Audit Total Proyek Infrastruktur

Penulis

Rabu, 28 Februari 2018 13:00 WIB

Suasana pembangunan proyek LRT di Jalan Rasuna Said, Jakarta, 21 Februari 2018. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan seluruh proyek infrastruktur layang yang sedang digarap saat ini termasuk proyek LRT. TEMPO/Amston Probel

Langkah pemerintah menghentikan sementara semua proyek konstruksi di atas tanah (elevated construction) setelah kecelakaan kerja di proyek pembangunan jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) pekan lalu adalah antisipasi yang terlambat.

Jatuhnya cetakan kepala pilar yang melukai tujuh pekerja itu tentu bisa dihindari jika audit menyeluruh dilakukan lebih awal. Satu kecelakaan nahas yang menimpa proyek konstruksi di Tanah Air seharusnya cukup untuk memicu penanganan sigap Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Nyatanya, rangkaian kecelakaan yang dimulai dengan ambruknya beton jembatan di proyek jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) pada akhir September tahun lalu itu terkesan tak ditangani serius. Sebulan setelah insiden Bocimi, alat derek di proyek jalan tol Bogor Outer Ring Road jatuh ke jalan raya dan girder jalan tol Pasuruan-Probolinggo juga runtuh. Pada Januari lalu, berturut-turut enam girder di proyek jalan tol Depok-Antasari serta beton proyek kereta ringan (LRT) di Cawang dan Pulogadung, Jakarta Timur, roboh. Dalam enam bulan terakhir, tercatat terjadi 12 kecelakaan di pelbagai proyek infrastruktur.

Meski terlambat, evaluasi menyeluruh tetap dibutuhkan. Akar penyebab kecelakaan mesti dipetakan dan dicari solusinya dengan saksama. Pemerintah tak boleh puas dengan penjelasan yang mengkambinghitamkan kelalaian pekerja dan pelanggaran prosedur semata.

Harus diakui, pembangunan ratusan bandar udara, pelabuhan, jalan tol, jembatan, dan waduk di seluruh Indonesia adalah karya nyata Presiden Joko Widodo. Berbagai proyek infrastruktur yang bertahun-tahun macet, tertunda, dan tak jelas nasibnya kini bergulir kembali. Ini perlu diapresiasi.

Advertising
Advertising

Sayangnya, ada indikasi, perencanaan sebagian besar proyek infrastruktur itu kurang matang. Eksekusi proyek terkesan diburu untuk memenuhi target penyelesaian sebelum Pemilihan Umum 2019. Beberapa proyek diresmikan meski belum rampung benar. Pertimbangan politik semacam ini dikhawatirkan membuat aspek keselamatan dan kehati-hatian dikesampingkan.

Faktor pendanaan proyek juga menyimpan masalah. Seluruh pembangunan infrastruktur Indonesia pada 2015-2019 diperkirakan menelan biaya hingga Rp 4.197 triliun. Dari jumlah itu, hanya 42 persen yang dibiayai negara. Sisanya dibebankan pada swasta dengan berbagai skema pendanaan. Masalahnya, proses pembiayaan oleh swasta tak selamanya sinkron dengan tenggat penyelesaian yang diharapkan pemerintah. Walhasil, ada beberapa proyek-seperti pembangunan LRT Cibubur-Jakarta-Bekasi-yang dikebut pengerjaannya, meski pendanaannya belum jelas benar.

Situasi semacam itu bisa jadi membuat kontraktor bersiasat untuk mengurangi beban biaya. Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia mengakui sebagian besar pelaksana proyek infrastruktur mengabaikan audit daya tahan konstruksi dan hanya melakukan audit biaya serta waktu penyelesaian proyek. Ini berbahaya untuk kesinambungan infrastruktur itu dalam jangka panjang.

Karena itu, tak ada pilihan lain, pemerintah harus mengevaluasi semua proyek pembangunan infrastruktur. Audit harus segera dilakukan untuk memastikan penyebab musibah. Itu satu-satunya jalan untuk menyelamatkan proyek pembangunan infrastruktur nasional.

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

8 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

28 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

37 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

40 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

56 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

56 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya