra) itu mencakup 65 persen rumah tangga sasaran, yang sebesar 15,498 juta. Masyarakat yang belum terjangkau BPNT tak lagi menerima Rastra, melainkan diganti dengan bantuan sosial Rastra.

Skema BPNT digadang-gadang bakal menyempurnakan aneka kelemahan Raskin. Sampai tahun lalu, Raskin/Rastra belum memenuhi kriteria 6 tepat: tepat sasaran, jumlah, harga, waktu, kualitas, dan administrasi. Empat kriteria pertama menjadi tanggung renteng sejumlah lembaga: Badan Pusat Statistik, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Dua kriteria terakhir di bawah kendali Bulog. Bulog berhasil mengendalikan tepat administrasi, tapi belum tepat kualitas.

Dalam mekanisme baru ini, pemerintah akan mentransfer langsung uang bantuan Rp 110 ribu per bulan ke rekening rumah tangga sasaran berkartu debit. Uang itu hanya bisa dibelanjakan untuk kebutuhan pokok, seperti beras, gula, dan telur, di pengecer yang ditunjuk. Rakyat bisa memilih sendiri jenis dan jumlah berasnya.

Skema ini dapat meningkatkan ketepatan sasaran, waktu, dan administrasi. Kriteria ketepatan kualitas, harga, dan jumlah tidak lagi relevan karena masyarakat dapat memilih beras sendiri. Tapi skema baru ini masih menyisakan persoalan serius. Pertama, harga pangan di luar Jawa relatif tinggi ketimbang di Jawa. Masyarakat di luar Jawa akan menerima manfaat lebih rendah ketimbang yang tinggal di Jawa. Kedua, besar bantuannya sama, padahal jumlah anggota keluarga tiap rumah tangga berbeda. Ketiga, siapa yang mengontrol bila pangan yang dibeli kemudian dijual lagi untuk membeli rokok atau pulsa ponsel?

Advertising
Advertising

Lalu, bagaimana soal stabilisasi harga beras dan nasib Bulog? Raskin/Rasta terbukti amat efektif sebagai instrumen stabilisasi harga beras. Penyaluran 232 ribu ton beras per bulan atau 10 persen dari kebutuhan beras memang besar pengaruhnya pada harga. Ketika program ini diganti bantuan nontunai, secara teoretis tidak ada lagi penyaluran beras. Fungsi stabilisasi harga beras kini sepenuhnya bergantung pada kekuatan cadangan beras pemerintah (CBP). Padahal, besaran CBP saat ini hanya 300-an ribu ton beras dengan kualitas medium. CBP mustahil bisa menjadi instrumen pemerintah untuk mengintervensi kegagalan pasar.

BPNT secara tidak langsung merupakan pengalihan tanggung jawab dari pemerintah kepada pasar. Penyediaan dan harga sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar. Dengan hanya menyisakan bantuan sosial Rastra sepertiga dari jumlah semula, pasar beras akan fluktuatif. Manfaat bagi penerima bantuan jadi tidak pasti: manfaatnya besar saat harga rendah, tapi kecil saat harga tinggi. Ini membuat ketahanan pangan masyarakat miskin kian tak terjamin.

Bagaimana nasib Bulog? Dari tahun ke tahun target pengadaan beras (medium) oleh Bulog terus diperbesar. Ketika Bulog diwajibkan menyerap gabah/beras produksi domestik dalam jumlah besar, harus pula ada gerai penyalurannya. Ketika Raskin/Rasta diubah menjadi bantuan nontunai, secara teoretis tidak ada lagi penyaluran beras Bulog. Karena itu, tidak relevan untuk menugaskan Bulog menyerap gabah/beras produksi petani. Tanpa gerai penyaluran yang pasti, bisa dipastikan Bulog akan pelan-pelan bangkrut. Bagi Bulog, setelah tugas pelayanan publik mengecil, mereka harus serius masuk usaha komersial.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

7 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

28 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

36 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

40 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

55 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

56 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya