Benahi Dulu Industri Sawit

Penulis

Rabu, 2 Mei 2018 07:00 WIB

Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menko Perekonomian Darmin Nasution (kanan), Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (kedua kiri) dan Bupati Kabupaten Musi Banyuasin Dodi Reza Alex (kiri) berbincang di tengah perkebunan sawit usai launching penanaman perdana program peremajaan kebun kelapa sawit di Desa Panca Tunggal, Sungai Lilin, Kabupaten Musi banyuasin, Sumatera Selatan, 13 Oktober 2017. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Pemerintah harus menanggapi dengan bijak rencana Uni Eropa menghentikan impor minyak sawit untuk bahan bakar nabati pada 2021. Ikhtiar pemerintah melobi para pemimpin Eropa agar rencana tersebut dibatalkan tentu diperlukan, tapi langkah ini harus didahului dengan membereskan tata kelola industri minyak sawit kita.

Hal yang memicu rencana Uni Eropa itu jelas berkaitan dengan masalah lingkungan dan kemanusiaan di negara penghasil minyak sawit, tak terkecuali di Indonesia. Alasan penghentian impor minyak sawit itu terutama adalah buruknya pengelolaan lingkungan oleh produsen minyak sawit.

Rencana pelarangan impor minyak sawit ini diputuskan parlemen Eropa pada Januari lalu. Uni Eropa merivisi Arahan Energi Terbarukan (Renewable Energy Directive). Dalam draf dokumen itu disebutkan bahwa mereka akan menghapus penggunaan minyak sawit untuk bahan bakar nabati hingga nol persen pada 2021.

Kebijakan itu akan berpengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia. Sebab, Uni Eropa merupakan pasar minyak sawit terbesar kedua bagi Indonesia setelah India. Negara-negara Eropa mengkonsumsi minyak sawit dalam jumlah besar, salah satunya karena tengah menggalakkan pemakaian bahan bakar nabati berbasis minyak sawit.

Merespons rencana tersebut, pemerintah melobi para pemimpin Eropa, termasuk pemimpin Vatikan, Paus Fransiskus. Hanya, sukar mengharapkan lobi seperti ini akan berhasil, bila tidak disertai upaya memperbaiki karut-marut industri kelapa sawit di dalam negeri. Upaya mulia itu tak akan efektif karena kerusakan lingkungan di negara kita kian parah akibat deforestasi oleh industri minyak sawit.

Advertising
Advertising

Pemerintah semestinya menghentikan praktik ilegal penggunaan lahan hutan lindung untuk dijadikan kebun sawit. Investigasi Tempo menemukan praktik yang tak elok ini diduga dilakukan oleh banyak perusahaan, termasuk yang berafiliasi dengan Grup Wilmar.

Persoalan industri sawit kita juga menyangkut isu perebutan lahan kebun seperti di Pasaman Barat. Bergeser ke Indonesia timur, industri sawit di sana bahkan merampas hak penduduk mencari penghidupan karena melenyapkan hutan-hutan sagu dan hutan tempat berburu hewan.

Jika pemerintah serius, upaya pembenahan industri sawit sesungguhnya tidak terlalu sulit karena pemainnya hanya sedikit. Dari luas kebun sawit sekitar 12,3 juta hektare, sekitar 60 persen dikuasai korporasi yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Grup Wilmar, misalnya, menguasai 656 ribu hektare kebun sawit dan sekitar 30 persen bisnis sawit lewat kepemilikan kilang, pengolahan, serta transportasi.

Jadi, pemerintah sebetulnya berurusan dengan sedikit pengusaha untuk memperbaiki industri sawit agar lebih ramah lingkungan. Perluasan perkebunan sawit juga tak boleh dengan cara menyingkirkan penduduk setempat. Setelah menunjukkan ikhtiar ini, Indonesia memiliki amunisi untuk melobi negara-negara Uni Eropa.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

4 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

13 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

34 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

42 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

46 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

7 Maret 2024

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya