Saatnya Merayakan Kopi

Sabtu, 24 Maret 2018 13:41 WIB

ilustrasi kopi (pixabay.com)

KOPI Nusantara telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Starbucks, gerai kopi dari Amerika Serikat, kini mendapat pesaing baru yang serius dari para pengusaha lokal, yang membangun kedai-kedai kopi di mal hingga pinggir jalan. Banyak eksportir kini menghentikan pengiriman kopi ke luar negeri karena kewalahan memenuhi permintaan dalam negeri, yang naik rata-rata empat persen setiap tahun.

Ada kesadaran masif di masyarakat bahwa kopi lokal lebih bermutu dibandingkan dengan kopi impor. Dunia sudah mengakui mutu kopi Indonesia bahkan sejak tiga abad lalu.

Lihat juga video: Ini Rahasia Sukses Bisnis Kopi Ala Anomali Coffee

Pada 1711, Bupati Cianjur mengekspor empat kuintal kopi ke Amsterdam-tercatat sebagai pengiriman kopi terbesar dalam sejarah kolonial. Pemerintah Belanda, yang meneliti dengan serius biji kopi Cianjur ini, menyimpulkan bahwa Java coffee adalah kopi terbaik di antara biji kopi dunia di koloni-koloninya.

Tentara-tentara Belanda lalu membawa biji kopi Nusantara ini ke wilayah jajahan mereka hingga ke Amerika Selatan. Dari koloni Belanda, kopi Nusantara tersebar ke negara tetangga. Tiga abad kemudian, negara-negara yang menanam kopi Nusantara itu merajai pasar kopi dunia. Brasil dan Kolombia kini menjadi produsen kopi nomor satu dan dua. Indonesia menempati urutan keempat, setelah Vietnam.

Ironisnya, Brasil hanya punya 600 ribu hektare kebun kopi, dengan produksi 1 ton per hektare. Sedangkan Indonesia punya 1,3 juta hektare kebun kopi, yang menjadi perkebunan kopi terluas di dunia, dengan produksi 600 kilogram per hektare. Kebun kopi Indonesia tak produktif karena merupakan sisa perkebunan Belanda. Tamparan telak datang dari Vietnam karena para penelitinya datang ke Lampung belajar budi daya kopi robusta pada 1986.

Advertising
Advertising

Lihat juga video: Cita-cita 'Tak Jelas' Pendiri Anomali Coffee



Kebiasaan minum kopi yang dibawa penjajah Eropa ke Amerika Selatan membuat Brasil dan Kolombia serius mengembangkan budi daya kopi di era modern. Setelah memenuhi kebutuhan konsumsi enam kilogram per kapita per tahun di dalam negeri, Brasil kini mengekspor kopi ke negara-negara Eropa yang terkenal sebagai peminum kopi ulung meski tak punya kebun.

Kini antusiasme serupa tengah melanda masyarakat Indonesia-gairah yang selayaknya dapat memicu ekonomi kita. Untuk itu, kampanye minum kopi lokal mesti terus digalakkan untuk mengedukasi masyarakat yang tengah berubah gaya hidupnya akibat pertumbuhan ekonomi dan teknologi.

Kampanye itu harus dibarengi dengan riset oleh kampus dan lembaga-lembaga penelitian agar produktivitas perkebunan kopi terus dapat ditingkatkan. Kebutuhan akan kopi lokal membuat petani selayaknya tak hanya menanam dan memetik biji kopi, tapi mengolahnya lebih dulu agar kopi memiliki nilai jual yang tinggi.

Kita harus meniru Belanda dan Prancis dalam melakukan riset yang serius terhadap tanaman ini. Penelitian akademik akan membantu petani lebih berdaya sebagai produsen kopi lewat temuan budi daya dan inovasi-inovasi pengolahannya. Di Brasil dan Vietnam, alat panen sudah memakai perkakas modern jika dibandingkan dengan petani Indonesia, yang masih memetik memakai tangan.

Kopi yang berkualitas lahir sejak ia ditanam hingga proses pascapanen. Para pencinta kopi bahkan merumuskan 60 persen rasa dan aroma kopi ditentukan pada tahap ini. Cara menyeduh hanya berperan kecil dalam menentukan kualitas akhir kopi di cangkir-cangkir. Petani-petani kita harus mendapatkan referensi empiris agar dapat menghasilkan kopi berkualitas-seperti kopi Cianjur yang tiga abad lalu dipuji orang-orang luar.

Pemerintah dapat mengambil peran dengan membangun pusat penelitian dan memastikan distribusi kopi tak terhambat lewat perbaikan infrastruktur. Kebijakan 20 juta hektare perhutanan sosial pemerintah Joko Widodo layak dipadukan untuk mendukung ini.

Hutan dan kebun milik negara yang pengelolaannya diserahkan kepada masyarakat sekitar layak didorong untuk membudidayakan kopi. PT Perhutani memiliki jutaan hektare hutan yang sangat cocok untuk pengembangan kopi arabika, yang produksinya masih 27 persen dari total produk kopi Nusantara.

Akses yang mudah terhadap lahan, bibit, dan modal bagi petani, juga infrastruktur untuk distribusinya, akan menjadi penopang sempurna dalam memelihara kegairahan orang Indonesia terhadap kopi. Jangan sampai kesempatan emas ini luput seperti kisah tiga abad silam.

Berita terkait

Inilah 5 Minuman yang Bisa Memperlancar BAB

20 jam lalu

Inilah 5 Minuman yang Bisa Memperlancar BAB

Berikut ini lima minuman kesehatan yang bagus untuk menghilangkan sembelit serta perlancar BAB.

Baca Selengkapnya

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

14 hari lalu

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

Atase Perdagangan Kairo, M Syahran Bhakti berharap eksportir kopi Indonesia dapat memenuhi permintaan dari Mesir pada 2024 ini di atas Rp 1,5 triliun.

Baca Selengkapnya

Inilah Alasan Disarankan Tidak Minum Kopi Sebelum Naik Pesawat

35 hari lalu

Inilah Alasan Disarankan Tidak Minum Kopi Sebelum Naik Pesawat

Minum kopi sebelum penerbangan tak hanya meningkatkan risiko kembung, tapi juga menyebabkan dehidrasi yang berujung pada rasa mual dan sakit kepala.

Baca Selengkapnya

Kopi Kenangan Sajikan Blewah Mewah, Menu Segar untuk Berbuka Puasa

42 hari lalu

Kopi Kenangan Sajikan Blewah Mewah, Menu Segar untuk Berbuka Puasa

Menu andalan Blewah Tea dengan taburan Blewah Jelly yang terbuat dari ekstrak buah asli

Baca Selengkapnya

Alasan Penderita Epilepsi Tak Boleh Banyak Minum Kopi

44 hari lalu

Alasan Penderita Epilepsi Tak Boleh Banyak Minum Kopi

Penderita epilepsi diminta tidak minum kopi berlebihan untuk menghindari kejang. Pasalnya, kafein justru dapat meningkatkan frekuensi kejang.

Baca Selengkapnya

Berapa Banyak Konsumsi Kopi dan Teh yang Pas saat Puasa?

49 hari lalu

Berapa Banyak Konsumsi Kopi dan Teh yang Pas saat Puasa?

Ahli gizi dari RS Cipto Mangunkusumo Kencana Fitri Hudayani SST, M.Gz memberi tips mengonsumsi teh atau kopi yang pasa saat puasa.

Baca Selengkapnya

Organisasi Ini Minta Wisatawan di Bali Tidak Minum Kopi Luwak, Kenapa?

54 hari lalu

Organisasi Ini Minta Wisatawan di Bali Tidak Minum Kopi Luwak, Kenapa?

People for the Ethical Treatment of Animals atau PETA meminta wisatawan di Bali menghindari minum kopi luwak setelah melakukan penyelidikan.

Baca Selengkapnya

Dukung Kebahagiaan Keluarga Indonesia, Kapal Api Gelar Mudik Gratis

57 hari lalu

Dukung Kebahagiaan Keluarga Indonesia, Kapal Api Gelar Mudik Gratis

Selain mudik gratis, peserta juga mendapatkan asuransi perjalanan dan fasilitas lainnya.

Baca Selengkapnya

Hari Kopi Nasional, Investigasi PETA Ungkap Luwak Bali Tetap Dieksploitasi Demi Cita Rasa

59 hari lalu

Hari Kopi Nasional, Investigasi PETA Ungkap Luwak Bali Tetap Dieksploitasi Demi Cita Rasa

Investigasi terbaru PETA merekam bagaimana luwak di Bali masih terus dieksploitasi demi cita rasa kopi luwak.

Baca Selengkapnya

7 Manfaat Minum Kopi Tanpa Gula

1 Maret 2024

7 Manfaat Minum Kopi Tanpa Gula

Tidak hanya menyajikan kenikmatan, kopi hitam tanpa gula memiliki sejumlah manfaat kesehatan yang menarik. Apa saja?

Baca Selengkapnya