Seutas pohon rambat

Penulis

Sabtu, 19 Mei 1984 00:00 WIB

PADA suatu malam, seorang ahli ilmu masuk ke perpustakaannya. Dilihatnya seutas pohon rambat menjalar lewat jendela. Ujungnya menyentuh rak buku. Sang sarjana senang. Di ruangnya kini ada variasi warna hijau, yang hadir dari kebun. Tapi ternyata pohon rambat itu tumbuh tak tertahankan cepatnya. Ketika esok tiba, ia saksikan tanaman itu telah merangkut buku kumpulan puisi, menjelajah jilid-jilid sejarah dan membelenggu geografi politik. Akhirnya, semua kitab, semua naskah berharga, ditelikung. Sang sarjana kecut: "Kusambut kau ke rumah ini untuk hiasan, bukan untuk merusakkan." Ia pun segera lari ke halaman. Ternyata, di sana semua tetangga telah berkumpul: rumah mereka juga diambil alih sang pohon jalar. Bahkan akhirnya seluruh negeri, juga beberapa negeri tetangga, terpasung. Kisah Ini memang mirip dengan cerita terkenal tentang tanaman trifit yang mengancam dunia. Namun, inspirasinya lain. Cerita pendek ini ditulis dalam bahasa Parsi. Judulnya Giyahi ast Kamelan Aadi, dan dimuat dalam majalah Cheragh nomor musim gugur 1981. Penulisnya, J. Majabi, agaknya memperingatkan, dengan sebuah alegori, dua tahun setelah Revolusi Iran: bagaimana ekspresi ilmu dan kesenian (dilambangkan dengan perpustakaan) dijaring, dan bagaimana seluruh negeri terjerat. Tak jelas benar adakah itu sindiran kepada kekuasaan Ayatullah Khomeini. Teramat banyak tulisan yang membikin buruk citra tokoh itu dan pemerintahannya, dan tak semuanya meyakinkan. Namun, memang sulit buat menawarkan suatu analisa yang dingin tentang perkara seperti Revolusi Iran dan paham-pahamnya. Bani Sadr yang kecewa mengatakan, ia bisa mengutip 37 nukilan dari Quran "yang jelas membuktikan Khomeini melanggar hak-hak asasi manusia." Tapi Khomeini mungkin cuma senyum: sang ayatullah bisa mengutip lebih banyak ayat untuk membuktikan ia benar dan yang salah Bani Sadr. Dengan kata lain, pendapat sudah dimutlakkan. Pada saat seperti itu analisa hanya embel-embel, argumentasi tempelan. Kita mengutip 37 ayat Kitab Suci, kita sebut diri kita akil suara paling mulia. Kita klaim kebenaran yang terakhir. Telaah, diskusi, sikap mencari lebih jauh, semuanya harus tutup. Tak heran bila kita hidup dengan bayang-bayang seutas pohon jalar raksasa. Maka, adalah seorang dari Kota Thus di Persia abad ke-12. Namanya kita kenal: al-Ghazali. Ia tersohor sebagai seorang pemikir yang menentang filsafat. Salah satu karyanya berjudul Tahafut al-Falasifah, atau "Kekacauan Para Filosof". Konon, di situ al-Ghazali cemas: ia lihat berkecamuknya pikiran bebas dan orang meninggalkan ibadat. Al-Ghazali mungkin ingin membiarkan orang hidup tanpa filsafat -- dan tanpa kebebasan berpikir, bila perlu -- ketimbang melihat suatu kekacauan. Namun, ia sendiri tahu tampaknya, ada sejenis kekacauan lain: yakni bila sebuah pendapat dianggap mutlak dan bila perbedaan harus dibasmi. Sebuah buku yang baru-baru ini terbit yang diusahakan oleh Yayasan Obor dan dihimpunkan dengan prakata oleh Nurcholish Madjid, Khazanah Intelektual Islam mencantumkan sikap al-Ghazali itu. Sang pengarang Ihya Ulum al-Din tengah membela diri. Ia dituduh "kafir" karena karya-karyanya. Dalam posisi itu, al-Ghazali pun membela perbedaan pendapat, dan memukul balik: "Orang yang menjadikan kebenaran tergantung kepada salah seorang ahli ilmu saja, maka orang itu lebih dekat kepada kekafiran dan pertentangan." Tak seorang pun, bagi al-Ghazali layak didudukkan dalam posisi seperti Nabi, yang "bebas dari kesalahan". Sejarah pemikiran Islam, seperti yang di bentangkan Nurcholish Madjid, membuktikan itu. Al-Ghazali sendiri, tak berapa lama sepeninggalnya, diserang pikirannya oleh Ibn Rusyd dari Cordoba di Spanyol. Dan semangat berpikir maju pun tetap hidup. Yang merisaukan ialah bahwa ternyata kemudian Ibn Rusyd menghadapi konfrontasi yang lain. Penguasa Spanyol di Seville, al-Manshur, memerintahkan bakar semua karyanya. Ia dituduh berbuat bid'ah. Kita tak tahu adakah sejak hari itu ada seorang ahli ilmu yang melihat di perpustakaannya seutas pohon rambat, seperti seperangkat kawat berduri. Goenawan Mohamad

Berita terkait

Prabowo Tidak Mundur dari Jabatan Menhan Meskipun Masa Transisi Presiden Terpilih, Sebab...

17 menit lalu

Prabowo Tidak Mundur dari Jabatan Menhan Meskipun Masa Transisi Presiden Terpilih, Sebab...

Apa alasan Prabowo tak melepas jabatan Menhan, padahal sibuk transisi sebagai presiden terpilih?

Baca Selengkapnya

Lee Joo Bin 16 Tahun Berkarier, Beli Barang Mewah Setelah Main di Queen of Tears

22 menit lalu

Lee Joo Bin 16 Tahun Berkarier, Beli Barang Mewah Setelah Main di Queen of Tears

Lee Joo Bin mengenang perjalanan kariernya hingga harapan untuk karya berikutnya

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Asia U-23: Dikalahkan Irak, Timnas Indonesia Gagal Lolos Langsung ke Olimpiade Paris 2024

3 jam lalu

Hasil Piala Asia U-23: Dikalahkan Irak, Timnas Indonesia Gagal Lolos Langsung ke Olimpiade Paris 2024

Timnas Indonesia U-23 harus mengakui keunggulan Irak dalam laga perebutan peringkat ketiga Piala Asia U-23 2024 pada Kamis, 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Bisnis Produk Kosmetik Semakin Menjamur, Maklon Jadi Andalan

3 jam lalu

Bisnis Produk Kosmetik Semakin Menjamur, Maklon Jadi Andalan

Bisnis produk kosmetik dan skincare semakin diminati masyarakat Indonesia. Para pengusaha kecantikan mengandalkan maklon untuk produksi kosmetiknya.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia vs Irak Imbang 1-1, Lanjut ke Perpanjangan Waktu

3 jam lalu

Hasil Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia vs Irak Imbang 1-1, Lanjut ke Perpanjangan Waktu

Tak ada gol tambahan di babak kedua membuat laga TImnas U-23 Irak vs Indonesia di Piala Asia U-23 2024. Laga berlanjut ke babak tambahan.

Baca Selengkapnya

Duel Indonesia vs Korea Selatan di Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Siap Tampil Mati-matian

4 jam lalu

Duel Indonesia vs Korea Selatan di Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Siap Tampil Mati-matian

Atlet tunggal putra, Jonatan Christie, mengatakan tim putra Indonesia siap memberikan kemampuan terbaik pada babak perempat final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Cerita Keluarga Cemara Dikemas Jadi Teater Musikal, Janjikan Sajian Pentas Berbeda

4 jam lalu

Cerita Keluarga Cemara Dikemas Jadi Teater Musikal, Janjikan Sajian Pentas Berbeda

ksekutif Produser Musikal Keluarga Cemara, Anggia Kharisma mengatakan, kisah keluarga hangat ini tak lekang oleh zaman.

Baca Selengkapnya

Program Pra Kerja Raih Penghargaan Wenhui Award dari UNESCO

4 jam lalu

Program Pra Kerja Raih Penghargaan Wenhui Award dari UNESCO

Program Pra Kerja meraih penghargaan dari UNESCO atas kontribusinya dalam inovasi pendidikan di kawasan Asia-Pasifik.

Baca Selengkapnya

Penyebab Fast Charging Tidak Berfungsi dan Cara Mengatasinya

4 jam lalu

Penyebab Fast Charging Tidak Berfungsi dan Cara Mengatasinya

Penyebab fast charging tidak berfungsi dapat diakibatkan oleh beberapa hal. Salah satunya karena port pengisian daya rusak. Ketahui cara mengatasinya.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Asia U-23: Babak Pertama, Irak vs Indonesia Masih Imbang 1-1

5 jam lalu

Hasil Piala Asia U-23: Babak Pertama, Irak vs Indonesia Masih Imbang 1-1

Ivar Jenner sempat membawa Timnas U-23 Indonesia unggul lebih dulu atas Irak pada perebutan peringkat ketiga Piala Asia U-23.

Baca Selengkapnya