Munawir Aziz,
Peneliti
Panggung politik Indonesia saat ini menggunakan kecemasan sebagai lakon. Kecemasan hadir sebagai metafora untuk membayangkan sebuah bangsa yang gelisah, masyarakat yang gundah. Bagaimana tidak? Di tengah kepungan janji-janji, isu-isu tentang gerakan untuk menggagalkan pemilu bergulir. Usaha penggagalan ini adalah kontestasi antara kekuatan yang saling menyimpan dendam. Dua poros utama saling bertikai di panggung kekuasaan: mereka yang merebut dan mereka yang mempertahankan kekuasaan.
Tentu saja, selalu ada kelompok yang kalah di tengah pertarungan. Selalu ada kelompok yang berusaha memenangi pertandingan. Tapi politik juga menyimpan kemungkinan bahwa mereka yang kalah belum tentu menjadi gagal. Dan mereka yang menang belum tentu merayakan kesuksesan. Artinya apa? Situasi chaos merupakan penanda bahwa dinamika politik menjadi instrumen utama dalam perebutan kekuasaan.
Pemilu legislatif sudah usai digelar pada 9 April lalu. Peta penguasa berubah, partai yang dalam satu dekade mendominasi kekuasaan harus rela berada di deretan tengah. Sebaliknya, partai yang pada dua periode pemerintahan kemarin menjadi oposisi masuk sebagai petarung utama. Selalu saja ada konsekuensi-konsekuensi dari pertarungan politik. Pada titik inilah pertarungan sesungguhnya terjadi. Kekuasaan selalu memberi ruang untuk kompromi. Pada celah inilah koalisi menemukan maknanya.
Satu dekade kekuasaan partai biru menghasilkan sejarah tentang dinamika masa reformasi. Mereka yang pernah menjadi panglima saat ini harus rela menjadi prajurit, bahkan tidak boleh lagi ikut berlaga dalam gelanggang. Mereka yang tersingkir inilah yang kemudian mengalami stres dan kehilangan spirit. Bahkan, di sisi lain, mereka menghimpun kekuatan untuk mengacaukan peta kekuasaan. Inilah akar dari kekisruhan politik dalam lima abad terakhir, dari masa Majapahit, Demak, Pajang, hingga kekuasaan Mataram. Yang tersingkir akan berusaha membalas dendam dan mengerahkan keributan. Dan tentu saja, politik tidak ditujukan bagi orang-orang yang kalah dan menyerah.
Kecemasan lahir dari upaya untuk mengacaukan keamanan, menggoyang stabilitas politik. Kecemasan menjadi efek samping dari pertarungan kekuasaan yang tak pernah berakhir. Kekuatan-kekuatan militer, intelijen, ekonomi, dan kultural menjadi bagian dari instrumen yang kemudian dipanggungkan sebagai episode politik. Dari kekuatan itulah politikus saling menyerang dengan menggunakan amunisinya.
Jika direnungkan secara mendalam, sejatinya politik adalah alat (wasilah), bukan tujuan (ghayah). Mereka yang salah membedakan alat dan tujuan akan kehilangan visi. Kemudian, visi yang tak tepat sasaran akan menghasilkan eksekusi yang gagal. Jika demikian, yang muncul adalah politikus-politikus tanpa ide. Politikus yang bingung untuk memainkan perannya, karena gagal menginspirasi, akan memiliki konsep yang tanpa isi dan kalap dalam eksekusi.
Inilah wajah politik kita saat ini? Semoga barisan politikus yang menduduki kuasa legislatif dan eksekutif adalah mereka yang "waras di zaman edan". Bukan sebaliknya. *
Berita terkait
6 Tuntutan Aksi Mahasiswa Mei 1998, Reformasi Sudah Selesai?
12 Mei 2023
Para mahasiswa pada aksi unjuk rasa Mei 1998 menyuarakan 6 tuntutan dalam reformasi. Apakah hari ini sudah selesai?
Baca SelengkapnyaKesepakatan dengan IMF Alot, Presiden Kais Saied Sebut Tunisia Bukan untuk Dijual
8 April 2023
Presiden Saied menolak pemaksaan lebih jauh dari IMF karena bisa mengarah pada kemiskinan yang lebih lanjut di Tunisia.
Baca SelengkapnyaPeru Terperosok ke Krisis Politik, Unjuk Rasa Berubah Jadi Kerusuhan
14 Desember 2022
Setidaknya tujuh orang tewas dalam unjuk rasa di Peru akhir pekan lalu saat aksi protes berubah menjadi kerusuhan.
Baca SelengkapnyaKrisis Politik di Myanmar Jadi Sorotan di Pertemuan AMM
5 Agustus 2021
Menteri Luar Negeri RI secara terbuka menyebut isu Myanmar menjadi masalah yang paling banyak di bahas di pertemuan AMM
Baca SelengkapnyaNetanyahu Perkenalkan Kabinet Baru ke Parlemen Israel
18 Mei 2020
PM Netanyahu dan rival politik Benny Gantz membentuk koalisi pemerintahan baru bersatu untuk mengakhiri konflik politik berkepanjangan.
Baca SelengkapnyaKrisis Turki, Bagaimana Dampaknya Terhadap Pasar Modal Indonesia?
13 Agustus 2018
Risiko sistemik dikhawatirkan akan mengakibatkan krisis Turki mempengaruhi IHSG.
Baca SelengkapnyaPerludem Sebut Anak Muda Masih Jadi Penonton Politik
25 Maret 2018
Perludem pun menilai sistem politik yang ada di Indonesia tak ramah bagi anak muda sehingga mereka sulit terjun di dunia politik.
Baca SelengkapnyaJokowi: 6 Bulan Terakhir Kita Buang-buang Energi Tidak Berguna
23 Mei 2017
Presiden Jokowi mengatakan, 6-8 bulan ini, energi dihabiskan untuk banyak hal tidak berguna, saling hujat, berdebat, dan membuat suhu politik memanas.
Baca SelengkapnyaSBY: Jika Hanya Pentingkan Stabilitas Politik, Hati-hati
8 Februari 2017
SBY mengatakan pemerintah harus berhati-hati jika negara hanya menekankan aspek stabilitas politik.
Baca SelengkapnyaAnalis Politik: Situasi Memanas, Jokowi Harus Lakukan Ini
2 Februari 2017
Pertarungan Joko Widodo adalah kepada siapa saja yang berdiri di seberang kepentingan negara dan bangsa.
Baca Selengkapnya