Cemas

Penulis

Senin, 18 September 2017 00:00 WIB

Pada saat-saat yang cemas, orang-orang yang percaya akan kebenaran satu ide, orang-orang yang beriman kepada satu ajaran, menghendaki kemurnian. Mereka akan berdiri di tepi jalan yang riuh dan melihat dunia campur-aduk. Mereka akan menduga banyak najis, dosa, kepalsuan, dan hipokrisi berseliweran.

Ketika rasa cemas makin akut, mereka memutuskan: harus ada penolakan, kalau perlu "pengkafiran", kalau perlu paksaan, agar yang najis habis dan dunia jadi murni.

Tapi lambat-laun mereka akan tahu, kemurnian tak mudah diperoleh, tak kunjung tercapai. Di jalan yang terentang itu-dalam proses kehidupan itu-akan selamanya melintas orang baru atau lama, yang jangan-jangan (menurut kaum pencemas) berbaur lumpur, tahi, atau mani, atau dikotori hasrat yang jorok, aliran sesat.

Orang-orang yang menuntut kemurnian tetap akan cemas. Lama-kelamaan mereka tak sabar. Kekerasan pun dijalankan: pemaksaan, pemisahan, pembersihan.

Ada sebuah dialog pendek dalam novel Umberto Eco yang terkenal, Il nome della rosa:
"Apa yang paling Tuan takuti dari kemurnian?"
"Sikap tergesa-gesa."

Advertising
Advertising

Sikap tergesa-gesa, la fretta, adalah sikap yang tak hendak mengakui waktu-atau lebih tepat, sikap yang hendak meniadakan waktu. Adanya waktu membuat yang tak-murni seakan-akan kukuh, bahkan memberi kesan tak terkalahkan.

Padahal sebenarnya waktu membuat apa saja, juga ketidakmurnian, jadi tak tetap. Yang utuh, yang kukuh, yang bersih, akan jadi berbeda-dalam perubahan yang berubah-ubah pula polanya. Walhasil, dalam sikap yang "tergesa-gesa", sebenarnya bersembunyi rasa cemas akan ketidakpastian. Maka bisa dikatakan yang membuat kita layak takut bukanlah ketidaksabaran, melainkan kecemasan terhadap yang tak pasti.

Tapi jika ditelaah lebih jauh, yang sesungguhnya membuat takut adalah kecemasan itu sendiri. Dan jika kita usut lebih lanjut dari mana datangnya kecemasan itu-kecemasan dalam beriman, dalam memegang teguh sebuah kepercayaan atau ideologi-kita akan menjumpai sebuah pemicu: "nafsu kemurnian".

Terutama dalam diri orang-orang yang merasa di pihak kebajikan dan punya alasan untuk meniadakan apa saja yang "tidak bajik" atau cemar. Tak sabar, mereka akan melakukan "pembersihan" dengan kebengisan tertentu. Sejarah mencatat bahwa "pembersihan" pernah diberi nama yang seram dalam Revolusi Prancis di akhir abad ke-18: "teror".

Teror, kata Robespierre dalam sebuah pidato Februari 1794, "adalah sebuah pancaran dari kebajikan", une emanation de la vertu. Hanya dengan teror kebajikan punya daya yang nyata. Maka antara Juni 1793 dan Juli 1794, di masa yang bergolak itu, Robespierre dan para pengendali politik Prancis membunuh sekitar 16 ribu manusia. Anasir yang dicurigai tak boleh ada dalam Revolusi.

Saya tak tahu kapan pertama kalinya teror untuk kemurnian seperti itu terjadi-dan kapan pula akan berakhir. Di abad ke-20, sebuah revolusi lain melakukannya: Partai Komunis, di bawah Stalin, antara 1934 dan 1939, memenjarakan dan membunuh lebih dari 500 ribu orang. Dengan "teror"-nya, Stalin menunjukkan bahwa komunisme seperti agama: keyakinan yang cemas akan ketidakmurnian.

Seperti di wilayah Spanyol, di abad ke-16. Setelah monarki Katolik di jazirah itu mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam yang hidup sejak enam abad sebelumnya, serangkaian perintah dikeluarkan. Tiga kerajaan, Castilla, Navarre, dan Aragon, bergerak untuk menghapuskan agama Islam dari wilayah mereka-tempat hidup 600 ribu muslim.

Di akhir abad ke-15 itu rasa cemas dan "nafsu kemurnian" berkecamuk. Setelah beberapa tahun lamanya muslim dibiarkan bebas menjalankan ibadah mereka, pada 1499, di Granada, Uskup Agung Toledo, Francisco Jimenez de Cisneros, memulai kampanye memaksa orang Islam memeluk Kristen; mereka akan disiksa dan dipenjarakan bila menolak. Ketika pemberontakan yang meletus melawan itu gagal, penduduk muslim semakin keras ditekan.

Tentu saja orang ramai-ramai berpindah agama. Tentu saja dalam ketakutan, tak semuanya ikhlas. Dari Oran, seorang ulama berfatwa bahwa bagi seorang muslim bersikap pura-pura dalam keadaan itu tak diharamkan; dengan taqiya, ia tak dianggap murtad.

Tak ayal, rasa waswas menjadi-jadi. Bagi penguasa Katolik, Gereja maupun raja, orang-orang "Kristen Baru", yang mereka beri nama moriscos, tetap meragukan: rasanya iman Kristen mereka tak bersih. April 1609 sampai empat tahun berikutnya, Raja Philip III mengusir 300 ribu moriscos dari Spanyol.

Akhirnya, bagi negeri Katolik itu, jadi Kristen saja tak cukup untuk membentuk kemurnian. Yang dilakukan Philip III adalah pembersihan ("teror") etnis-yang di abad ke-21 ini terjadi lagi di Myanmar.

Dialog yang ditulis Umberto Eco agaknya perlu diubah.
"Apa yang paling Tuan takuti?"
"Nafsu kemurnian-nafsu yang tak bisa terpuaskan."

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

3 menit lalu

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

Empat perusahaan Israel diduga memasok spyware dan surveillance ke Indonesia sepanjang 2017-2023. Polri jadi salah satu sasaran target pengguna.

Baca Selengkapnya

Prabowo-Gibran: Soal Kabinet hingga Pesan dari Luhut

9 menit lalu

Prabowo-Gibran: Soal Kabinet hingga Pesan dari Luhut

Luhut menyampaikan pesannya kepada Prabowo Subianto selaku presiden terpilih periode 2024-2029, untuk tidak membawa orang toxic ke dalam kabinet

Baca Selengkapnya

Zulhas Ungkap Kader PAN yang Didorong Maju Pilkada Jabar dan Jakarta

9 menit lalu

Zulhas Ungkap Kader PAN yang Didorong Maju Pilkada Jabar dan Jakarta

Ketua Umum PAN Zulhas mendorong para kadernya maju dalam Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Kunci Ester Nurumi Tri Wardoyo Kalahkan Kim Ga Ran di Semifinal Piala Uber 2024

12 menit lalu

Kunci Ester Nurumi Tri Wardoyo Kalahkan Kim Ga Ran di Semifinal Piala Uber 2024

Ester Nurumi Tri Wardoyo, berhasil menyumbang poin untuk Tim Merah Putih saat menghadapi Korea Selatan di babak semifinal Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

20 menit lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Lanny / Ribka Kalah, Indonesia vs Korea Selatan Masih Imbang 2-2

28 menit lalu

Hasil Piala Uber 2024: Lanny / Ribka Kalah, Indonesia vs Korea Selatan Masih Imbang 2-2

Lanny / Ribka menelan kekalahan dari wakil Korea, Jeong Na Eun / Kong Hee Yong, pada partai keempat babak semifinal Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Peternak Diminta Penuhi Sertifikasi Halal, CPNS Belum Kunjung Dibuka

28 menit lalu

Terkini Bisnis: Peternak Diminta Penuhi Sertifikasi Halal, CPNS Belum Kunjung Dibuka

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengimbau kepada para pengusaha di bidang ternak ayam agar segera memenuhi standar sertifikasi halal.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

33 menit lalu

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

Salah satu warisan budaya Aborigin adalah pengetahuan tentang tanaman herbal dan penggunaannya dalam pengobatan tradisional.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

44 menit lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

My Day Ramai Teriakkan Sop Buntut Saat Fansign Day6, Ada yang Angkat Tangan

45 menit lalu

My Day Ramai Teriakkan Sop Buntut Saat Fansign Day6, Ada yang Angkat Tangan

Di pertengahan acara, tepatnya ketika keempat anggota Day6 sedang menandatangani album pemenang, My Day yang datang meneriakkan sop buntut.

Baca Selengkapnya