Reformasi dan Ironinya

Penulis

Kamis, 24 Mei 2018 07:00 WIB

Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Selain menuntut diturunkannya Soeharto dari Presiden, Mahasiswa juga menuntut turunkan harga sembako, dan cabut dwifungsi ABRI. TEMPO/Rully Kesuma

DUA puluh tahun berlalu sejak Soeharto menyatakan lengser dari kekuasaan yang digenggamnya selama 32 tahun. Sejumlah indikator menunjukkan bahwa reformasi membawa Republik ke arah yang benar. Tapi perubahan itu juga melahirkan ironi.

Sebagian dari "Enam Tuntutan Reformasi" yang disuarakan mahasiswa pada 1998 memang terwujud. Amendemen Undang-Undang Dasar 1945 menjadi fondasi bagi sistem politik yang lebih demokratis. Selain masa jabatannya dibatasi, presiden dipilih langsung oleh rakyat. Demikian pula dalam pemilihan kepala daerah.

Namun pemilihan langsung ternyata menyedot biaya politik yang mahal. Liputan majalah ini beberapa waktu lalu menemukan seorang calon gubernur, misalnya, bisa menghabiskan dana ratusan miliar rupiah, yang digunakan untuk membayar saksi, berkampanye, dan memobilisasi tim pemenangan. Itu belum termasuk mahar untuk membayar "tiket" kepada partai pengusung.

Akibatnya, setelah terpilih, seorang kepala daerah cenderung sibuk mencari rente agar balik modal. Tengoklah statistik ini: sepanjang 2005-2018, sebanyak 348 pemimpin daerah serta ribuan anggota legislatif dan birokrat terjerat korupsi. Sebagian besar di antaranya digulung Komisi Pemberantasan Korupsi, lembaga yang lahir di era reformasi. Maka perlu dicari sistem pemilihan yang bisa lebih murah tanpa mengorbankan hak publik untuk menyalurkan aspirasinya.

Harus diakui, reformasi telah membuka jalan bagi pemerataan kesejahteraan. Desentralisasi memberikan kewenangan yang luas bagi daerah dalam mengelola keuangan. Ini yang tak terjadi pada masa pemerintahan sentralistis Orde Baru. Otonomi daerah telah mendorong terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan baru di luar Jakarta atau Jawa.

Advertising
Advertising

Hanya, otonomi daerah juga melahirkan raja-raja kecil. Kepala daerah bersekongkol dengan pengusaha lokal untuk menguasai proyek-proyek pemerintah di daerah. Beberapa kepala daerah juga membentuk dinasti politik. Peralihan kekuasaan hanya berputar di sekitar keluarga mereka. Ekses ini perlu dihilangkan lewat aturan politik yang lebih adil dan pemberantasan korupsi di daerah-daerah.

Yang juga kita syukuri dari reformasi adalah jaminan kebebasan berpendapat. Media bisa berdiri tanpa izin pemerintah. Juga tanpa ancaman sensor dan bredel seperti dulu. Publik bebas mengkritik penguasa lewat berbagai saluran media. Tapi kebebasan ini juga memunculkan dampak buruk: suburnya berita palsu dan ujaran kebencian di media sosial.

Dua puluh tahun setelah reformasi dikumandangkan, ada juga yang tak terwujud: mengadili mantan presiden Soeharto dan menuntaskan kasus hak asasi manusia masa lalu. Soeharto meninggal tanpa pernah bisa dihadirkan ke persidangan. Sedangkan berkas-berkas kasus pelanggaran hak asasi, seperti peristiwa 1965, menumpuk di lemari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia karena selalu ditolak Kejaksaan Agung. Yang terakhir ini harus dituntaskan agar tak menjadi utang kita.

Reformasi adalah pekerjaan belum selesai-dan mungkin tak akan pernah selesai karena inovasi akan selalu lahir. Misalnya, kita angkat topi untuk KPK yang telah menyelamatkan uang negara dan menangkap koruptor, dari jenderal polisi, pemimpin lembaga tinggi negara, ketua umum partai politik, hingga keluarga presiden-suatu hal yang tak mungkin terjadi pada zaman Orde Baru. Tapi derasnya penangkapan oleh KPK juga menunjukkan ada pekerjaan yang belum tuntas.

Reformasi harus menyeluruh hingga ke partai politik, yang menjadi hulu korupsi politik. Ironi yang lahir dari reformasi menjadi pekerjaan tambahan yang harus dibereskan. Karena itu, reformasi perlu pembaruan semangat. Nyalanya tak boleh padam.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

3 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

24 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

32 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

36 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

51 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

52 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya