Pesta Tahun Baru

Penulis

Toriq Hadad

Sabtu, 6 Januari 2018 06:18 WIB

Ilustrasi pesta kembang api Tahun Baru. Dok Tempo/Dian Triyuli H

Toriq Hadad
@thhadad

Sudah lama menghilang, kawan saya Abdul Simo tiba-tiba muncul di rumah persis pada malam tahun baru. Setelan bajunya rapi, dia terlihat siap mau pergi. Saya bertanya mau ke mana dia.

"Tahun-tahun lalu saya ikut teman pesta kembang api dan petasan. Meriah, gembira ria semalam suntuk, dan tak ada yang ribut. Tapi tahun ini lain. Ada yang ngajak pesta, sementara teman yang lain mengajak zikir ke masjid, dengar ceramah agama. Pesta tahun baru menurut mereka haram, tidak islami. Bakar jagung, bakar ikan pada malam tahun baru, katanya tidak diajarkan dalam Islam."

Saya tak punya komentar untuk Dul Simo. Di tempat saya tinggal di Tangerang Selatan, di pinggiran Jakarta, selepas isya pada malam pergantian tahun itu, saya juga mendengar suara zikir dari loudspeaker masjid yang dipasang keras-keras. Ini pertama kali terjadi sejak 15 tahun saya tinggal di sana. Tapi zikir hanya berlangsung kurang-lebih satu jam. Setelah itu, pada tengah malam, kembang api dan petasan menguasai langit di sana. Saya dengar cerita teman, di beberapa tempat di Jakarta, suara petasan seperti bersahut-sahutan dengan suara zikir dari masjid.

"Yah, Dul, orang bebas merayakan tahun baru dengan cara masing-masing, yang penting tidak melanggar hukum. Yang penting tidak bermaksud menandingi yang merayakan tahun baru. Soal halal atau haram, kamu tanya ahlinya," kata saya.

Advertising
Advertising

Ternyata Dul Simo sudah melakukan riset. Dia mengutip tulisan seseorang yang bergiat di organisasi Islam. "Tulisan itu bilang urusan tahun baru hanya soal perhitungan peredaran bulan dan matahari. Mereka yang menghitung tahun atas dasar peredaran bumi mengelilingi matahari memakai kalender matahari. Kelompok lain memakai kalender bulan karena menghitung peredaran bulan mengelilingi bumi. Kalender matahari dikenal sebagai tahun Masehi. Kalender bulan dikenal dengan tahun Hijriah."

Meskipun pengetahuan ini sudah lama dibahas orang, saya diam-diam memuji kesungguhan Dul mencari informasi. Saya pun nyeletuk, "Jadi, ini hanya soal hitungan perputaran matahari dan bulan, Dul?"

"Betul, Mas. Kalender matahari dan bulan itu bukan milik satu agama saja. Ini milik semua agama, yang menjadi standar kalender seluruh dunia, termasuk penanggalan Tionghoa, saka, dan kalender apa pun. Era Masehi memang dihitung sejak kelahiran Yesus dari Nazaret. Tapi bukan berarti tahun Masehi menjadi milik satu agama. Ini sama saja dengan pohon cemara yang disamakan dengan pohon Natal. Pohon cemara, ya, tetap cemara, meskipun selalu dipakai sebagai pohon terang pada waktu Natal."

"Jadi, Dul, kamu tetap akan merayakan malam tahun baru?"

Dul terdiam sebentar. "Saya punya cara sendiri, Mas. Saya akan tetap menghadiri undangan teman yang bermalam tahun baru. Mereka membakar jagung, juga memanggang ikan, menyalakan kembang api. Pasti meriah seperti tahun-tahun sebelumnya."

"Bagaimana dengan undangan zikir temanmu yang lain?" tanya saya.

"Nanti setelah pesta tahun baru selesai, setelah petasan dan kembang api reda, saya akan ajak mereka zikir bersama sampai subuh. Dengan begitu, kegiatan zikir tak bisa dibilang menandingi suara petasan. Tidak perlu memanggil Gusti Allah dengan loudspeaker segala karena kami sedang memuliakan dan bercakap-cakap dengan Dia yang tidak pernah tidur dan tidak tuli," ujar Dul, penuh semangat.

"Lha, Mas sendiri ikut pesta atau zikir?" tanya Dul. Saya cuma meringis, sambil memijati mata kaki. "Saya tidak ikut dua-duanya, Dul. Asam urat saya kambuh."

Berita terkait

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

3 hari lalu

Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.

Baca Selengkapnya

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

24 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Baca Selengkapnya

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

32 hari lalu

Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.

Baca Selengkapnya

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

36 hari lalu

AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.

Baca Selengkapnya

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

51 hari lalu

DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

52 hari lalu

Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.

Baca Selengkapnya

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.

Baca Selengkapnya

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.

Baca Selengkapnya