Reformasi Kita dan Perubahan Malaysia

Penulis

M. Alfan Alfian

Kamis, 24 Mei 2018 07:15 WIB

Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, dan Wakil PM, Wan Azizah Wan Ismail, diapit sejumlah menteri mengumumkan kebijakan pemotongan gaji mereka sebesar 10 persen di Putrajaya, Rabu, 23 Mei 2018. Malaysia Kini

M. Alfan Alfian
Direktur Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional

Berbagai ulasan tentang peringatan reformasi di Indonesia lazim mengarah ke gambaran umum yang paradoks. Di satu sisi, peluang perubahan terbuka lebar. Tapi, di sisi lain, tercatat banyak masalah yang belum tuntas. Namun hampir semua ulasan mencatat pula bahwa reformasi masih menyimpan harapan.

Reformasi adalah fenomena. Dari sisi dinamika politik, terlepas dari kekurangannya, Indonesia telah terbingkai demokrasi. Ia membuka peluang bagi hadirnya berbagai kalangan berkiprah di dunia politik.

Kendati paradoks masih ada, pengalaman reformasi Indonesia masih dipandang mengesankan oleh, antara lain, Anwar Ibrahim, tokoh politik Malaysia yang dipenjara pada masa rezim Perdana Menteri Najib Razak. Setelah keluar dari penjara pada pekan lalu, Anwar langsung bertandang ke Jakarta. Di sini, ia berkangen-kangenan dengan beberapa tokoh yang berperan penting dalam fase transisi politik 1998, seperti B.J. Habibie. Anwar mengaku belajar banyak dari negeri ini.

Indonesia memang lazim menjadi tempat belajar bagi Malaysia. Tapi, ibarat murid, dia malah mampu membalap gurunya. Konon, pada dekade awal eksistensinya, Malaysia membutuhkan banyak guru dari Indonesia. Tapi, kini, pendidikan di negeri jiran itu jauh lebih maju. Dari sisi ekonomi, Malaysia pun sudah lebih dulu maju dan bahkan sudah lama menjadi magnet bagi pekerja Indonesia.

Advertising
Advertising

Apa yang bisa didapat Malaysia dari pengalaman reformasi Indonesia? Yang dapat dikembangkan pertama-tama ialah iklim politik yang demokratis. Mahathir Mohamad, Anwar, dan rezim Pakatan Harapan, koalisi partai pemenang pemilihan umum, punya peluang transisional yang kondusif bagi penciptaan iklim keterbukaan dalam demokrasi politik mereka. Undang-Undang Keamanan Internal (ISA) sudah bukan masanya lagi. Kalau mau belajar dari Indonesia, berbagai perundang-undangan, termasuk undang-undang antisubversi serta perangkat hukum lain yang tidak selaras dengan reformasi dan demokrasi, secepatnya harus dicabut.

Pendekatan semi-otoritarian sudah tak relevan. "Mahathir baru" harus mau berbeda dengan "Mahathir lama". Mahathir masa kini disesaki isu-isu populisme yang perlu pembuktian segera, terutama dalam hal pemberantasan korupsi. Ujian pertamanya adalah menyelesaikan kasus dugaan megakorupsi Najib Razak. Apabila berhasil dalam tempo cepat, kepercayaan rakyat tentu bertambah. Malaysia juga bisa belajar dari pengalaman Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia.

Pelajaran penting lain ialah regenerasi kepemimpinan. Memang, konstelasi perpolitikan Indonesia juga masih melibatkan elite-elite politik senior yang sudah hadir sejak dan bahkan semasa Orde Baru. Tapi, munculnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai presiden menyusul pemilihan presiden langsung pertama pada 2004 cukup mengejutkan, apalagi lantas mampu bertahan dalam dua periode. Selain itu, kemunculan Joko Widodo (Jokowi) sebagai bintang gemilang pemenang pemilihan presiden 2014 tak kalah fenomenalnya. Kalau bukan karena reformasi, tak pernah ada bayangan SBY atau Jokowi menjadi presiden.

Di Indonesia, dinamika kepemimpinan nasionalnya sudah sebegitu rupa justru ketika dua orang dari masa lalu, Mahathir dan Anwar, tengah menyembul dan berkuasa kembali di Malaysia. Karena itu, ilham reformasi untuk Malaysia justru terkait dengan bagaimana ruang-ruang baru dihadirkan guna memperluas peluang bagi hadirnya "Mahathir-Mahathir" baru atau "Anwar-Anwar" baru. Peluang itu sangat terbuka dan kelak orang akan menilai keberhasilan kepemimpinan mereka justru terletak pada keberhasilan dalam menyiapkan pemimpin-pemimpin baru.

Mengelola perubahan merupakan pekerjaan mendesak pemerintahan koalisi Pakatan Harapan. Dalam perspektif Anwar, yang selaras gerak dengan kebijakan Mahathir, perubahan Malaysia kini harus terkelola oleh roh reformasi. Indonesia pun menjadi referensi pentingnya. Lagi-lagi, seolah-olah Malaysia tengah hendak belajar kembali dari Indonesia dan memang demikian menurut Anwar. Jangan-jangan, dalam waktu yang tak terlampau lama, implementasi reformasi Malaysia akan jauh lebih sukses ketimbang Indonesia.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

4 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

13 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

34 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

42 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

46 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

7 Maret 2024

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya