Formula bagi Bunga Acuan BI

Penulis

Haryo Kuncoro

Senin, 28 Mei 2018 07:15 WIB

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mendapat ucapan selamat dari mantan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo usai pelantikannya di Mahkamah Agung, Jakarta, 24 Mei 2018. Tempo/Tony Hartawan

Haryo Kuncoro
Direktur Riset Socio-Economic & Educational Business Institute Jakarta

Bank Indonesia (BI) masih mencari formula yang tepat untuk menanggulangi pelemahan kurs rupiah. Selama April (month to date), nilai tukar rupiah melemah 0,88 persen sehingga akumulasi depresiasi terhadap dolar Amerika Serikat sejak awal tahun (year to date) tercatat 3,44 persen.

Kestabilan nilai rupiah diukur dari harga barang/jasa domestik yang tecermin pada inflasi. Kestabilan eksternal nilai rupiah diukur dengan mata uang negara lain yang tecermin pada nilai tukar.

BI menerapkan kebijakan moneter dengan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate. Belakangan, sinyal yang dipancarkan BI adalah menaikkan suku bunga ini, yang sudah sejak September 2017 stagnan di level 4,25 persen.

Kenaikan itu secara implisit menjadi semacam "pengakuan dosa" atas minimnya dampak suku bunga acuan terhadap stabilisasi. Faktanya, sepanjang hampir dua tahun terakhir, implementasinya, suku bunga ini telah dipangkas 200 basis point, sementara depresiasi nilai tukar rupiah senantiasa lebih tinggi dari laju inflasi.

Advertising
Advertising

Pergeseran fokus suku bunga acuan ke arah stabilisasi nilai tukar dipicu oleh rencana The Fed, bank sentral Amerika, yang akan mengerek suku bunga acuannya tiga kali lagi pada 2018. Sinyal ini akan menyedot likuiditas ke Amerika. Konsekuensinya, permintaan dolar meninggi dan nilai tukar kembali tertekan.

Tekanan terhadap nilai tukar rupiah berpotensi memantik inflasi. Mayoritas impor Indonesia adalah barang modal yang belum bisa dihasilkan di dalam negeri. Pelemahan nilai tukar rupiah niscaya mengerek harga barang modal. Harga produknya juga akan naik, yang berefek domino pada harga produk mata rantainya.

Dalam skenario BI, kenaikan suku bunga acuan bisa mengurangi suku bunga diferensial lintas negara. Imbasnya, investor asing mempunyai insentif menahan modalnya di Indonesia, likuiditas pasar finansial terjaga, pembelian dolar melandai, cadangan devisa terpelihara, nilai tukar rupiah stabil, dan inflasi terkendali.

Andai suku bunga acuan tidak dinaikkan, BI harus mengintervensi pasar guna mengendalikan gejolak nilai tukar. Posisi cadangan devisa terus menyusut US$ 1,1 miliar hanya dalam satu bulan terakhir untuk intervensi. Kendati mampu memperlambat laju depresiasi rupiah, cara ini sangat mahal.

Walhasil, suku bunga acuan BI dihadapkan pada dilema antara stabilisasi dan upaya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Secara konseptual, kenaikan suku bunga acuan akan memicu kenaikan suku bunga kredit yang selanjutnya menekan penyaluran kredit perbankan sehingga menghambat aktivitas perekonomian.

Kenaikan suku bunga acuan BI juga akan menyundul suku bunga simpanan. Hal ini memicu pemilik dana untuk menambah dana simpanannya di perbankan dengan mengurangi konsumsi dan investasi. Padahal dua hal terakhir itu adalah komponen utama permintaan agregat. Artinya, pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi.

Jadi, beban suku bunga acuan BI dalam menjaga nilai tukar rupiah sangat berat. BI tidak bisa lagi hanya mengandalkan manuver moneter tanpa menggunakan instrumen lain sebagai pendukungnya. Pengalaman krisis 1997-1998 memberi hikmah pentingnya menjaga keseimbangan antara sisi moneter dan sektor riil.

Agar program stabilisasi tidak terlalu mengorbankan pertumbuhan ekonomi, kenaikan suku bunga acuan mutlak harus diimbangi dengan optimalisasi 16 paket kebijakan ekonomi agar menjadi daya dorong bagi peningkatan kapasitas produksi, terutama industri yang berorientasi ekspor dan substitusi impor.

Dari sisi fiskal, alokasi anggaran, yang sebelumnya untuk subsidi, dipertajam ke belanja produktif. Subsidi memang bisa memproteksi kelompok masyarakat miskin yang rentan terhadap inflasi. Adapun belanja produktif, misalnya proyek padat karya, juga memiliki efek proteksi tapi memberi efek pengganda yang lebih besar.

Solusi yang agak ekstrem adalah pengendalian devisa, khususnya aliran uang panas yang dominan di pasar uang. Regulasi parsial perlu dikenakan pada aliran modal dana portofolio asing agar tidak keluar-masuk begitu saja tanpa memberikan kontribusi yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi.

Berita terkait

Nonton Timnas vs Bahrain, Jokowi: Gondok Banget

6 hari lalu

Nonton Timnas vs Bahrain, Jokowi: Gondok Banget

Presiden Joko Widodo mengungkapkan kekesalannya menyaksikan laga sepakbola Timnas Indonesia melawan Bahrain semalam.

Baca Selengkapnya

Usai Wayang Jogja Night Carnival 2024, Belasan Kasus Pencopetan Dilaporkan ke Polisi

9 hari lalu

Usai Wayang Jogja Night Carnival 2024, Belasan Kasus Pencopetan Dilaporkan ke Polisi

Pencopetan dilakukan dengan merobek tas milik korban saat mereka asyik dan fokus menonton Wayang Jogja Night Carnival

Baca Selengkapnya

Gaet Wisatawan, Pemkab Bantul Siapkan Ragam Acara di Pantai Selatan sampai Akhir 2024

9 hari lalu

Gaet Wisatawan, Pemkab Bantul Siapkan Ragam Acara di Pantai Selatan sampai Akhir 2024

Pertunjukan seni tari Sendratari Sang Ratu pada Desember di kawasan Pantai Parangtritis

Baca Selengkapnya

7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Wisatawan saat Traveling ke Inggris

11 hari lalu

7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Wisatawan saat Traveling ke Inggris

Tempat yang terlalu ramai dan objek wisata yang tiketnya harus dibeli berbulan-bulan sebelumnya adalah dua hal yang perlu diketahui sebelum ke Inggris

Baca Selengkapnya

Barang Ini Sebaiknya Tidak Dimasukkan ke Koper saat Naik Pesawat, Bisa Bocor di Ketinggian

13 hari lalu

Barang Ini Sebaiknya Tidak Dimasukkan ke Koper saat Naik Pesawat, Bisa Bocor di Ketinggian

Penurunan tekanan atmosfer di ketinggian dapat menyebabkan botol dan kaleng bertekanan bocor dan mengotori isi koper.

Baca Selengkapnya

HUT ke-268 Kota Yogyakarta, Ini Sederet Event Selain Wayang Jogja Night Carnival

15 hari lalu

HUT ke-268 Kota Yogyakarta, Ini Sederet Event Selain Wayang Jogja Night Carnival

Event HUT Kota Yogyakarta telah dipersiapkan mulai Oktober hingga Desember 2024 di berbagai titik.

Baca Selengkapnya

Akhir Pekan di Yogyakarta, IShowSpeed Coba Naik Andong di Malioboro hingga Laku Masangin

24 hari lalu

Akhir Pekan di Yogyakarta, IShowSpeed Coba Naik Andong di Malioboro hingga Laku Masangin

IShowSpeed memulai pengalaman menaiki andong di seputaran Malioboro dan berhenti di Pasar Beringharjo.

Baca Selengkapnya

Pertimbangan DPRD Usulkan Tiga Calon Penjabat Gubernur Jakarta tanpa Heru Budi

34 hari lalu

Pertimbangan DPRD Usulkan Tiga Calon Penjabat Gubernur Jakarta tanpa Heru Budi

DPRD mempertimbangkan pilkada sehingga mengusulkan tiga calon penjabat gubernur Jakarta tanpa Heru Budi.

Baca Selengkapnya

Ha Long Bay Vietnam Kembali Buka untuk Wisatawan setelah Dilanda Topan Yagi

34 hari lalu

Ha Long Bay Vietnam Kembali Buka untuk Wisatawan setelah Dilanda Topan Yagi

Aktivitas pariwisata berangsur-angsur normal di Ha Long Bay Vietnam. Penduduk setempat dan petugas fungsional telah membersihkan area tersebut.

Baca Selengkapnya

Tren Airport Tray Aesthetic, Pelancong Unggah Foto Estetik Barang Pribadi di Nampan Bandara

35 hari lalu

Tren Airport Tray Aesthetic, Pelancong Unggah Foto Estetik Barang Pribadi di Nampan Bandara

Tren Airport Tray Aesthetic memperlihatkan nampan bandara berisi barang-barang pribadi yang ditata rapi di nampan berwarna abu-abu.

Baca Selengkapnya