Kita dan monyet kita

Penulis

Sabtu, 3 Maret 1984 00:00 WIB

SEJAUH manakah seseorang dapat dihukum Seorang anak membuat angket. Ia mengedarkan sejumlah pertanvaan kepada teman-temannva, di suatu sekolah menengah atas, tentang perilaku seksual mereka. Semua itu dilakukannya hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu. Tapi sebuah berkala di kota itu mendengar, lalu memuat hasil angkct keeil itu. Sambutan ramai, mungkin heboh. Lalu pejabat pemerintah paling penting di kota itu pun merasa perlu bertindak. Si anak dihukum. Anak itu dengan sedih meninggalkan sekolahnya - sebuah sekoiah negeri yang terkemuka. Kita tak tahu persis adakah dia juga dilarang memasuki sekolah negeri yang lain. Kemungkinan itu ada: Si anak yang dlhukum itu terpaksa masuk sebuah sekolah swasta yang menyediakan jam belajar malam hari. Haruskah si anak ditekan agar keluar dari sekolahnya - dan pintu semua sekolah negeri di kota itu ditutup untuknya? Bukankah dia dinyatakan bersalah hanya karena membuat penelitian "tanpa izin"? Orang pun ramai mengecam hukuman yang dikenakan pada si anak. Tapi sia-sia. Pejabat pendidikan itu membela diri di depan umum. "Apa sikap saya ini tidak mendidik, tanyanya. Tampaknya ada kepercayaan yang teguh dan tua bahwa menghukum merupakan bagian dari mendidik. Hukuman adalah - pendidikan. Kita merasa tak punya amarah. Jengkel dan dendam disembunyikan baik-baik di lipatan kopiah yang kita kenakan sebagai tanda orang arif dan baik budi. Kita takut pada monyet yang akan keluar dari lengan baju kita - monyet dengan separuh wajah kita. Hipokrisi ? Tentu. Tapi kita mungkin, seraya menyelamatkan diri dengan kemunafikan, dan tak jujur benar, kita mungkin sedang menyesuaikan diri dengan waktu. Kita membentuk, sedikit demi sedikit, sendi-sendi kehidupan yang tidak lagi terasa runcing dan kasar. Dengan kata lain, sebuah peradaban. Hipokrisi bisa juga jadi sejenis ragi. Dengan itulah makin lama tak pernah diumumkan sebagai tindakan destruktif - biarpun waktu kita melubangi kepala seseorang dengan pelor. Hukuman dirumuskan sedemikian rupa hingga seperti imbauan kepada rasa keadilan. Terjemahannya: ia ingin diterima sampai orang banyak manggut-manggut. Tapi dari situ pulalah timbul persoalan hak. Agaknya itulah yang menyebabkan diskusi terjadi ketika seorang anak yang menycbar angket di sekolahnya dltekan untuk pindah. Dan jelas itu pula sebabnya orang ramai mengecam ketika Yustedjo Tarik dengan alasan melanggar "disiplin" - dilarang pergi ke iuar negeri dan bahkan diharamkan jadi pelatih. Kita sedang mencari-cari mana hukuman yang bisa disebut "pendidikan" dan mana hukuman yang hanya kelanjutan rasa jengkel yang merusak. Kita sedang mencari kesepakatan. Tentu saja kesepakatan itu tak bakal pernah langgeng: yang kita sepakati kini belum tentu disepakati orang lain besok. Masyarakat yang hidup barangkali sebuah masyarakat yang bisa terus-menerus melakukan tawar-menawar tentang rasa keadilan, tentang hak. Layakkah seorang anak muda yang membaca sajak tentang korupsi dicap Pak Camat sebagai pelaku "subversi"? Pantaskah seorang bekas tidak setuju kepada pemerintah harus dikucilkan bahkan sampai dari acara resmi ? Benarkah seorang bekas penjahat serta merta diperlakukan sebagai calon penjahat dan seorang bekas pemberontak sebagai calon pemberontak? Denan kata lain: sejauh manakah seseoranh dapat dihukum - dan dapat menghukum ? Sejarah manusia barangkali juga sejarah tawar-menawar dengan tema itu. Lalu lahirlah peradaban. Mereka yang membaca Perjanjian Lama konon terkesima bagaimana Yahwe mengancam hukuman yang paling sakit bagi manusia yang berdosa serta lalai. Tapi Musa, tiap kali, meminta-Nya agar hal itu jangan terjadi. Musa sekaligus mewakili suara manusia yang tahu batas kedaifannya. Ia juga suara dari sesuatu yang kemudian berlaku untuk zaman yang penuh ketidakpastian, tapi selalu dibayang-bayangi kesewenang-wenangan. Yakni, bahwa manusia tidak identik dengan kesalahannya. Karena itu, bila hukuman mulai lupa batasnya yang paling dekat, pilihan yang tinggal ialah: orang harus saling menghancurkan. Goenawan Mohamad

Berita terkait

Jokowi Respons Positif soal Wacana Presidential Club, Berharap Bisa Dilakukan Setiap 2 Hari Sekali

3 menit lalu

Jokowi Respons Positif soal Wacana Presidential Club, Berharap Bisa Dilakukan Setiap 2 Hari Sekali

Jokowi merespons positif wacana Presidential Club yang digagas Presiden terpilih Prabowo Subianto

Baca Selengkapnya

Saran Dermatolog untuk Cegah Flek Hitam kala Cuaca Panas

4 menit lalu

Saran Dermatolog untuk Cegah Flek Hitam kala Cuaca Panas

Paparan berlebihan terhadap sinar matahari dapat meningkatkan risiko munculnya hiperpigmentasi atau flek hitam pada kulit.

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

4 menit lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Respons KPU Saat Mendagri Minta Cegah Kebocoran Data Pemilih Pilkada 2024

4 menit lalu

Respons KPU Saat Mendagri Minta Cegah Kebocoran Data Pemilih Pilkada 2024

Tito Karnavian mengingatkan KPU tentang potensi pidana jika terjadi kebocoran data pemilih Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Timnas U-23 Kalah dari Irak, Ketua Umum PP Muhammadiyah: Seperti Politik, Kalah Menang Biasa

10 menit lalu

Timnas U-23 Kalah dari Irak, Ketua Umum PP Muhammadiyah: Seperti Politik, Kalah Menang Biasa

Haedar Nashir berpesan kepada punggawa Timnas U-23 dan para pendukungnya menyikapi kekalahan itu dengan bijaksana.

Baca Selengkapnya

Mengenali Asal-usul Tas Hermes, Jenama Asal Prancis

15 menit lalu

Mengenali Asal-usul Tas Hermes, Jenama Asal Prancis

Belakangan viral video seorang pria menyobek tas Hermes di depan petugas Bea Cukai

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Thomas 2024: Jonatan Christie Menang, Indonesia Kembali Ungguli Korea Selatan 2-1

16 menit lalu

Hasil Piala Thomas 2024: Jonatan Christie Menang, Indonesia Kembali Ungguli Korea Selatan 2-1

Jonatan Christie menyudahi perlawanan sengit Cho Geon Yeop lewat pertarungan sengit tiga game di perempat final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Alasan TNI Pakai Computer Assisted Tes BKN dalam Penerimaan Calon Taruna 2024

16 menit lalu

Alasan TNI Pakai Computer Assisted Tes BKN dalam Penerimaan Calon Taruna 2024

Tes Kompetensi Dasar (TKD) Penerimaan Calon Taruna Akademi TNI 2024 menggunakan computer assisted test (CAT) Badan Kepegawaian Negara (BKN)

Baca Selengkapnya

Pemerintah Indonesia akan Berangkat ke Australia untuk Belajar Publisher Right

17 menit lalu

Pemerintah Indonesia akan Berangkat ke Australia untuk Belajar Publisher Right

Indonesia akan mempelajari publisher rights langsung dari Australia, negara yang berpengalaman mengatur hubungan pers dan platform digital.

Baca Selengkapnya

Band Metal As I Lay Dying Siap Gebrak Panggung Hammersonic 2024

18 menit lalu

Band Metal As I Lay Dying Siap Gebrak Panggung Hammersonic 2024

Band rock asal California, As I Lay Dying akan turut mengguncang panggung Hammersonic 2024 pada Ahad, 5 Mei 2024. Berikut profil band metal itu.

Baca Selengkapnya