Nyontek

Penulis

Sabtu, 5 Mei 1984 00:00 WIB

RABINDRANATH Tagore tak punya kata-kata bagus untuk sekolah. Sekolah, seperti yang ditempuhnya semasa kanak, kemudian ia sebut sebagai "siksaan yang tak tertahankan." Tak heran bila pada umur 13 tahun ia berhenti. Kemudian ia jadi penyair. Kemudian ia jadi pemikir India paling terkemuka hingga hari ini: orang Asia pertama yang mendapatkan Hadiah Nobel untuk kesusastraan. Demikianlah, pada tahun 1924 ia berbicara kepada para guru tentang pengalaman pendidikannya itu. "Sering aku hitung tahun-tahun yang harus kujalani sebelum aku memperoleh kemerdekaanku," katanya ketika ia berkunjung ke Tiongkok - seakanakan sekolah adalah sebuah penjara. Seakanakan sekolah sebuah tempat menunu yang pengap, sebelum seorang anak boleh pergi setelah dianggap jadi. Betapa inginnya saya," kata Tagore mengenang, "untuk dapat melintasi masa 15 atau 20 tahun yang menghalang itu, dan dengan semacam sihir gaib, serta-merta jadi seorang dewasa." Sayang sekali, dalam kehidupan sehari-hari tak ada sihir gaib seperti itu. Ritus itu harus. Masa sekolah bahkan kewajiban dengan perintah dan undang-undang. Anak-anak boleh merasa, seperti Tagore, prosedur itu "siksaan". Tapi kita punya pepatah "berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian...." Gatutkaca juga harus diproses di dalam Kawah Candradimuka yang mendidih, sebelum jadi kesatria. Namun, yang jadi soal bukanlah perlu atau tidaknya bersakit-sakit dahulu. Yang jadi soal ialah bagaimana kita menghubungkan latihan hari ini untuk menghadapi hari nanti. Dengan kata lain, jika sekolah memang dibutuhkan untuk menyiapkan anak-anak bagi hdup mereka kelak, pokok perkaranya terletak pada apa itu kelak. "Kelak" adalah suatu masa ketika seorang anak, yang jadi dewasa, tak perlu harus menghafal rumus. Ia toh dapat dengan mudah melihatnya pada buku petunjuk. Tak perlu menghitung dengan mencongak. Ia bisa memperoleh hasilnya dengan kalkulator. Dengan kata lain, dalam hidup sehari-hari seorang dewasa, tak ada pengertian buruk tentang nyontek untuk mendapatkan informasi. Itu nyontek adalah halal, bahkan dipujikan. Tolol sekali jika Anda tak memanfaatkan komputer, memubazirkan kamus, dan tak tahu apa manfaatnya ensiklopedi. Bodoh jika kita - dalam memperkaya diri dengan inpt - tak hendak bertanya kepada orang lain yang lebih tahu. Karena itu, sungguh menakjubkan sebenarnya, bagaimana repotnya sekolah-sekolah kita melarang nyontek. Seakan menghafal data, menutup diri dari teknologi informasi dan menempuh jalan yang tak efisien dalam memperoleh pengetahuan itu semua termasuk "syarat" Kawah Candradimuka. Atau, semua itu barangkali perlu untuk meneguhkan status guru, dan sekolah, sebagai satu-satunya sumber. Tapi bila demikian halnya, proses nyontek yang dilarang itu justru dipraktekkan terang-terangan: hanya kali ini sang murid nyontek dari sang pengajar - bukan dari sumber informasi yang luas terbentang di kehidupan. Tampak sekilas, agaknya, betapa jauh akhirnya latihan di sekolah itu berjarak dari kenyataan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari, yang tak bisa disontek bukanlah informasi, yang kini disebarkan ke tiap penjuru dengan kecepatan yang mengagetkan. Yang tak bisa disontek adalah bagaimana mengolah informasi itu, menjadi pengetahuan dan kearifan. Karena pengetahuan, dan terutama kearifan, pada tiap-tiap orang akhirnya berbeda. Dan itulah "kelak" yang akan ditemui setiap anak. Itulah lanskap yang nyata, yang menyebabkan Kawah Candradimuka kita memang seperti kehilangan makna. Mungkin itu sebabnya sekolah berada dalam kritik, generasi yang dimuntahkannya selalu terasa kurang bermutu dan remaja itu sendiri membelot. Tagore memang tak sepenuhnya benar. Sekolah bukan "siksaan" dan guru serta para orangtua bukan tiran. Anak-anak dengan senang hati toh umumnya tetap berangkat ke sana. Tapi kita, dan mereka, tahu: bukan mata pelajaran serta ruang kelas itu yang membikin mereka betah. Melainkan teman dan pertemuan. Sebab itulah memang tempat tiap anak bersentuhan dengan kehidupan, tempat saling nyontek, dan tempat segala latihan yang tak ada di depan papan tulis: tempat untuk menjadi riil. "Kita tahu," kata Tagore pula, "anak-anak adalah mereka yang mencintai debu." Goenawan Mohamad

Berita terkait

Asal-usul Turnamen Piala Thomas dan Uber

3 menit lalu

Asal-usul Turnamen Piala Thomas dan Uber

Laga Piala Thomas dan Piala Uber berlangsung di Chengdu High-tech Zone Sports Center Gymnasium, Chengdu, Cina, sejak 28 April 2024

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

12 menit lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

10 Anggota Gengster di Tangsel Ditangkap Setelah Serang dan Lukai 2 Orang di Bintaro

14 menit lalu

10 Anggota Gengster di Tangsel Ditangkap Setelah Serang dan Lukai 2 Orang di Bintaro

Polisi menangkap 10 anggota gengster di Tangsel setelah menyerang dan melukai dua orang di Bintaro.

Baca Selengkapnya

Review Film Abigail: Horor Thriller Penculikan Vampir Dibalut Komedi dan Drama

16 menit lalu

Review Film Abigail: Horor Thriller Penculikan Vampir Dibalut Komedi dan Drama

Film Abigail bercerita tentang kawanan penculik menangkap seorang putri balerina, anak seorang tokoh dunia bawah tanah yang kuat

Baca Selengkapnya

Menteri PANRB Pastikan Seleksi CASN Sesuai Jadwal dan Jamin Tak Bisa Dipolitisasi

16 menit lalu

Menteri PANRB Pastikan Seleksi CASN Sesuai Jadwal dan Jamin Tak Bisa Dipolitisasi

Menteri PNRB Abdullah Azwar Anas mengatakan bahwa seleksi CASN tidak bisa karena berdasar amanat Undang-undang 20/2023 harus selesai Desember ini.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Bawa Indonesia Unggul 1-0 atas Korea Selatan

21 menit lalu

Hasil Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Bawa Indonesia Unggul 1-0 atas Korea Selatan

Anthony Sinisuka Ginting sukses menyudahi perlawanan sengit tunggal putra Korea Selatan Jeon Heyok Jin pada babak perempat final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

22 menit lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

22 menit lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Mufasa: The Lion King Tayang Akhir Tahun Ini, Kilas Balik Kehidupan Ayah Simba

22 menit lalu

Mufasa: The Lion King Tayang Akhir Tahun Ini, Kilas Balik Kehidupan Ayah Simba

Live-action Mufasa: The Lion King mengikuti kisah perjalanan hidup Mufasa sebagai anak singa yatim piatu, tersesat dan sendirian sebelum jadi raja.

Baca Selengkapnya

Tri Rismaharini Sigap Tanggapi Masalah Sosial di Kecamatan Lewa dan Letis

25 menit lalu

Tri Rismaharini Sigap Tanggapi Masalah Sosial di Kecamatan Lewa dan Letis

Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini, lakukan kunjungan kerja ke RSUD Umbu Rara Meha dan Puskesma Lewa, di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur

Baca Selengkapnya