Impor Beras dan Nasib Petani

Penulis

Bagong Suyanto

Selasa, 16 Januari 2018 12:00 WIB

Lagi, Beras Impor Masuk Awal 2016

Sebagai negara produsen beras terbesar nomor tiga di dunia, sesungguhnya agak sulit dinalar jika Indonesia kembali harus mengimpor beras dari luar negeri. Meski sifatnya sementara, karena keputusan pemerintah mengimpor beras dilakukan menjelang panen raya, maka tidak sedikit pihak yang khawatir hal itu akan menyebabkan terjadinya kelebihan pasokan dan ujung-ujungnya harga beras terancam turun.

Kementerian Perdagangan berdalih bahwa beras yang akan didatangkan dari Vietnam dan Thailand pada akhir Januari itu sedikit, hanya 500 ribu ton, dan bukan tipe medium atau premium, melainkan beras jenis khusus yang tidak ditanam di sini. Namun, karena beras impor itu nantinya dijual dengan harga maksimal selevel beras jenis medium, yakni Rp 9.450 per kilogram, maka risiko untuk bersaing dengan beras lokal medium tak terhindarkan.

Keputusan pemerintah ini dinilai tidak memihak kepentingan petani sekaligus refleksi dari tidak berjalannya manajemen tata niaga dan logistik pangan yang baik. Namun pemerintah beralasan bahwa impor dilakukan untuk meredam agar harga beras di pasaran tidak terus melambung, khawatir Bulog tidak akan mampu mengendalikan laju kenaikan harga beras dan menekan laju inflasi.

Entah data stok beras dari mana yang menjadi dasar Kementerian Perdagangan memutuskan impor beras, tapi yang jelas kebijakan ini telah menuai berbagai kecaman. Berdasarkan data ketersediaan beras yang ada di berbagai daerah, stok beras umumnya mencukupi, bahkan menjelang panen raya pada Februari nanti bisa dipastikan stok beras akan berlimpah. Dengan mengimpor beras, yang nanti paling terpukul atas kebijakan ini tentulah petani. Keputusan impor beras menjelang panen raya adalah keputusan yang tidak bijak karena akan menyebabkan harga gabah kering giling yang diterima petani jeblok.

Bagi petani, seberapa besar pun kenaikan harga beras di pasaran tidak akan mempengaruhi penghasilan mereka. Meski harga beras medium di pasaran sempat tembus hingga Rp 11.500, harga jual gabah di tingkat petani umumnya hanya sekitar Rp 5.000-5.500. Pihak yang paling diuntungkan dari kenaikan harga beras umumnya adalah pedagang perantara dan tengkulak. Tapi, ketika harga beras di pasaran menurun, maka pihak yang paling dirugikan umumnya adalah petani.

Advertising
Advertising

Keputusan pemerintah melakukan impor beras memang menguntungkan konsumen dan tengkulak, terutama para mafia perberasan. Tapi, di sisi lain, keputusan impor beras yang tidak tepat waktu alias telat, seperti yang dilakukan Kementerian Perdagangan kali ini, tentu akan berdampak kontraproduktif bagi upaya peningkatan kesejahteraan petani.

Menjelang panen raya, berbagai instrumen lain yang sebetulnya bisa dilakukan pemerintah adalah pengendalian harga beras melalui operasi pasar yang intensif, mempercepat penyaluran beras sejahtera (rastra), dan memperlancar arus distribusi serta mengatur logistik beras dengan mendorong peran Satgas Pangan yang lebih efektif.

Inti manajemen tata niaga dan logistik beras adalah bagaimana mengatur harga beli ke petani dapat berjalan stabil dan bagaimana mengatur penyerapan beras saat panen raya agar harga di tingkat konsumen pun stabil. Jangan sampai, hanya karena ingin melindungi kepentingan konsumen, nasib petani diabaikan.

Bagong Suyanto
Guru besar Sosiologi Universitas Airlangga


Hak Jawab Kemenko Perekonomian

Koran Tempo edisi Jumat, 12 Januari 2018, memuat berita "Luhut Pastikan Proyek di Bawah Koordinasinya Tak Mangkrak" di halaman 21. Angle berita itu bernuansa negatif bagi kementerian kami karena secara implisit mempertentangkan dua kementerian, yaitu Kementerian Koordinator Perekonomian dan Kementerian Koordinator Kemaritiman. Data dalam tulisan itu tidak valid untuk dipertentangkan. Hal ini dapat menimbulkan persepsi seolah-olah kedua kementerian tidak sejalan.

Dalam konferensi pers setelah rapat koordinasi percepatan penyelesaian masalah berusaha, diberikan data yang berasal dari Badan Koordinasi Penanaman Modal, Tim Satuan Tugas Percepatan dan Efektivitas Paket Kebijakan Ekonomi, serta Tim Satuan Tugas Nasional Percepatan Pelaksanaan Berusaha. Data 190 proyek yang bermasalah merupakan investasi swasta (2010-2017), bukan proyek pemerintah. Karena itu, membandingkan kedua kementerian koordinator tidak tepat.

Investasi yang bermasalah terdiri atas berbagai proyek lintas kementerian. Kami mencari solusi supaya masalah cepat selesai dan kepercayaan investor terus bertambah. Pemerintah, melalui dua tim satuan tugas di atas, akan terus mengoptimalkan koordinasi, baik dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, maupun pemangku kepentingan lain, untuk mengawal realisasi proyek investasi di Indonesia.

Hermin Esti Setyowati
Kepala Biro, Kepala Bagian Humas Kementerian Koordinator Perekonomian

Berita terkait

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

15 jam lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.

Baca Selengkapnya

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

9 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

30 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

38 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

42 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

57 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

58 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya