Pancasila

Penulis

Putu Setia

Sabtu, 2 Juni 2018 07:00 WIB

Sejumlah peserta buka bersama berbincang di depan Patung Garuda Pancasila saat acara Buka Puasa Bersama dan Kerja Bakti Demi Negeri di Gereja Katedral, Jakarta, Jumat, 1 Juni 2018. Acara ini dihadiri ratusan orang dari berbagai elemen masyarakat. TEMPO/Muhammad Hidayat

PADA hari lahir Pancasila kemarin saya menemui dua orang untuk diajak ngobrol. Seseorang mengaku pegawai negeri, dia semula asyik dengan dua anaknya bermain bola di taman kota itu. Saya langsung bertanya apa arti hari lahir Pancasila.

"Saya memuji Presiden Jokowi yang menetapkan hari lahir Pancasila dan dijadikan sebagai hari libur. Saya usulkan Hari Kartini, Hari Ibu, Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, Hari Pers, juga dijadikan hari libur. Ditambah libur keagamaan dan cuti bersama yang wajib diambil apa pun agamanya, akan semakin dekat orang tua dengan anak-anaknya," kata bapak ini.

Belum sempat saya bertanya lagi, bapak ini langsung menambahkan. "Dulu Pak Harto menetapkan Hari Kesaktian Pancasila setiap 1 Oktober. Banyak yang sinis, bagaimana orang bisa sakti kalau tidak pernah lahir? Itu kan orang, ini soal ideologi negara, kesaktian itu perlu."

"Apa perlunya?" saya nyeletuk. Bapak ini menjawab. "Pancasila harus sakti. Kalau tidak sakti, bagaimana kita bisa hidup damai dalam masyarakat majemuk ini? Reformasi meninggalkan kesaktian Pancasila. Rumah ibadah dirusak, bahkan ada yang kena bom, padahal Tuhan itu kan maha esa, merusak rumah ibadah orang lain berarti juga merusak rumah Tuhan yang sama. Kemanusiaan kita hancur karena hak asasi manusia bisa dipelintir sesukanya dan dipakai untuk kepentingan kelompok. Persatuan kita rusak hanya karena urusan memilih gubernur dan presiden, padahal itu rutin setiap lima tahun. Keadilan sosial, nah, ini yang menjadi masalah besar. Segelintir orang kaya menguasai aset dan ekonomi bangsa ini. Sudahlah, Pancasila harus sakti, lalu dihayati dan diamalkan oleh seluruh penduduk negeri. Dulu sudah ada rumusan pengamalannya, kok dibuang."

Kesempatan saya bertanya soal sesuatu yang viral di Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). "Bapak tahu heboh BPIP?" Bapak itu tiba-tiba berdiri: "Maaf, saya pegawai negeri, salah omong bisa-bisa tunjangan hari raya tak turun," bapak itu lalu menuju anaknya.

Advertising
Advertising

Tak jauh dari tempat saya duduk, ada bapak yang lain. Saya dekati. "Bisa saya dapatkan komentar Bapak soal BPIP?" tanya saya layaknya reporter televisi. "Soal apanya?" dia balik bertanya.

Saya jelaskan soal badan yang sudah setingkat kementerian ini, karena ketika lahir tahun lalu masih berstatus unit kerja. Juga saya jelaskan tugasnya yang membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila, melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan. Lalu melaksanakan penyusunan standardisasi pendidikan dan pelatihan berikut penyelenggaraannya. Ini reinkarnasi dari Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila(BP7) di masa Orde Baru, cuma saja malu mengakui. "Apa komen Bapak?" tanya saya.

"Berapa saya dibayar?" dia emosional. "Harusnya mereka yang duduk di BPIP hanya difasilitasi kerjanya, bukan terima bayaran. Pancasila bukan barang dagangan, tak bisa diarahkan segelintir orang, sepertinya hanya mereka yang Pancasilais. Harus dijadikan budaya di mana semua orang yang peduli pada bangsa wajib memberi teladan yang sesuai dengan butir-butir Pancasila itu. Kalau yang duduk di badan itu digaji besar, saya yang komentar harus dibayar juga dong. Jadi, mari kita bekerja bersama-sama dengan keikhlasan demi bangsa. Kalau mereka digaji ratusan juta, sulit dapat partisipasi karena yang lain juga minta bayaran supaya adil."

Kali ini saya yang berdiri dan meninggalkan bapak itu.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

7 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

28 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

36 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

40 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

55 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

56 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya