Ratna - Galih, Cinta - Rangga, Milea - Dilan

Jumat, 9 Februari 2018 09:59 WIB

Film Dilan 1990. Tabloidbintang.com

DILAN 1990
Sutradara : Fajar Bustomi
Skenario : Titien Wattimena dan Pidi Baiq
Berdasarkan novel “Dialah Dilanku 1990” karya Pidi Baiq
Pemain : Iqbaal Ramadhan, Vanesha Prescilla, Refal Hady, Happy Salma, Ira Wibowo

Demam Dilan-Milea mencapai titik tertinggi. Setiap lima atau 10 tahun akan muncul film remaja, atau katakanlah drama SMA yang membuat remaja (puteri) terlena dan remaja (putera) mendadak berubah seperti protagonis dalam film yang sedang heboh itu.

Ali Topan, Gita Cita dari SMA, Ada Apa dengan Cinta, lantas secara global sempat ada fase kegandrungan serial Twilight (ini periode paling menyiksa), dan kini ada film Dilan yang ucapannya dikutip oleh berbagai kalangan, dari politikus hingga remaja puber.

Bahwa penonton membludak hingga berjuta-juta orang dan di antaranya adalah penonton yang mengaku menyaksikan berkali-kali adalah sesuatu yang selalu terjadi pada drama-drama SMA ini. Yang menarik, justru Dilan malah disukai mereka yang “sudah berusia lanjut”. Susana lokasi syuting film Dilan 1990. (Foto: Arsip Pribadi Fajar Bustomi/Tabloidbintang.com)

Meski saya belum mengadakan studi ilmiah sama sekali, siang itu bioskop yang saya datangi lebih banyak penonton berusia 30-an yang tampaknya ingin bernostalgia masa SMA mereka di tahun 1990-an.

Ceritanya? Tidak istimewa bahkan menuju pada zona klise. Seorang gadis cantik bernama Milea baru saja pindah ke SMA di Bandung dan seorang anak lelaki bandel bernama Dilan yang bermulut seperti mitraliur: cerdas, sedikit cerewet tapi lucu.

Bayangkan berapa banyak film remaja yang selalu saja dimulai dengan anak baru yang pindah sekolah? Gita Cinta dari SMA (versi lama maupun baru) pun dimulai dari kedatangan murid baru bernama Ratna Suminar yang kemudian menjadi perhatian Galih. Lantas Twilight juga dimulai dengan kedatangan murid baru bernama Bella ke sebuah SMA di kota kecil Fork.

Rupanya pola kedatangan murid baru ini jalan keluar termudah untuk memperkenalkan gejolak hormonal anak-anak SMA: rasa ingin tahu, proses pengejaran ,pacaran ,lantas hadangan (di tahun 1970-an dan 1980-an biasanya dihadang orang-tua, di masa kini halangan itu muncul dari anak-anak itu sendiri).

Jadi drama dalam cerita Dilan dan Milea sebetulnya datar saja, tanpa gejolak atau problem yang prinsipil. Kalem, lucu dan kadang sedikit norak karena tokoh Dilan memang sengaja membuat dirinya norak agar Milea bisa tersenyum. Setiap hari pasti saja ada ucapan yang konyol—yang kemudian membuat sebagian penonton menggelinjang dan sebagian lagi menghela napas sembari melirik jam tangan (kapan selesainya rangkaian rayuan gombal ini?)

Kalimat-kalimat yang dicurahkan Dilan pada si gadis manis melalui telepon umum itu tak hanya menunjukkan seorang remaja yang mabuk kepayang, tetapi —nah, ini tampaknya yang membuat penonton kejang-kejang— karena Dilan memperlihatkan dirinya seorang pelindung. “Jangan sampai ada yang menyakitimu. Kalau ada, dia akan hilang.”Cuplikan adegan film Dilan

Tampaknya gaya “lelaki yang melindungi pacar”, gahar, dan protektif itulah yang membuat penonton perempuan terbuai. Semoga perkiraan saya salah. Karena jika benar, ini seolah mengembalikan perempuan kembali ke posisi yang pasif dan lemah dan tanpa inisiatif.

Film Ada Apa dengan Cinta (Rudy Soedjarwo, 2002) justru meletakkan sosok Cinta sebagai subyek , misalnya: Cinta yang berinisatif menulis surat; Cinta yang mendatangi rumah Rangga karena Rangga sakit dan Cinta pula yang akhirnya menyatakan dia menyayangi Rangga). Jika tokoh Cinta sebagai protagonis perempuan diusung sebagai pembuat keputusan sesuai hati dan nalarnya sendiri; maka kini dalam film ini, adalah Dilan yang memegang kemudi.

Tentu saja saya sepakat tokoh-tokoh dalam jagat film itu masih muda dan masih akan berkembang. Tetapi sikap-sikap seperti inilah yang kemudian kelak menjustifikasi pembagian pekerjaan berdasarkan gender : perempuan harus di rumah saja, sementara lelaki adalah pencari nafkah.

Stereotip semakin kental ketika terkuak bahwa Dilan termasuk geng motor. Sebagai pembela kawan yang setia, ketika terjadi penyerangan terhadap salah satu kawannya, Dilan berubah beringas saat membela kawannya yang dihajar geng sebelah sana. Plot baru mulai menarik dan bergerak ketika Dilan ada pada dilema untuk menjadi jagoan bersama geng motornya atau menanggapi ancaman si pacar yang akan meninggalkannya jika Dilan ikut berkelahi.

Tetapi ketegangan yang sudah naik, turun kembali, karena tampaknya fokus film ini lebih pada cinta kedua remaja itu.
Bisa dibayangkan ketika Milea yang diganggu dan ditampar kawan Dilan , lantas apa yang terjadi dengan si penampar itu? Tentu saja Dilan menghajarnya menjadi bubur. Wong itu pacarnya.

Lagi-lagi, ini membuat saya tak nyaman karena Milea tampak jadi perempuan lemah. Lebih nyaman jika Milea bisa menabok balik si kawan cunihin itu dan Dilan tak perlu datang sebagai pahlawan. Tentu saja itu maunya saya.

Saya akan mencoba adil bahwa film ini memang lancar bercerita dan salah satu penyebabnya tentu saja karena skenario yang ditulis dengan rapi. Bahwa serangkaian dialog gombal yang terus menerus dimuncratkan dari mulut Dilan agaknya karena itulah bangunan karakter yang ingin disodorkan penulis novel maupun sutradara.

Apa boleh buat mungkin itu pula model lelaki remaja yang sedang disukai (bukankah saat meledaknya tokoh Cinta dan Rangga, mendadak saja banyak anak-anak SMA yang gemar menyitir puisi?). Cuplikan adegan film Dilan

Sebetulnya saya lebih tertarik mencari tahu, sebagai penonton yang belum membaca novelnya, apakah pernah ada sedikit latar belakang mengapa tokoh Dilan —yang datang dari keluarga yang asyik (Ibu yang mengenakan T-shirt Mick Jagger), adik kakak yang sama lucunya dengan Dilan— bisa menjadi remaja yang pemarah dan mudah muntab?

Itu akan lebih menarik dijelajahi daripada menyaksikan tigaperempat film yang berisi Dilan ngocol pada si pacar manis. Saya juga tertarik mengetahui mengapa Dilan mengutip dan menuliskan ucapan presiden AS Ronald Reagan yang Republikan di tembok kamarnya.

Tapi catatan kritis ini pasti sama sekali tidak mempengaruhi jumlah penonton, karena pada akhirnya penonton lebih memilih keinginannya sendiri. Sampai nanti lima atau tujuh tahun lagi, lahir pasangan remaja baru yang lebih seru, kosa kata Milea-Dilan akan mengisi ruang perbincangan keseharian penonton Indonesia.

LEILA S. CHUDORI

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

4 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

25 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

33 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

37 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

52 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

53 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya