Bioskop dan Wahabi Ortodoks

Penulis

Smith Alhadar

Jumat, 13 April 2018 06:49 WIB

Sejumlah orang menyaksikan film di bisokop pertama Arab Saudi di Jeddah, 13 Januari 2018. REUTERS/Reem Baeshen

Smith Alhadar
Penasihat Indonesian Society for Middle East Studies

Mulai 18 April mendatang, untuk pertama kalinya dalam 38 tahun terakhir, warga Arab Saudi dapat menonton film di bioskop di negara mereka sendiri. Selama ini mereka hanya bisa menonton film dari gadget atau di bioskop negara tetangga, seperti Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Tak kurang dari 40 bioskop akan dibuka di 15 kota dalam kurun lima tahun mendatang. Saudi berencana membuka paling tidak 350 bioskop dengan 2.500 layar hingga 2030. Film Hollywood, Black Panther, akan menjadi film pertama yang ditayangkan.

Pembukaan gedung bioskop, yang menjadi simbol keterbukaan Saudi, tak lepas dari Visi Arab Saudi 2030 yang digagas Putra Mahkota Pangeran Mohammad bin Salman (MBS). Visi itu memproyeksikan bebasnya Saudi dari ketergantungan pada minyak, yang selama ini menyumbang tak kurang dari 80 persen pendapatan negara, pada 2030. Pada saat harga minyak dunia anjlok drastis sejak 2014, Saudi memang harus mencari sumber pendapatan alternatif. Diperkirakan, industri bioskop dapat mendatangkan pemasukan hingga US$ 24 miliar atau sekitar Rp 330 ribu triliun dan menciptakan lebih dari 30 ribu lapangan kerja langsung secara permanen dan 130 ribu lapangan kerja di sektor pendukung.

Dalam berbagai kesempatan, MBS selalu mengatakan bahwa reformasi sosial-budaya yang gencar dilancarkan negaranya belakangan ini-yang meliputi kebebasan perempuan mengemudi kendaraan serta menonton acara olahraga di stadion dan konser musik di ruang publik-hanyalah upaya mengembalikan Saudi ke paham keagamaan yang moderat dan toleran yang dianut warga Saudi pra-Revolusi Islam Iran 1979. MBS menyalahkan Iran sebagai biang kerok timbulnya konservatisme agama di negaranya. Memang benar bahwa, sebelum Revolusi Iran, sudah ada bioskop di Saudi, tapi pernyataan MBS itu tidak seluruhnya benar. Toh, Wahabisme memandang rendah karya seni.

Empat tahun sebelum Revolusi Iran, Raja Faisal bin Abdulaziz al-Saud ditembak mati oleh keponakannya sendiri karena reformasi sosial-budaya yang dilancarkannya. Pada 1960, meskipun ditentang keras oleh para ulama Wahabi, Putra Mahkota Faisal mulai mengadakan pendidikan bagi perempuan. Ia juga membawa siaran televisi ke kerajaan itu, meskipun salah seorang keponakannya terbunuh ketika memimpin protes menentang pembukaan stasiun televisi pada 1965. Sementara itu, penciptaan kaum elite yang modern dan menguasai teknologi akan membuka tirai penutup masyarakat yang penuh kecurigaan dan sangat konservatif ini.

Advertising
Advertising

Delapan bulan setelah kemenangan Revolusi Islam Iran, terjadi insiden berdarah di Mekah. Sekitar 400 orang Wahabi ortodoks pimpinan Juhaimin al-Otaibi menyandera Masjid al-Haram. Tujuannya untuk merebut kekuasaan dan menggantinya dengan pemerintahan teokrasi. Otaibi dan pengikutnya mengendalikan sistem pengeras suara dan menggunakannya untuk menyiarkan pesan mereka. Pemerintah berusaha mengecilkan arti pemberontakan itu dengan mengecap mereka sebagai muslim fanatik yang marah karena penyebaran video game. Otaibi berkeras menuntut dijalankannya nilai-nilai Islam yang tidak tercemar budaya Barat. Yang ingin dia ciptakan adalah Saudi yang sangat terisolasi. Keluarga kerajaan akan terlempar dari kekuasaan dan mereka harus mempertanggungjawabkan uang yang telah mereka ambil dari rakyat. Ekspor minyak ke Amerika Serikat akan dihentikan dan semua tenaga ahli sipil serta militer asing akan diusir dari jazirah Arab.

Bioskop di Saudi pra-pemberontakan Otaibi sebenarnya juga tidak semoncer di Iran sebelum maupun sesudah Revolusi. Pada 1930-1950-an, para pegawai asal Amerika di perusahaan minyak Amerika-yang nantinya dikenal sebagai Aramco-memutar film di kompleks perumahan mereka, yang juga ikut ditonton warga Saudi. Pada 1960-1970-an, pemutaran film meluas ke klub olahraga, hotel internasional, dan vila orang kaya Saudi. Pemberontakan kelompok Otaibi, yang mendapat inspirasi dari Revolusi Islam Iran, mengakhiri dunia hiburan bioskop di Saudi setelah kelompok ulama ortodoks Saudi mengambil alih kekuasaan elite agama.

Bisa jadi reformasi sosial-budaya yang sedang dijalankan MBS sekarang akan berhasil, mengingat besarnya warga milenial Saudi, sekitar 70 persen. Namun MBS harus berhati-hati. Toh, jumlah anggota kelompok ortodoks Wahabi, yang menentang reformasi, masih cukup signifikan. Apalagi pemerintah membiarkan laki-laki dan perempuan bercampur di dalam bioskop.

Bioskop Saudi pun akan dibangun dan dijalankan oleh perusahaan jaringan bioskop raksasa dunia Amerika, AMC Entertainment Holdings. Bersama dengan pembangunan megaproyek Neo Mustaqbal (Masa Depan Baru) di barat daya Saudi, tempat penjualan alkohol dan perempuan berbikini diizinkan, bukan tidak mungkin Wahabi ortodoks-berkolaborasi dengan masyarakat sipil yang memperjuangkan kebebasan politik dan penegakan hukum berbasis hak asasi-akan bangkit melawan dinasti Al-Saud.

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

16 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

25 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

46 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

54 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

58 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

7 Maret 2024

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya