Shen Te

Penulis

Sabtu, 14 Juli 1984 00:00 WIB

TIGA dewa turun ke bumi untuk membuktikan benarkah sudah tak ada lagi manusia yang baik budi. Di Setzuan, mereka menemukan Shen Te, seorang wanita lacur. Ia satu-satunya orang yang bersedia menerima mereka menginap. Lalu mulailah kisah Wanita Baik Budi dari Setzan, lakon Bertolt Brecht yang terkenal itu, yang beberapa tahun silam pernah dipentaskan Teater Populer, dan kini agaknya layak dikenang lagi. Shen Te, pelacur itu, memang hati yang penolong. Ketika dia tiba-tiba jadi kaya (setelah para dewa yang menginap akhirnya membayar sewa kamar), la tak henti-hentinya mencoba menyelamatkan tetangga dan sanak saudaranya yang dilindas kemiskinan. Yang tak ia perhitungkan ialah bahwa orang-orang itu, scbaik mereka menerima pangkalan bertaut, jadi kemaruk dan serakah. Mereka merongrong. Tempat berteduh itu pun terancam bangkrut. Tak tahan, Shen Te pun menghilang. Ternyata ia kembali: menyamar sebagai seorang pria, dengan nama Shui Ta. Ia mengambil alih toko tembakau yang semula dipakal Shen Te untuk menampung orang-orang malang itu. Dari sinilah kisah Brecht secara menarik menunjukkan ambiguitas sikap Shen Te yang juga Shui Ta: sosok barunya itu datang dengan rasa jera. Ia tak lagi si pemurah yang lembut hati. Shui Ta kejam, dingin, dan pandai menginjak orang lain. Dunia pun, seakan-akan, tak tertolong lagi. Seorang wanita berbudi telah hilang. Dewa-dewa mencarinya kembali. Akhirnya, ketika Shui Ta harus diadili karena kesewenang-wenangannya, para dewa mendapatkan sesuatu yang mengejutkan: Shui Ta tak lain adalah Shen Te. Pengusaha yang keras itu mengakui identitasnya yang sebenarnya. Harus dihukumkah Shen Te yang juga Shui Ta? Para dewa hanya bengong, gugup, tak tahu apa mesti dibuat. Apalagi ketika Shen Te, dengan hati yang pedih dan putus asa, berkata: Perintah paduka agar berbuat baik tapi juga hidup terus adalah halilintar, yang membelah diri. Aku tak tahu bagaimana. Namun berbuat baik kepada orang lain dan kepada diriku sendiri sekaligus, tak dapat aku lakukan. Dunia yang diciptakan para dewa itu, seperti kata Shen Te, memang bukan dunia yang mudah. Seperti dialami Shen Te sendiri, saat ia mengulurkan tangan bagi para pengemis, tangan itu ternyata dirobek-robek. Dan karena itu bila tak makan berarti mati siapa dapat menolak untuk tak jadi jahat? Akhirnya, memang tak seorang pun menolong Shen Te dari dilema itu. Para dewa meninggalkannya. Petuah mereka tak jelas lagi. Bagi mereka, sudah cukup bahwa telah ditemukan seorang wanita baik. Artinya, dunia tak perlu diubah. Dewa-dewa tak hendak berurusan lagi dengan kenyataan, bahwa wanita baik dari Setzuan itu tertinggal di bumi yang suram, yang membingungkan dan sulit. Tapi memang apa daya Shen Te? Dia mungkin bisa membaca sejarah. Konon, dulu, pada aman manusia hidup dari berburu, apa yang kejam tak dikutuk sebagai kejam, dan yang baik punya ukuran yang lain. "Mungkin tiap kebejatan dulunya adalah suatu kebajikan," tulis Will Durant dalam The Lessons of History, setelah ia selesai menyusun 11 jilid tebal buku riwayat peradaban. Khususnya, suatu kualitas yang membuat individu, keluarga, atau kelompok bisa hidup terus. "Dosa manusia," tulis Durant lagi, "mungkin lebih merupakan peninggalan kebangkitannya ketimbang cacat yang timbul karena kejatuhannya." Tapi bukankah Shen Te menderita, justru karena sejarah tak bisa menetralisir hati nurani yang terluka di hari ini? Bukankah Shen Te punya tangis ketika orang lain jatuh, dan dunia membutuhkan harap? Brecht tak memberi jawab. Ia malah bertanya: Dapatkah orang diubah? Bisakah dunia diganti? Goenawan Mohamad

Berita terkait

Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

4 hari lalu

Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

Goenawan Mohamad mengatakan etik bukanlah sesuatu yang diajarkan secara teoritis, melainkan harus dialami dan dipraktikkan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo: Utamakan Etika di Tengah Gempuran AI

5 hari lalu

Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo: Utamakan Etika di Tengah Gempuran AI

Dies Natalis Politeknik Tempo kali ini mengambil tema "Kreativitas Cerdas Tanpa Batas" dihadiri segenap civitas akademika Politeknik Tempo.

Baca Selengkapnya

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

13 hari lalu

MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.

Baca Selengkapnya

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

55 hari lalu

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

59 hari lalu

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

6 Maret 2024

53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.

Baca Selengkapnya

ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.

Baca Selengkapnya

Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya