Akhiri Intervensi Politik ke Pertamina

Penulis

Kamis, 29 Maret 2018 07:00 WIB

Direktur Sales & Marketing PT Pertamina Lubricants, Andria Nusa memberikan sambutan saat meluncurkan buku Catatan Emas Dunia Balap Indonesia di Pasific Place, Jumat 26 Januari 2018. Tempo/Naufal Shafly

MENTERI Badan Usaha Milik Negara Rini Mariani Soemarno semestinya tidak lagi mengambil keputusan yang menimbulkan konflik di PT Pertamina (Persero). Intervensi politiknya membuat perseroan minyak pelat merah itu tak bisa tumbuh cepat menjadi perusahaan kelas dunia.

Rini kini berselisih dengan Elia Massa Manik, direktur utama yang ia tunjuk untuk meredam konflik di antara manajemen pada Oktober 2016. Seperti pada kisruh sebelumnya, keputusan Rini mengubah nomenklatur jabatan menjadi biang persoalan. Ia menghapus jabatan Direktorat Gas, lalu membentuk dua pos baru, yakni Direktorat Pemasaran Retail dan Direktorat Logistik, Supply Chain, Infrastruktur. Manajemen yang lebih gemuk ini tak sejalan dengan tujuan Massa merampingkan struktur perseroan demi meningkatkan efisiensi.

Sebagai wakil negara pemilik 100 persen saham Pertamina, Menteri BUMN memang berwenang mengotak-atik formasi manajemen. Namun empat kali bongkar-pasang dewan direksi dalam setahun menimbulkan pertanyaan. Rini terkesan serampangan menggunakan kewenangannya. Lebih-lebih, tak pernah ada penjelasan transparan tentang alasan bisnis yang selalu diklaim menjadi dasar perombakan tersebut.

Intervensi Kementerian BUMN kembali menjadi biang persoalan. Dalam konflik sebelumnya, yang berujung pada penunjukan Massa, Rini membentuk jabatan wakil direktur utama, yang diisi Ahmad Bambang. Posisi ini menimbulkan kepemimpinan ganda karena sebagian kewenangan Direktur Utama Dwi Soetjipto ketika itu diambil alih wakilnya. Pertentangan ini telah menggerus kinerja perusahaan. Setelah pro dan kontra, Rini menghapus jabatan wakil direktur utama, tapi ia juga mencopot Dwi dari posisi puncak perusahaan itu.

Penunjukan Massa sebagai nakhoda baru, Maret tahun lalu, sedianya menjadi ikhtiar pemerintah buat mengakhiri perpecahan di tubuh manajemen. Kenyataannya, konflik kini berulang. Kisruh yang kembali terjadi itu memperlihatkan pemerintah setengah hati membesarkan Pertamina. Intervensi politik yang tak sejalan dengan perhitungan bisnis membuat pertumbuhan perusahaan ini tak bisa kencang.

Advertising
Advertising

Rencana Rini melanjutkan perombakan di pucuk pimpinan Pertamina sebaiknya tidak diteruskan. Apalagi jika tujuannya hanya untuk menyingkirkan mereka yang tidak setuju dengan keputusannya. Konflik berkepanjangan akan makin menghambat pertumbuhan Pertamina. Alih-alih berlari agar menjadi perusahaan kelas dunia, Pertamina tidak akan bisa melanjutkan berbagai rencana besarnya jika terus didera konflik akibat intervensi.

Situasi ini sepatutnya segera diakhiri. Apalagi Pertamina kini sedang bersiap untuk bergabung dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Realisasi pembentukan induk perusahaan minyak dan gas ini tinggal menunggu keputusan Menteri Keuangan. Secara teknis, langkah ini sedang menunggu penghitungan nilai saham PGN yang akan menjadi tambahan penyertaan modal negara ke Pertamina.

Jika terwujud, potensi suntikan kapasitas investasi ke Pertamina sebesar US$ 32 miliar atau sekitar Rp 416 triliun dalam 15 tahun ke depan harus dikelola oleh manajemen yang mumpuni dan solid. Pertikaian berkepanjangan akibat intervensi politik jelas akan merugikan Pertamina-dan pada akhirnya negara. Karena itu, Presiden Joko Widodo semestinya memerintahkan Rini secepatnya menghentikan kisruh ini.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

3 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

23 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

31 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

35 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

51 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

51 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya