Menguji Profesionalitas Firli

Penulis

Kamis, 5 April 2018 07:30 WIB

Kapolri Jenderal Tito Karnavian bersama Ketua KPK Agus Rahardjo melakukan salam komando seusai melakukan jumpa pers di gedung KPK, Jakarta, 19 Juni 2017. Kedatangan Kapolri ke markas lembaga antirasuah itu untuk membahas pengungkapan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

Profesionalitas Brigadir Jenderal Firli kini diuji. Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat yang baru terpilih menjadi Deputi Penindakan Komisi Pemberantasan Korupsi itu harus "menanggalkan" seragam cokelatnya dan menunjukkan integritas serta independensinya.

Firli juga harus membuktikan bahwa kekhawatiran publik tentang perlakuan tidak adil terhadap kasus-kasus yang ditangani KPK tidak akan terjadi. Di bawah kepemimpinannya, Firli harus menjamin kasus korupsi yang melibatkan personel atau korps Kepolisian RI tidak akan dipetieskan.

Sejak awal, publik ragu akan transparansi pemilihan Deputi Penindakan KPK. Kursi strategis itu sebelumnya diduduki Inspektur Jenderal Heru Winarko. Februari lalu, Heru melepas jabatannya setelah dilantik menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional.

Ketua KPK Agus Rahardjo akhirnya mengumumkan para calon pengisi pos penting lembaga itu, setelah publik mempersoalkan transparansi proses pemilihan. Semula, KPK diduga diam-diam melayangkan surat ke Kepolisian RI dan Kejaksaan Agung perihal seleksi yang sedang diselenggarakan. Masyarakat baru mengetahuinya setelah kepolisian dan Kejagung memberikan nama-nama untuk diseleksi sebagai kandidat.

Ada sepuluh calon deputi penindakan, tiga dari kepolisian dan tujuh dari Kejaksaan Agung. Tidak ada kandidat dari lingkup internal. Hal ini diduga karena persyaratan jabatan ini cukup berat, antara lain pernah menjadi direktur atau kepala biro, berpengalaman dalam penyidikan atau intelijen, dan berusia minimal 45 tahun. KPK agaknya perlu mengkaji lagi persyaratan yang membuka peluang calon kandidat di luar kepolisian dan kejaksaan.

Advertising
Advertising

Komisi antirasuah itu juga melakukan seleksi untuk jabatan direktur penyidikan, guna mengganti Brigadir Jenderal Aris Budiman. Untuk kursi ini, kepolisian mengirim tiga calon. Beberapa personel internal KPK pun mengikuti seleksi jabatan pos ini.

Heru dan Aris diangkat pada era kepemimpinan Taufiequrachman Ruki, yang ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi pelaksana tugas KPK pada 2015 menggantikan Abraham Samad yang tersangkut kasus kriminal. Pelantikan Heru, pada 15 Oktober 2015, dihadiri oleh Luhut B. Pandjaitan, yang ketika itu menjabat Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, serta Jaksa Agung M. Prasetyo-hal yang tak pernah terjadi sebelumnya.

Pengangkatan itu memperparah perpecahan di tubuh KPK. Konflik internal menjadi terbuka ketika Aris memenuhi undangan Panitia Khusus Hak Angket, ketika KPK belum mengakui keabsahan organ ad hoc Dewan Perwakilan Rakyat itu.

Kesempatan untuk membenahi KPK terbuka dengan memanfaatkan momentum proses seleksi. Namun masalah utamanya adalah transparansi. Karena itu, ke depan, KPK harus mengumumkan tahap demi tahap pemilihan pejabatnya. Publik perlu dilibatkan untuk meneliti riwayat semua calon, termasuk komitmen mereka terhadap penindakan perkara korupsi. Dengan begitu, kandidat terpilih bisa benar-benar bebas dari kepentingan kelompok.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

6 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

26 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

35 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

38 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

54 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

54 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya