Harga Suara dalam Politik Jasa

Selasa, 6 Februari 2018 06:30 WIB

Ketua Bawaslu Abhan didampingi anggota Bawaslu Ratna Dewi Pettalolo dan Mochammad Afifuddin membacakan putusan dugaan pelanggaran administrasi yang dilaporkan 10 partai politik terhadap proses pendaftaran parpol peserta Pemilu 2019 di Ruang Sidang Bawaslu, Jakarta, 15 November 2017. Pada sidang tersebut Bawaslu mengabulkan gugatan pelanggaran administrasi dalam proses pendaftaran calon peserta pemilu yang diajukan Partai Idaman, PBB, dan PKPI. TEMPO/Subekti

Apakah yang begitu menarik dari kekuasaan? Di tepi Sungai Yamuna, seorang pencari ikan, yang anak perempuannya begitu cantik sehingga Santanu, Raja Hastina, jatuh cinta seketika, mengajukan syarat bahwa anak-anak yang dilahirkan putrinya harus menjadi raja jika sang raja bermaksud menikahinya. Satyavati nama perempuan itu. Ayahnya, yang hidup dari mencari ikan, tidak pernah tercatat namanya dalam Mahabharata tapi ingin keturunannya menjadi raja.


Santanu pun jatuh sakit. Meski kekuasaannya besar, kedudukan putra mahkota Bhishma Devavrata tidak mungkin dia batalkan. Ternyata Bhishma sendiri memilih tidak menjadi raja. Demi kesembuhan ayahnya, ia menjemput Satyavati ke tepi sungai, dengan sumpah tiada akan pernah menikah agar tidak ada keturunan yang kelak akan menuntut kedudukan (Rajagopalachari, 1958: 24). Bagi Bhishma, restu pencari ikan bagi pernikahan anaknya adalah jasa yang layak diimbali takhta bagi cucunya.


Dalam terminologi politik, si tukang ikan memainkan politik jasa. Politik yang sama ternyata juga bermain dalam Ramayana. Kaikeyi, yang bukan permaisuri Dasarata, memiliki jasa penyembuhan bisul sang raja Ayodya. Sebagai balas jasa, Dasarata berjanji akan memenuhi apa pun yang diminta Kaikeyi. Namun perwara, yang semula baik hati, itu tidak meminta apa pun sampai kelak Manthara mengingatkannya: jika Ramacandra, putra permaisuri Kausalya, naik takhta, nasib Kaikeyi sebagai kesayangan raja terancam. Begitu pula Bharata, anaknya.


Manthara hanyalah perempuan pelayan tua yang bungkuk (Widia, 1993: 44), tapi berhasil memainkan politik jasa ini melalui Kaikeyi, yang lantas menuntut agar Bharata menjadi Raja Ayodya. Meskipun kelak Bharata tidak bersedia, terbukti betapa ampuhnya utang balas jasa menyandera kekuasaan, sampai putra mahkota Ramacandra pun terusir sebagai bagian tuntutan Kaikeyi.
Begitulah. Bagi pencari ikan maupun pelayan tua, sahih belaka kekuasaan dipikirkan untuk diraih, meski bukan untuk diri mereka-berdasarkan pengetahuan bahwa jasa wajib dibalas.


Mahabharata dan Ramayana sudah ratusan tahun umurnya. Sejak masing-masing dituliskan oleh Vyasa dan Valmiki, terdapat penambahan dan pengurangan cerita dalam ketersebaran dan hegemoni wacana. Sejauh ini keberadaan politik jasa itu tetap. Dalam penelitian antropologi atas peradaban non-literer, terdapat penemuan adanya potlatch (Boas, 1897; Malinowski, 1922; Mauss, 1925): bentuk pelembagaan pertukaran hadiah, yang dalam dirinya sendiri berarti distribusi publik atas barang-barang, dan bahwa penyandang potlatch dapat melakukan klaim demi suatu status berdasarkan daya untuk memberi.

Advertising
Advertising


Distribusi dan redistribusi membentuk lingkar-lingkar penyandang potlatch menjadi jejaring pemberian dan pinjaman, yang bahkan mengikat keturunan. Kompetisi dalam sistem ini berlangsung sengit ketika berlangsung jorjoran pengorbanan di antara penyandang potlatch untuk menyingkirkan saingan. Pemberian, di atas segalanya, adalah sesuatu yang disampaikan dengan harapan atas timbal balik, sebagai mekanisme utama pertukaran, yang lebih dari sekadar transaksi ekonomi, dalam khalayak non-moneter membentuk dasar solidaritas sosial (Grimshaw, Freedman dalam Bullock & Trombley, 1999: 295, 366, 676).


Kondisi kultural seperti itu membentuk etika "kesopanan" atau "kepentingan umum" yang, bagi Socrates, adalah politik: seni dengan kesadaran atas arah-tujuan. Untuk setiap langkah berlaku sebuah etika. Unsur-unsur politis dalam potlatch inilah yang membuat peneliti seperti Malinowski mengabdikan hasil kerjanya untuk menolak doktrin-doktrin lazim ekonomi kuna (yang disebutnya "primitif") karena ekonomi tukar-menukar gagal dicocokkan dengan prinsip-prinsip ekonomi alamiah atau utilitarianisme (Mauss, 1992: 116, 158)-saya memahaminya sebagai penolakan atas pembenaran terhadap kemungkinannya sebagai alat politik.


Dalam lingkar wajib memberi-menerima-membayar kembali pada khalayak kuna, terkandung politisasi pemberian atau hadiah (termasuk jasa di dalamnya), yang tidak bisa diterima dalam ekonomi maupun etika sosial modern. Lepasnya takhta dari pewaris selayaknya dalam Mahabharata maupun Ramayana hanya mungkin karena penghargaan tinggi terhadap jasa yang wajib dibayar kembali, yang tidak sebanding dengan kebutuhan obyektifnya: yang pertama, kesembuhan sakit asmara untuk takhta; yang kedua, penyembuhan bisul untuk takhta.


Politik modern belum bebas dari etika kasur tua yang ingkar terhadap semangat zaman. Jasa-jasa jumlah suara dan dana untuk memenangi pemilihan (seperti) wajib dibayar kembali dengan kursi menteri, posisi-posisi tertentu dalam pemerintahan, maupun berbagai konsesi yang menodai demokrasi. Kesepakatan seperti itu tidak tertera dalam peraturan maupun undang-undang. Tapi pemimpin terbaik mampu mengabaikannya!

Seno Gumira Ajidarma
Panajournal.com

Berita terkait

Nonton Timnas vs Bahrain, Jokowi: Gondok Banget

6 hari lalu

Nonton Timnas vs Bahrain, Jokowi: Gondok Banget

Presiden Joko Widodo mengungkapkan kekesalannya menyaksikan laga sepakbola Timnas Indonesia melawan Bahrain semalam.

Baca Selengkapnya

Usai Wayang Jogja Night Carnival 2024, Belasan Kasus Pencopetan Dilaporkan ke Polisi

9 hari lalu

Usai Wayang Jogja Night Carnival 2024, Belasan Kasus Pencopetan Dilaporkan ke Polisi

Pencopetan dilakukan dengan merobek tas milik korban saat mereka asyik dan fokus menonton Wayang Jogja Night Carnival

Baca Selengkapnya

Gaet Wisatawan, Pemkab Bantul Siapkan Ragam Acara di Pantai Selatan sampai Akhir 2024

9 hari lalu

Gaet Wisatawan, Pemkab Bantul Siapkan Ragam Acara di Pantai Selatan sampai Akhir 2024

Pertunjukan seni tari Sendratari Sang Ratu pada Desember di kawasan Pantai Parangtritis

Baca Selengkapnya

7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Wisatawan saat Traveling ke Inggris

11 hari lalu

7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Wisatawan saat Traveling ke Inggris

Tempat yang terlalu ramai dan objek wisata yang tiketnya harus dibeli berbulan-bulan sebelumnya adalah dua hal yang perlu diketahui sebelum ke Inggris

Baca Selengkapnya

Barang Ini Sebaiknya Tidak Dimasukkan ke Koper saat Naik Pesawat, Bisa Bocor di Ketinggian

14 hari lalu

Barang Ini Sebaiknya Tidak Dimasukkan ke Koper saat Naik Pesawat, Bisa Bocor di Ketinggian

Penurunan tekanan atmosfer di ketinggian dapat menyebabkan botol dan kaleng bertekanan bocor dan mengotori isi koper.

Baca Selengkapnya

HUT ke-268 Kota Yogyakarta, Ini Sederet Event Selain Wayang Jogja Night Carnival

15 hari lalu

HUT ke-268 Kota Yogyakarta, Ini Sederet Event Selain Wayang Jogja Night Carnival

Event HUT Kota Yogyakarta telah dipersiapkan mulai Oktober hingga Desember 2024 di berbagai titik.

Baca Selengkapnya

Akhir Pekan di Yogyakarta, IShowSpeed Coba Naik Andong di Malioboro hingga Laku Masangin

24 hari lalu

Akhir Pekan di Yogyakarta, IShowSpeed Coba Naik Andong di Malioboro hingga Laku Masangin

IShowSpeed memulai pengalaman menaiki andong di seputaran Malioboro dan berhenti di Pasar Beringharjo.

Baca Selengkapnya

Pertimbangan DPRD Usulkan Tiga Calon Penjabat Gubernur Jakarta tanpa Heru Budi

34 hari lalu

Pertimbangan DPRD Usulkan Tiga Calon Penjabat Gubernur Jakarta tanpa Heru Budi

DPRD mempertimbangkan pilkada sehingga mengusulkan tiga calon penjabat gubernur Jakarta tanpa Heru Budi.

Baca Selengkapnya

Ha Long Bay Vietnam Kembali Buka untuk Wisatawan setelah Dilanda Topan Yagi

34 hari lalu

Ha Long Bay Vietnam Kembali Buka untuk Wisatawan setelah Dilanda Topan Yagi

Aktivitas pariwisata berangsur-angsur normal di Ha Long Bay Vietnam. Penduduk setempat dan petugas fungsional telah membersihkan area tersebut.

Baca Selengkapnya

Tren Airport Tray Aesthetic, Pelancong Unggah Foto Estetik Barang Pribadi di Nampan Bandara

35 hari lalu

Tren Airport Tray Aesthetic, Pelancong Unggah Foto Estetik Barang Pribadi di Nampan Bandara

Tren Airport Tray Aesthetic memperlihatkan nampan bandara berisi barang-barang pribadi yang ditata rapi di nampan berwarna abu-abu.

Baca Selengkapnya