Bobol di Jantung Polisi

Penulis

Jumat, 11 Mei 2018 07:15 WIB

Personel polisi bersenjata melakukan sterilisasi area proses pemindahan napi teroris rutan Mako Brimob ke Nusakambangan di dermaga penyeberangan Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah, 10 mei 2018. Sejumlah 600 petugas gabungan, dikerahkan untuk melakukan pengamanan dan sterilisasi area. ANTARA/Idhad Zakaria

Pemberontakan narapidana terorisme di rumah tahanan Markas Komando Brigade Mobil, Depok, Jawa Barat, membuat kita berduka sekaligus bertanya-tanya: bagaimana bisa kerusuhan terjadi di dalam penjara yang terletak di jantung Brigade Mobil (Brimob), pasukan elite Kepolisian RI? Sebanyak 155 tahanan bahkan sempat menguasai area selama 36 jam.

Polisi menyebut kejadian yang merenggut nyawa lima personelnya itu berawal dari kesalahpahaman. Seorang narapidana bernama Wawan menagih makanan dari keluarganya yang dititipkan kepada seorang petugas jaga. Tapi, ketika titipan itu ditelusuri, petugas yang dimaksud sedang berada di luar rumah tahanan sehingga barang tak ditemukan.

Wawan lalu membuat keributan yang memancing terpidana lain menjebol terali. Setelah itu, mereka menyerang penjaga dan merebut senjata. Apa pun sebabnya, ini menunjukkan ada yang bolong dalam prosedur pengamanan sel di Markas Komando Brimob. Pertama, lemahnya pengawasan penjara. Kedua, kegagapan mengambil tindakan setelah meletus kerusuhan.

Setelah menyerang petugas, narapidana menyiarkan teror lewat media sosial. Penggunaan telepon seluler yang tersambung ke Internet oleh narapidana di dalam penjara ini aneh. Sudah jelas dalam aturan bahwa tahanan tak boleh memiliki alat komunikasi.

Polisi pun tak mengantisipasi kemungkinan narapidana menyiarkan teror itu ke dunia luar, misalnya dengan segera memasang pengacak sinyal. Akibatnya, pesan kekerasan itu menyebar luas seperti keinginan para narapidana. Berikutnya, kerusuhan tak lekas padam. Polisi perlu waktu sekitar 36 jam sampai mengeluarkan ultimatum agar narapidana "menyerah atau menghadapi risiko serbuan"-seperti yang disampaikan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto.

Advertising
Advertising

Sejak awal, polisi tampak berusaha menutup-nutupi kejadian. Kelima penjaga telah tewas pada Rabu dinihari, tapi polisi baru mengumumkannya secara resmi pada Rabu sore sekitar pukul 16.00 WIB. Polisi mengklaim situasi masih terkendali. Padahal kenyataannya narapidana menguasai penjara dan menyandera seorang penjaga. Sikap polisi yang tak transparan malah bisa memantik tersebarnya kabar palsu.

Ironisnya, kerusuhan terjadi pada saat Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian sedang melawat ke Yordania untuk memamerkan "kesuksesan" Indonesia dalam memberantas terorisme. Padahal, di dalam negeri, penanganannya masih jauh dari ideal. Contohnya seperti yang terjadi di Markas Komando Brimob.

Sudah saatnya penanganan terorisme dan deradikalisasi dievaluasi. Selama ini Detasemen Khusus 88 Antiteror dinilai bergerak tanpa kontrol. Akibatnya, antara lain, muncul sejumlah laporan dugaan pelanggaran hak asasi manusia oleh mereka.

Revisi Undang-Undang Terorisme yang sedang dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat bisa menjadi pintu masuk untuk menyempurnakan tatakan hukumnya. Tapi penanganan kasus terorisme harus tetap dalam koridor penegakan hukum-dengan meletakkan tentara dalam tugas perbantuan seperti saat ini, bukan sebagai ujung tombak pemberantasan terorisme.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

4 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

25 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

33 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

37 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

53 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

53 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya