M. Alfan Alfian,
Dosen Universitas Nasional
Seseorang berkata kepada Sang Guru, "Jabarkan tentang mereka yang kalah." Kemudian Sang Guru menjawab bahwa yang kalah adalah mereka yang tidak pernah gagal. Kalah berarti kita bertekuk lutut dalam peperangan atau pertempuran. Gagal berarti kita tidak meneruskan pertempuran. Kekalahan terjadi ketika kita tidak berhasil mendapatkan sesuatu yang sangat kita inginkan. Kegagalan tidak mengizinkan kita bermimpi.
Penggalan kalimat di atas terdapat dalam novel Paulo Coelho, Manuskrip yang Ditemukan di Accra. Coelho menguraikan kalimat-kalimat bijak Sang Guru kepada penduduk Yerusalem yang plural, ketika kota itu dikepung.
Dalam politik, petuah Sang Guru itu lazim dipakai sebagai pembenaran bagi hadirnya politikus tipe petarung. Misalnya, ketika petinggi partai politik tetap nekat maju sebagai calon presiden, atau setidaknya calon kepala daerah, padahal di atas kertas peluangnya tipis, tim suksesnya membanggakan bahwa dia tipe petarung. Politikus petarung tidak mengenal kekonyolan, walaupun keberaniannya untuk maju ke arena pertandingan politik elektoral hanya untuk "kalah".
Aliran pilihan rasional segera mengecap itu semua kekonyolan. Kalau untuk kalah, mengapa memaksa maju? Tapi pastilah tokoh oligarki yang mampu memaksakan diri untuk tetap maju ke arena politik elektoral adalah sosok perekayasa politik hebat, kalau bukan licin. Kelak, dia akan puas dengan mengatakan dirinya tidak gagal, cuma kalah. Kalah itu pilihan terhormat, ketimbang gagal. Dalihnya memang klop dengan Sang Guru.
Tapi sosok politik beda dengan sosok non atau nirpolitik. Dalam politik, kegagalan atau kekalahan sang sosok berkonsekuensi bagi nasib dan masa depan gerbongnya. Sering kita dengar keluhan beranekaragam, ketika sosok kalah dalam kontes elektoral. Faksi loyalis yang tetap ikut yang kalah punya dalih berbeda, tapi mungkin hakikatnya sama, dengan yang pindah ke "tempat lain". Yang satu berjuang mencari celah untuk tetap eksis, satunya lagi juga beralasan mencari tempat untuk melanjutkan eksistensinya.
Yang membedakan, kesetiaan, kendati dalam politik berarti kefatalan. Yang eksis di tempat lain, yang dipandang tidak loyal, biasanya berujar, bagaimana mungkin engkau tetap setia kepada yang kalah, kalau hanya membuat hidupnya terseok-seok?
Sang Guru memang tidak menjelaskan apakah kesetiaan itu penting atau tidak dalam politik. Tapi, merujuk nasihatnya di atas, dapat dikatakan yang tidak setia adalah yang gagal, bukan yang kalah. Mereka yang masih setia ikut Pangeran Diponegoro sampai detik-detik terakhir bukanlah orang-orang yang gagal. Mereka sekadar orang-orang yang kalah. Dan, kalah yang dimaksud nilainya lebih tinggi dari yang gagal.
Para caleg yang jumlah dukungan suaranya tidak mencukupi untuk sebuah kursi, bagaimana menjelaskannya? Dari perspektif Sang Guru, mereka kalah, tapi tidak gagal. Tapi, yang kalah masih bisa dipilah. Kalah tanpa "politik uang" nilainya lebih tinggi, ketimbang yang menang atau kalah tapi tetap dengan menebar uang dan "segala cara". Yang terakhir inilah orang-orang yang gagal.*
Berita terkait
Catatan Perolehan Suara Peserta Pemilu Pasca Reformasi, Siapa Jawaranya?
19 Februari 2024
Pelaksanaan pemilu dalam era reformasi telah dilakukan enam kali, yaitu Pemilu 1999, Pemilu 2004, Pemilu 2009, Pemilu 2014, Pemilu 2019 dan Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaSelama 3 Periode Pemilu, 3 Partai Politik Ini Peringkat Atas Pemilihan Legislatif
18 Februari 2024
Sejak Pemilu 2014 sampai Pemilu 2024, terdapat tiga besar partai politik yang selalu memuncaki pemilihan legislatif (Pileg). Apa saja?
Baca SelengkapnyaPolitik Makan Siang Jokowi Bersama Capres, SBY Pernah Buka Puasa Bersama Capres-Cawapres Pemilu 2014
1 November 2023
Jokowi mengundang makan siang 3 capres. Langkah yang sebelumnya pernah dilakukan SBY pada 2014, mengundang buka puasa bersama capres-cawapres.
Baca SelengkapnyaRelawan Jokowi se Jatim Dukung Prabowo Dinilai Hanya Manuver Murahan
7 Agustus 2023
Relawan Jokowi yang mendukung Prabowo di Jatim dianggap tak memiliki jejak rekam mendukung Jokowi di Pemilu 2019.
Baca SelengkapnyaPPP Menilai Andika Perkasa Penuhi Kualifikasi Jadi Ketua Tim Pemenangan Ganjar Pranowo
27 Juni 2023
Ketua DPP PPP Ahmad Baidowi alias Awiek menilai kualifikasi diri mantan Panglima TNI Andika Perkasa cocok sebagai ketua pemenangan Ganjar Pranowo
Baca SelengkapnyaKilas Balik Perjanjian Batu Tulis Megawati dan Prabowo, Begini 7 Poin Janji Belum Ditepati Itu
24 April 2023
Megawati punya janji terhadap Prabowo sejak 2009, perjanjian Batu Tulis namanya. Begini isi 7 poin perjanjian tersebut.
Baca Selengkapnya4 Petinggi NasDem Bakal Dampingi Surya Paloh dalam Pertemuan dengan Prabowo di Hambalang
5 Maret 2023
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh pagi ini akan bertemu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Kabupaten Bogor
Baca SelengkapnyaMenjelang 7 Tahun, Pakar Sebut Jokowi Dibayangi Janji-janji Politik
18 Oktober 2021
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan ada kompleksitas luar biasa yang dihadapi Presiden Jokowi di periode kedua ini.
Baca SelengkapnyaBeda Dana Kampanye Jokowi dengan Prabowo di Pemilu 2014 dan 2019
3 Mei 2019
Dari data laporan ke KPU, dana kampanye yang digunakan Jokowi - Ma'ruf tercatat lebih banyak 2,8 kali lipat dibandingkan Prabowo - Sandiaga.
Baca SelengkapnyaRumah Sakit Jiwa Grogol Siap Tampung Caleg Tak Siap Gagal
13 April 2019
Kesiapan merujuk kepada pengalaman sebagian caleg saat pemilu 2014 lalu
Baca Selengkapnya